Tio Alberto Widodo seorang remaja 13 tahun, yang selamat dari tragedi pembunuhan keluarganya yang dilakukan genk pembunuh bayaran.
Sejak saat itu Tio harus disembunyikan oleh pihak kepolisian dari kejaran genk pembunuh bayaran.
Adalah Inspektur Dua Luna Ginaya Budianto seorang polisi wanita berparas cantik berusia 22 tahun yang ditugaskan untuk menjaga selama masa persembunyian Tio.
Dua tokoh ini akan mencoba untuk bertahan hidup dari kejaran genk pembunuh bayaran yang kejam. Banyak nyawa tak berdosa ikut menjadi sasaran kekejam genk tersebut selama mengejar Tio.
Lama bertemu dalam penderitaan perjuangan hidup menumbuhkan rasa cinta dihati kedua insan beda usia ini.
Selamat menikmati ketegangan dan romantisme dalam novel "KISAH TIO DAN BIBI LUNA"
HF. RAJAK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HF. Rajak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 22
“Tuhan… apa salahku didunia ini? Apa yang telah kulakukan hingga Engkau menghukumku sehina ini?” dan begitu banyak ratapan penyesalan dan makian terlontar dari kata hatinya. Tubuhnya melemah. Rara pingsan lagi.
Jimy masuk kekamar mandi karena lelah menunggu. Dijumpainya tubuh Rara meringkuk dalam bathup, pingsan.
“Aish! Menyebalkan. Merepotkan saja.” Gerutunya. Diangkatnya tubuh Rara. Dikeringkannya lalu direbahkan diatas kasur. Kemudian Jimy mengambil sebuah alat sunti dan sebuah botol berisi cairan. Lalu disuntiknya tubuh Rara. Entah apa yang disuntikkan itu.
Jimy memakaikan baju kering pada tubuh Rara. Dalam tubuh polos Rara terlihat jelas banyak memar bekas pukulan darinya. Setelah selesai, Jimy keluar dari kamar dan kembali duduk disofa disebuah ruangan yang cukup luas. Didepannya ada meja kecil yang udah penuh dengan puntung rokok dan botol kosong minuman.
\===Jimy Sadeva POV===
Sejak menerima misi menghabisi keluarga Joni Widodo, kenapa aku merasa ada yang berubah, batin Jimy. Aku yang dulu teliti, menjadi teledor dengan membiarkan target lolos. Aku yang dulu dengan mudah menghabisi target, dua kali sudah aku dikalahkan target. Bahkan sekarang anak buahku tertangkap.
Bahkan masalah wanita, aku yang dulu cepat bosan dengan wanita wanita yang menjadi budak sex ku, sekarang sudah hampir dua minggu ini aku tetap dengan gadis itu. Bahkan tadi aku menyuntiknya untuk meredakan sakitnya. Apa yang salah dengan ku? Jimy Sadeva terus merenung sambil menghabiskan berbatang batang rokok dan bergelas gelas minuman.
\===POV end===
Dua hari sejak kegagalan serangan genk capit merah, Jimy masih terdiam dalam persembunyiannya. Yang dilakukan setiap hari hanya mabuk, melamun dan nge sex dengan budaknya.
Rara semenjak diculik dari desanya sudah menjadi budak sex Jimy. Bahkan dua hari ini tubuh Rara dihajar habis oleh birahi dari manusia depresi ketua genk capit merah. Wajahnya semakin pucat, kulit bibirnya kering dan pecah pecah. Banyak luka lebam dan memar menghiasi kulit tubuhnya yang mulus. Dan sakitnya itu diperparah dengan kondisi jiwanya yang hancur.
Melihat hal itu Jimy tetaplah iblis bertubuh manusia. Dia tetap melakukan ritual sex kapanpun dia mau. Hanya memberikan makan saat dia mau, hanya memberikan minum saat Jimy senang. Selebihnya hanya dibiarkan meringkuk ketakutan dalam kamar.
\===Rara POV===
“Ampun tuan… jangan lakukan lagi…” aku berkata lirih. Tubuhku sakit. Baru dua jam lalu dia mengaduk aduk inti tubuhku. Sekarang dia sudah mau naik lagi. “A-ampun….”
Dan dia langsung menarik kedua kakiku membentangkan pahaku.
“Ahk! Sakit… ampun… akh… “ dan air mataku meluncur deras. Aku menangis, tanpa suara lagi. Perih, sangat perih.
Bug. Plak. Dadaku dipukulnya dengan keras. Dan pipiku juga ditamparnya. Entah ini pukulan dan tamparan yang
keberapa yang kuterima pagi ini.
Dia masih melaju tanpa jeda. “Sa-sakit t-tuan. Hen-hentikan… a-ampun…” Hanya kata itu yang bisa kuucapkan. Aku ingin mati saja, kuharap Tuhan berbelas kasih padaku dan mencabut nyawaku. Aku terlalu kotor untuk bertemu dunia. Aku terlalu hina bila bertemu orang tuaku. “toloong hentikan…”
\===POV END===
Jimy terbangun dari tidurnya. Dia menoleh kesamping dan menemukan tubuh Rara polos telanjang dan terlentang. Dia teransang lagi. Segera ditariknya tubuh Rara mendekat.
Sret!
“Panas sekali.” nafsu Jimy hilang tak berbekas. “Kenapa tubuhnya sangat panas seperti ini? Aku harus segera membawanya ke dokter.”
Segera Jimy menggotong tubuh Rara kekamar mandi. Dia memandikan Rara. Meskipun Rara tak menyadarinya. Gadis itu dalam kondisi tak sadarkan diri. Dengan cepat Jimy juga mandi. Setelah selesai segera dikeringkan tubuh gadis remaja cantik itu. Dia pakaikan, baru Jimy berganti pakaian.
Tanpa berpikir bahwa dia sekarang adalah buronan polisi, dia membawa Rara dengan mobilnya menuju dokter terdekat.
Sementara itu ditempat Luna.
Pagi tadi Luna mendapatkan kenaikan pangkatnya. Saat upacara pengangkatan semua orang terdekat hadir. Termasuk Tio. Luna sangat bahagia.
Luna masih belum ditugaskan oleh Haris untuk mengawal Tio. Apalagi setelah pangkatnya naik, Luna semakin
kesulitan untuk kembali mendapat tugas itu.
“Cih, gimana sih paman ini? Masa aku naik pangkat malah kerjaku jadi dibalik meja sih.” Decak Luna kesal. Tiba tiba Luna teringat salah satu sahabatnya yang sudah lama tak bertemu. Langsung dia telepon sahabatnya itu.
“Halo, Selly ini aku Luna.” Jawab Luna panggilan Luna dijawab pihak seberang.
“LUNA… Aiihhhh masih ingat ya sama sahabat kamu yang cantik, imut dan pintar ini?” Shelly berteriak kegirangan. “Gimana kabarnya?”
“Baik Shell. Cuman sekarang lagi bete. Ketemuan yok, makan siang dimana gitu?” Kata Luna sambil memelaskan
suaranya.
“Oke jemput aku ya, satu jam lagi aku off. Aku share lok ya.” Jawab Shelly.
“Siap bu dokter. I’m coming.” Luna langsung tersenyum ceria.
Karena Luna tidak mood untuk kerja dibalik meja, dia memutuskan berangkat ke alamat yang dibagi oleh Shelly sahabatnya. Meskipun masih cukup lama harus menunggu waktu makan siang sahabatnya tiba.
Benar saja, Luna sampai disebuah klinik kecil lima belas menit lebih dulu. Dia sempat mengganti baju seragamnya
dengan pakaian kasual sebelum berangkat. Karena masih lumayan lama, Luna tidak turun dari mobilnya. Dia iseng berkirim pesan lewat aplikasi wassap.
“Siang tuan muda, lagi ngapain nih?” [Luna]
Dua menit kemudian baru ada balasan.
“Tuan muda? Apaan sih?” [Tio]
“terus aku harus panggil gimana?” [Luna]
“tampan boleh lah bi” [Tio]
“hayooo mulai genit sekarang. Mentang mentang yang jadi pengawal sekarang si Bella.” [Luna]
Tio tiba tiba merasa ketakutan kalau kalau si Bibi Lunanya marah dan tidak mau lagi bertemu dengannya. Dia memutuskan untuk telepon dan berbicara langsung.
Tapi perhatian Luna teralihkan pada sosok seorang lelaki yang baru memarkir mobil tepat disebelahnya. Luna memperhatikan lelaki yang baru turun dan keluar dari mobil disebelahnya itu.
“Ji-Jimy?” Pekik Luna tersendat, mengetahui yang turun dari mobil adalah mantan kekasihnya yang telah lama menghilang. Belum habis keterkejutannya dia melihat Jimy mengeluarkan dan membopong seorang gadis yang terkulai lemas. “Ra-Rara?” Serunya pelan.
Segala pertanyaan menyerbu kepalanya. Apakah Jimy menemukan Rara, apakah Jimy menculik Rara, kalau Jimy
menculik Rara itu artinya Jimy bos capit merah.
Luna keluar dari mobilnya. Dia mengikuti langkah Jimy. Dia sengaja tak menyapa Jimy, karena ingin tahu ada hubungan apa disana.
Telepon Luna yang mode getar, bergetar terus. Tapi Luna tak menghiraukannya. Kini fokusnya pada Jimy yang berjalan didepannya.
Jimy menerobos masuk ruang periksa di klinik itu, dia tak menghiraukan ada satu pasien yang masih duduk antri disana. Beberapa saat lamanya dia didalam. Luna menunggu diluar pintu klinik. Luna baru menyadari Tio sedang menelpon dia. Luna memilih mengabaikannya dan memilih menjawab melalui pesan wassap.
“Aku melihat Rara, digendong mantanku dulu.”
“Posisiku aku shareloc sekarang.”
“Aku curiga mantanku ini ada hubungannya dengan capit merah.”
Luna lalu memasukkan hapenya setelah menekan tombol shareloc.
Bersambung....
Ayo Readers berikan dukungan pada author ya....
Plisssss.....