NovelToon NovelToon
Keturunan Pendekar

Keturunan Pendekar

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Anak Yatim Piatu / Dendam Kesumat / Balas Dendam
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: bang deni

perjalanan seorang remaja yang mencari ilmu kanuragan untuk membalaskan dendam karena kematian kedua orang tuanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menolong Anggun

Anggun menatap ketiganya dengan waspada, walau ia berdiri dengan napas tersengal, dan merasa dunianya seolah berputar. Namun, harga dirinya sebagai murid aliran putih tak membiarkannya menyerah begitu saja pada para bajingan ini. Luka cakar di bahu dan dadanya terus berdenyut, mengirimkan gelombang rasa perih yang menusuk hingga ke tulang. Anggun menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit

"Mundur... atau kalian akan menyesal!" desis Anggun. Tangan kirinya masih mendekap robekan bajunya yang kini basah oleh darah, sementara tangan kanannya yang memegang pedang mulai gemetar karena kehilangan banyak tenaga dalam.

" Ha ha ha ha"

Si pemimpin, yang bernama Suro Gento, tertawa terbahak-bahak hingga bekas luka di pipinya tampak mengkerut mengerikan.

"Menyesal? Nona, dalam kondisi seperti ini, kau bahkan lebih lemah dari seekor kelinci yang terjepit. Lihatlah dirimu, kecantikanmu terlalu sayang untuk disia-siakan oleh pedang dingin itu. Serahkan diri, maka kami akan bersikap lembut." ucapnya sombong

"Jangan harap!" Seru Anggun keras, ia menghentakkan kakinya ke tanah, memaksakan sisa tenaga dalam di pusat tenaga dalamnya untuk bangkit sekali lagi. Ia tahu ia hanya punya satu kesempatan sebelum kesadarannya hilang.

" Dug"

" Heaaaaah"

"Jurus Bunga Melati Gugur di Musim Gugur!" teriak Anggun.

" Swiiing"

Ia melesat maju. Gerakannya tidak lagi seringan biasanya, namun terasa mematikan . Bilah pedangnya bergetar, menciptakan bayangan putih yang menyerupai ribuan kelopak bunga melati yang berguguran ditiup angin kencang.

"Hiaaaat"

"Syuuut"

Si kurus dan si gemuk, dua anak buah Suro Gento, meremehkan serangan itu. Mereka mengira Anggun sudah habis. Namun, mereka salah.

"Sret!'

"Craakk!'

Ujung pedang Anggun meliuk seperti ular, melewati pertahanan si kurus dan menyayat lengan kanannya hingga ototnya putus. Belati di tangannya terjatuh. Tak berhenti di situ, Anggun memutar tubuhnya, menggunakan momentum putaran untuk mengirimkan tendangan yang diperkuat tenaga dalam ke arah leher si gemuk. Sebelum si gemuk bisa menghindar, pedang Anggun kembali menyambar, memberikan sayatan panjang di dadanya.

"Aaaakh!" Keduanya terjengkang ke belakang, mengerang kesakitan karena luka yang tak terduga pedasnya.

Namun, harga yang harus dibayar Anggun terlalu mahal. Luka di bahunya kembali terbuka lebar akibat gerakan yang terlalu dipaksakan. Ia terhuyung, darah merembes lebih deras, dan penglihatannya benar-benar mulai menggelap.

"Jalang kecil!" Suro Gento meraung marah melihat kedua anak buahnya terluka.

Saat Anggun berada di titik terlemahnya, Suro Gento melesat. Ia tidak menggunakan senjata, melainkan sebuah pukulan telapak tangan yang mengandung hawa hitam yang beracun.

"Pukulan Tapak Serigala Hitam!"

" Wush"

"Bugh!"

" Aaaargh"

" Klontraang"

Serangan itu telak menghantam ulu hati Anggun. Anggun tidak sempat menghindar. Tubuhnya terpental beberapa meter, menghantam akar pohon besar. Pedang Cahaya Rembulan terlepas dari genggamannya, denting logamnya terdengar seperti sebuah perpisahan. Anggun memuntahkan darah segar, matanya perlahan menutup, dan dunianya menjadi hitam pekat. Ia pingsan dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, dengan baju yang terkoyak dan tubuh yang penuh luka.

"Bawa dia ke markas kita di Desa Galian," perintah Suro Gento sambil menyeringai puas. "Obati luka kedua bodoh itu, lalu ikat wanita ini. Di Desa Galian, tidak akan ada yang berani mengganggu kesenangan kita."

Beberapa jam kemudian, di jalur yang berbeda namun menuju titik yang sama, seorang pemuda melesat dengan kecepatan luar biasa. Raka, yang baru saja meninggalkan kaki Gunung Panca , bergerak seperti bayangan di antara pepohonan. Matanya tajam, penuh dengan tekad untuk membalaskan dendam orang tuanya. Namun di dalam hatinya, ada satu bayangan yang terus membayanginya: sosok pendekar wanita yang telah menyelamatkan nyawanya dari maut.

"Desa Galian... menurut pedagang kain tadi, tempat itu sedang dalam kekacauan. Jika Anggun ada di sana, dia pasti dalam bahaya," gumam Raka.

Raka sudah sampai di kaki Gunung Kencana. Suasana di sini terasa sangat berat. Ia melihat bekas-bekas pertempuran di jalan setapak dan jejak kaki yang terburu-buru juga tetesan darah yang sudah mulai mengering di atas daun-daun kering.

Ia mengikuti jejak itu hingga mencapai pinggiran Desa Galian. Desa itu tampak suram. Di kejauhan, ia melihat sebuah gubuk besar yang dijaga oleh beberapa orang dengan pakaian hitam berlambang tengkorak.

" sepertinya mereka bukan orang baik baik" ucap Raka dalam hati melihat penampilan mereka

Raka merayap di antara semak-semak. Saat ia mendekati gubuk tersebut, telinganya yang tajam menangkap suara tawa yang menjijikkan.

"Ayo, jangan malu-malu. Lihat betapa indahnya dia dalam keadaan terikat seperti ini," suara Suro Gento terdengar dari dalam.

Raka mengintip melalui celah dinding kayu gubuk. Jantungnya seolah berhenti berdetak saat melihat apa yang ada di dalam. Di sana, serang Wanita terikat pada sebuah tiang kayu, Wajahnya pucat pasi, kepalanya terkulai lemas, dan yang membuat darah Raka mendidih adalah melihat Suro Gento yang sedang memegang ujung baju Anggun yang sobek, hendak menyingkapnya lebih jauh untuk melecehkannya.

Dua anak buahnya yang terluka tadi duduk di pojokan sambil bersorak-sorak mesum.

"Kau pendekar wanita yang hebat, tapi sekarang kau hanyalah mainanku," ucap Suro Gento dengan tangan yang mulai menjulur ke arah leher Anggun yang putih. melihat itu Raka tak tahan lagi

"BAJINGAN!!!"

Suara raungan Raka memecah kesunyian malam di kaki Gunung Kencana.

" Wush"

"Brakkk!"

Pintu gubuk itu hancur berkeping-keping saat Raka menabraknya dengan seluruh kekuatan tenaga dalamnya. Amarah yang membara membuat aura di sekitar tubuh Raka terasa panas dan menekan.

Suro Gento terkejut dan melompat mundur. "Siapa kau, anak ingusan?!"

Raka tidak menjawab dengan kata-kata. Matanya merah melihat kondisi wanita itu yang tak berdaya.

" Wush"

Tanpa membuang waktu, Raka melesat. Kecepatannya geraknya tak bisa di ikuti oleh mata , hanya terlihat seperti bayangan

"Cari mati kau!" teriak salah satu dari mereka mencoba menghalangi dengan belatinya yang tersisa.

" Swiing"

" Wush"

" Plak"

Raka hanya mengayunkan tangannya dengan gerakan memotong. Pergelangan tangan yang menyerang Raka patah seketika, dan dengan satu pukulan ke arah dada, tulang rusuk si kurus ambles ke dalam. Ia mati seketika tanpa sempat berteriak.

" Wush"

melihat temannya tewas, salah satu dari mereka mencoba mengayunkan golok besar. Raka menghindar dengan gerakan yang sangat fleksibel, seolah tulang-tulangnya terbuat dari karet.

" Tap"

" Kraaak"

" desh"

" Argh"

Ia menangkap lengan si gemuk, memutarnya hingga terdengar suara retakan tulang yang mengerikan, lalu menghantamkan lututnya ke wajah si gemuk. Darah dan gigi berhamburan. Si gemuk roboh, tak bernapas lagi.

Suro Gento menyadari bahwa pemuda di depannya ini bukanlah pendekar sembarangan. Ia mengeluarkan jurus Tapak Serigala Hitamnya lagi, berusaha menyerang Raka dari samping.

"Mati kau, Bocah!"

"Wush"

"Wuuut"

" BLaaar"

Raka menangkis pukulan itu dengan telapak tangannya sendiri. Terjadi benturan tenaga dalam yang menciptakan gelombang angin di dalam gubuk. Suro Gento terbelalak; ia merasa tangannya seperti menghantam dinding besi yang membara.

"kau...siapa kau sebenarnya?!" teriak Suro Gento ketakutan.

"Aku adalah maut bagi orang-orang sepertimu!" jawab Raka dingin.

Raka mencengkeram leher Suro Gento dengan tangan kirinya, mengangkat pria itu hingga kakinya tak menyentuh tanah. Dengan tangan kanannya, Raka melancarkan rangkaian pukulan cepat ke perut dan dada Suro Gento sebagai balasan atas setiap luka yang diterima pendekar wanita itu

" Bugh"

" Plaak"

" Desh"

" Kraaaak"

Terakhir, Raka menghantamkan tinjunya tepat ke kening Suro Gento. Suara tengkorak retak terdengar jelas. Pemimpin Geng Serigala Hitam itu tewas seketika dengan mata melotot.

Setelah memastikan semua musuh tewas, Raka segera menghampiri wanita itu, Dengan tangan gemetar, ia memotong tali yang mengikat tangan wanita itu. Ia segera melepas jubah luarnya dan menyelimutkan ke tubuhnya guna menutupi pakaiannya yang sobek dan terbuka.

"Nona nona, bangun!" panggil Raka dengan nada cemas.

Ia meletakkan telapak tangannya di punggung wanita itu, menyalurkan tenaga murni untuk menstabilkan detak jantung dan luka dalam gadis itu. Perlahan, kelopak mata itu bergetar. Saat ia membuka mata, yang pertama kali ia lihat adalah wajah Raka yang penuh kekhawatiran namun memberikan rasa aman yang luar biasa.

"Kau, kau sudah sembuh?" tanya Anggun saat melihat Raka , pemuda yang pernah di tolongnya . mendengar itu Raka mengerti wanita ini adalah penolongnya, yang membawanya pada Dewa Obat

"Iya, aku sudah sembuh, terima kasih sudah menolongku, apa yang kau rasa sekarang," ucap Raka sambil tersenyum tipis, meski matanya masih menyimpan sisa-sisa kemarahan pada para penjahat tadi.

" Dadaku sesak, bawa aku pergi dari sini dulu" Sahut Anggun, melihat sekeliling, melihat tiga musuhya telah menjadi mayat yang tergeletak mengenaskan, lalu kembali menatap Raka. Ia tidak menyangka pemuda yang tempo hari ia tolong kini telah menjelma menjadi pendekar yang mampu menyelamatkannya. Rasa haru dan aman menyelimuti hati Anggun, hingga tanpa sadar ia menyandarkan kepalanya di bahu Raka sebelum kembali jatuh pingsan karena kelelahan yang sangat.

Raka menggendong tubuh Anggun dengan hati-hati. Ia menatap ke arah Desa Galian dan Gunung Kencana yang menjulang tinggi di depannya. Lalu melesat pergi , guna mengobati luka yang di derita Anggun

1
Dewi kunti
nahan nafas ak
Hendra Yana
lanjut
Dewi kunti
cpt sehat ya kaaaaakkk,dinanti karyanya
Dewi kunti
kok blm update LG dr kmrn,nungguin ini🤭
Dewi kunti: ok smg cpt sembuh
total 2 replies
Batsa Pamungkas Surya
👍 ini mantap.. lebih kayak nyata dari pada musuh siluman2
Dewi kunti
apakah anggun jodohnya
DANA SUPRIYA
keren ini hantu berkabut menghabisi orang hanya pakai lidi
DANA SUPRIYA
seperti kakek ini sakti ya
Dewi kunti
penyembuhan mungkin
Dewi kunti
pernah,...
Batsa Pamungkas Surya
mantap laah
Hendra Yana
up lagi
Dewi kunti
yaaaaa hbs,,klo LG seru gini kok ky cm sebentar bacanya,berasa kurang
Hendra Yana
Terima kasih
Dewi kunti
perjallaannya kecepetan ngetiknya jd typo lg
Blue Angel: iya kak, bantu koreksi kak biar nanti di revisi🙏🙏🙏
total 1 replies
Dewi kunti
banhgkit typo kakak
Hendra Yana
lanjut gas
Hendra Yana
lanjut
MyOne
Ⓜ️👣👣👣Ⓜ️
Dewi kunti
sengaja gak sih diluar godaan
Blue Angel: HP nya sering typo kak🙏🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!