Aluna seorang gadis bercadar terpaksa harus menikah dengan ketua geng motor atas wasiat dari mendiang ayahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
celsa menatap jayden dengan hari. celsa kemudian mengangguk paham. Iya juga sadar jika dirinya diperlakukan oleh jayden bisa dikatakan lebih unggul dari mantan-mantan jayden sebelumnya.
" jayden.. aku- " kalimat celsa terjada, saat matanya tak sengaja menatap kerutan khawatir dari jayden.
Mata jayden tak melihat ke arahnya, melainkan matanya mengarah ke arah lapangan. tempat di mana para murid diberi hukuman karena terlambat.
" jayden? kamu kenapa? " tanya celsa.
" shit! " umpat jayden.
tanpa menyehuti pertanyaan celsa, jayden dengan bergegas berlari sekuat tenaga menuruni anak tangga. nafasnya Kian memburu tak kalah seseorang yang akan mengangkat tubuh mungil istrinya.
" Stop! jangan diangkat!" teriak jayden lantang.
reflek tangan Radit yang semula terulur ingin menyentuh Anisa pun terhenti. dengan langkah lebar jayden . menghampiri Anisa yang sudah terbaring lemah di atas lapangan. matanya terpejam dengan bibir yang sudah semakin pucat.
dengan gerakan lihai, jayden menggendong tubuh Annisa Ala bridal style. remaja Tampan yang dijuluki King Bad Boy itu tidak menghiraukan tatapan-tatapan aneh dan penuh tanya dari para siswa dan siswi yang melihat Apa yang dilakukan jayden pada Anisa.
langkah kakinya membawanya ke ruangan UKS. Anisa dengan cepat dibandingkan oleh jayden di atas ranjang. tiba-tiba tenggorokan jayden tercekat manakala Radit rupanya berdiri di belakangnya dengan wajah penuh tanya.
Namun jayden tak memperlihatkan rasa paniknya. Iya kemudian memanggil petugas UKS yang berjaga untuk membantu mengobati Anisa.
tirai pun ditutup untuk kenyamanan.
" kenapa lo nolongin Anisa?" tanya Radit penuh Selik.
" nggak papa" jawab jayden.
" aneh, lo bilang nggak perlu menaruh hati sama Anisa. tapi dari Tingkah lo, gue bisa menyimpulkan kalau lo suka sama" Serka Radit.
Jayden tertawa mengejek.
" Lo kebanyakan Nonton sinetron anak labil. gua reflek aja barusan" kilah jayden.
" serius? lu reflek, kenapa lo cegah gue buat nolongin Anisa?"
" lo sama Anisa bukan muhrim"
Radit semakin menyipitkan matanya, menatap jayden penuh selidik.
" lo juga bukan muhrim. tapi kenapa lo nyentuh Anisa?"
Glek!
Skakmat!
Jayden malah membuat situasi semakin tak terkendali. karena ucapannya yang asal mungkin membuat Rahasianya sedikit lagi akan terbongkar. jayden kemudian menghela nafasnya agar bisa berhati-hati dalam bicara.
" ehem! lo nggak lihat? gue nggak ada nyentuh kulitnya. Tangan Gue cuma nyentuh seragam sama hijabnya aja. gue cegah lo, karena gue takut lu nggak bisa bereaksi seperti gue" jayden terkekeh pelan di ujung kalimat. Iya tidak tahu apakah ucapannya ini bisa mempengaruhi Radit atau tidak.
Radit terdiam.
" Hmm, bener juga omongan lo. gue asal sentuh. dan bisa menyentuh telapak tangannya kalau gue nggak konsen" balas Radit.
" nah! tu lo tau! "
Jayden mengarahkan wajahnya ke samping, kemudian menghela nafas lega.
" untung aja Radit bego kalau masalah kepekaan" batin jayden bersorak.
Tirai terbuka, dan memperlihatkan Anisa yang sudah mulai sadar dari pingsan.
Radit kemudian menghampiri Anisa.
" lain kali lo sarapan dulu sebelum berangkat. lot jadi pingsan gini kan" tutu Radit.
"GOBLOK! Jadi lo Pingsan gara-gara nggak sarapan? bego banget lo jadi cewek!" sentak jayden yang tiba-tiba memakai Anisa.
Anisa terdiam dengan bibir yang bergetar di balik cadarnya.
" lain kali sarapan dulu sebelum berangkat! jangan biasanya nyusahin orang! untung lu nggak mati! kalau lo mati! Siapa yang dapat masalah? Makanya otak dipakai! Jangan cuma cadar lo doang yang dipakai! otak lo juga!"
setelah mengucapkan kalimat itu, jayden pergi meninggalkan Anisa yang seperti menahan tangis.
Anisa hanya memandang sedih punggung jayden yang semakin menjauh dari pandangannya. tanpa sadar setetes air mata mengalir dari sudut matanya. buru-buru Anisa menghapusnya.
" Maaf" lirih Anisa.
" kenapa lo harus minta maaf? Seharusnya jayden yang minta maaf sama lo! ck! dia itu nggak pernah berubah, selalu saja ucapannya menyakiti orang lain" ujar Radit.
" karena lo sudah sadar, gue balik ke kelas, ya. ini sudah hampir satu jam gue ninggalin pelajaran" sambung Radit.
" eh? maafkan aku"
" nggak perlu minta maaf, kalau istirahat aja"
" Aku mau ke kelas juga. hari ini ada ujian, aku nggak mau ketinggalan" ungkap Anisa.
" oh, ya? kalau begitu ayo bareng. gue jagain, takutnya elo tiba-tiba ambruk lagi"
Anisa hanya mengangguk pelan.
" terimakasih, ya Radit" balas Anisa.
Radit tersenyum lalu membantu Anisa membuka pintu. mereka berjalan beriringan, hingga menjadi pusat perhatian. tatapan para siswa yang masih berada di luar kelas pun menatap Anisa dengan tatapan tidak suka.
Drt! Drt!
ponsel Anisa bergetar, dan saat Anisa melihatnya ternyata tertera nama jayden di layar ponsel. diam-diam Anisa melirik ke arah Radit yang memperhatikannya.
" aku angkat telepon dulu, kamu duluan aja, dit" ucap Anisa.
" nggak papa Gue tunggu"
" gak, dit. kamu duluan aja. aku sekalian mau ke toilet"
" oh, ok. lo hati-hati ya" balas Radit Seraya tersenyum simpul.
setelah melihat Radit sudah jauh, Annisa buru-buru mengangkat panggilan jayden yang sudah bergetar untuk kedua kalinya.
" ya, assalamualaikum. apa?"
{ Temuin gue di markas lantai paling atas!}
" untuk apa? Aku mau ke kelas"
{ jangan banyak tanya! cepat ke sini!}
Tut..
panggilan diakhiri sepihak oleh jayden.
Anisa mendengus kesal setelah jayden memutuskan panggilannya secara sepihak. kakinya menghentak karena geram dengan sifat jayden.
" selalu seperti! dia suka seenaknya!" kesel Anisa.
Anisa kemudian segera berjalan dengan tergesa-gesa ke lantai paling atas untuk menghampiri jayden di sana. wanita itu sedikit gugup karena kemungkinan dirinya akan diberi semburan mematikan oleh jayden sang ketua geng motor. Bagaimana jika jayden akan menghukumnya di markas lantai atas? membayangkan saja membuat bulu Roma Anisa merinding disko.
" huff.. Tarik nafas, buang... aku nggak boleh berpikiran aneh-aneh" Anisa mensugesti dirinya agar tidak berpikiran yang tidak tidak.
langkah kakinya kini sudah membawanya ke depan pintu unit yang dihiasi dengan coret-coretan lambang Black Moon.
" mengerikan" ucap Anisa dalam hati.
Anisa lalu segera meraih gagang pintu. Iya buka perlahan, dan terlihatlah sesuatu hal yang tak pernah Annisa bayangkan sebelumnya. di sana jayden duduk di sofa single dengan tatapan mengarah ke Annisa di ambang pintu.
" masuk! Sampai Kapan lo mau berdiri di sana!" titah jayden.
Anisa mencoba menutupi kegugupannya. kemudian wanita itu berjalan dengan hati-hati lalu duduk di hadapan jayden. Anisa mengerjap mengerjakan matanya tak kalah atensinya melihat berbagai aneka ragam makanan yang tertata rapi di meja.
" makan! " suruh jayden.
" i-ini? "
" Iyalah! belum sarapan kan?"
" Iya, tapi banyak banget. aku nggak habis kalau cuman untuk sarapan pagi"
" lo kira lo doang yang belum sarapan? gue juga! Cepat makan!"
Anisa merapatkan bibirnya. padahal Anisa sudah ke gr-an karena Jayden susah payah menyiapkan makanan sebanyak ini untuknya. Tapi siapa sangka jayden juga belum sarapan.
.
.
.
BERUNTUNG BUKAN ADHEK Q😡😡😡😡