Sinopsis:
Lilia, seorang agen wanita hebat yang mati dalam ledakan saat menjalankan misinya, namun secara tidak sengaja masuk ke dunia novel sebagai tokoh wanita antagonis yang dibenci oleh semua warga desa. Dalam dunia baru ini, Lilia mendapatkan misi dari sistem jika ingin kembali ke dunia asalnya. Untuk membantunya menjalankan misi, sistem memberinya ruang ajaib.
Dengan menggunakan ruang ajaib dan pengetahuan di dunia modern, Lilia berusaha memperbaiki keadaan desa yang buruk dan menghadapi tantangan dari warga desa yang tidak menyukainya. Perlahan-lahan, perubahan Lilia membuatnya disukai oleh warga desa, dan suaminya mulai tertarik padanya.
Apakah Lilia dapat menyelesaikan semua misi dan kembali ke dunianya?
Ataukah dia akan tetap di dunia novel dan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Rencana Licik
Di saat para warga tengah sibuk menanam bibit sayur dan buah di lahan sitaan, Pak Gugu beserta istrinya memantau dari jauh dengan mata yang penuh dendam. Mereka masih tidak bisa melupakan kejadian beberapa hari lalu yang telah mengubah kehidupan mereka secara drastis. Gara-gara Lilia, mereka telah kehilangan banyak hal dan kini hidup dalam kemiskinan.
Pak Gugu dan istrinya saling menatap, keduanya memiliki rasa marah dan kecewa yang sama terhadap Lilia. "Pak, aku tidak terima kebun kita di tanam dan dipanen oleh warga," kata istri Pak Gugu dengan nada yang keras. "Kita sudah kehilangan banyak hal, dan sekarang mereka juga mengambil keuntungan dari lahan kita."
Pak Gugu mengangguk setuju dengan istrinya. Mereka berdua memang tidak rela melihat kebun mereka yang dulu sangat produktif menjadi sumber penghidupan mereka, kini diambil alih oleh warga desa dan Lilia. Namun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa secara terang-terangan karena takut diusir dari desa.
Tapi, Pak Gugu memiliki rencana lain. "Malam ini kita rusak kebun mereka," kata Pak Gugu dengan nada yang dingin dan penuh dendam. Istrinya terkejut dengan rencana itu, "Bagaimana kalau kita ketahuan Pak?" tanyanya dengan rasa takut.
"Tidak akan," jawab Pak Gugu dengan yakin. "Kita akan melakukannya dengan hati-hati dan diam-diam. Tidak ada yang akan tahu bahwa kita yang melakukannya." Pak Gugu memiliki rencana yang matang untuk menghancurkan kebun Lilia dan warga desa, dan dia yakin bahwa mereka bisa melakukannya tanpa ketahuan.
Dengan rencana yang sudah matang, Pak Gugu dan istrinya menunggu malam tiba untuk melaksanakan aksi mereka. Mereka berdua memiliki dendam yang mendalam terhadap Lilia dan warga desa, dan mereka tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.
.
.
.
Panas matahari begitu terik siang itu, tapi semangat dan kekuatan warga desa tidak pernah kendur. Mereka terus bekerja dengan giat di kebun, menanam bibit sayur dan buah dengan harapan akan panen yang melimpah. Dan hasilnya sungguh luar biasa, hanya dalam setengah hari mereka berhasil menanam lebih dari setengah luas kebun itu.
Tiba-tiba, Lilia memanggil semua warga dengan suara nyaring, "Pak Wawan, semuanya, ayo makan dulu! Makanan sudah siap!" Semua orang berhenti bekerja sejenak dan berjalan ke pinggir kebun, ke tempat Lilia menyediakan makanan di atas las yang dibawanya.
"Wah, makanannya cantik sekali," puji Pak Wawan saat melihat hidangan yang disiapkan Lilia. Belakangan ini Lilia menjadi terkenal atas masakan-masakan unik dan lezat yang dia buat. Dia menyediakan berbagai jenis ikan bakar seperti nila, patin, betok, dan gurami, serta sayur lalapan dan sambal untuk menemani santapan nasi.
Tampilan cantik makanan yang dibuat Lilia menggugah selera para warga. Mereka pun satu persatu duduk, mengambil makanan masing-masing dan menyantapnya dengan hikmat. Suasana kebun yang biasanya sunyi dan tenang, kini dipenuhi dengan suara-suara riang dan tawa warga desa yang sedang menikmati makan siang bersama.
Mereka semua menikmati makanan dengan lahap, merasa puas dan bersyukur atas hasil jerih payah mereka hari ini. Kebersamaan dan keakraban warga desa terlihat jelas saat mereka makan bersama, menikmati makanan yang lezat dan hangatnya kebersamaan.
Ditengah hangatnya kebersamaan Lilia dan warga desa yang makan siang di kebun, Sistem Ajaib bernama Taro yang selama ini menemani Lilia, muncul dengan tiba-tiba. "Selamat nona, koin emas anda setiap hari bertambah terus," ucap Taro dengan nada yang sopan.
Lilia tersenyum dan membalas, "Taro, misi kedua akan terwujud."
Taro merespons dengan gembira, "Berarti tinggal misi ketiga yang belum. Semoga nona cepat romantis dengan protagonis pria utama dan punya anak, agar novel ini berakhir indah," doa Taro dengan harapan yang besar.
Lilia hanya tersenyum dan menjawab, "Dia memang tampan, tapi aku tidak punya perasaan padanya. Tapi kamu tenang saja, akan ku coba tertarik padanya."
Taro kembali berbicara, "Dia sangat mencintai nona."
Lilia menjawab dengan bangga, "Oh ya? Ya iyalah, aku cantik dan punya banyak pesona, siapapun akan menyukaiku."
Taro tidak setuju dengan jawaban Lilia dan berkata, "Aku rasa, nona juga mencintainya."
Lilia menanggapi dengan sinis, "Tau apa kamu soal cinta, kamu hanya sistem."
Taro tidak terpengaruh dan menjawab, "Walaupun saya sistem, tapi saya tau banyak hal."
Taro kembali menghilang, meninggalkan Lilia yang hanya tersenyum ringan mendengar ucapannya. Lilia tidak pernah menyukai Pandu selama ini, dan dia masih belum yakin apakah dia bisa jatuh cinta dengan Pandu atau tidak. Tapi, Lilia akan mencoba untuk memenuhi misi yang diberikan oleh sistem ajaibnya.
.
.
.
Ketika malam tiba, tepatnya jam sembilan malam, para warga sudah tidak ada lagi di jalanan, membuat Pak Gugu dan istrinya yakin bahwa waktu itu adalah waktu yang tepat untuk beraksi. Mereka berdua telah merencanakan untuk merusak kebun Lilia sebagai bentuk balas dendam atas kejadian yang telah merugikan mereka.
Saat mereka tiba di kebun, Pak Gugu dan istrinya terkejut melihat Boni sudah berada di sana, membawa cangkul di tangannya. Beberapa lubang tempat menanam sudah rusak, membuat Pak Gugu dan istrinya langsung bisa menebak bahwa Boni memiliki rencana yang sama dengan mereka.
"Boni, ngapain kamu di sini?" tanya Pak Gugu dengan nada yang sedikit kesal, karena merasa bahwa Boni telah mendahului mereka. Boni membalas dengan pertanyaan yang sama, "Pak Gugu sendiri ngapain ke sini?" Tanya Boni balik, seolah-olah tidak ingin menjawab pertanyaan Pak Gugu.
Pak Gugu dan istrinya saling menatap, lalu istri Pak Gugu berbicara, "Kamu pasti dendam dengan Lilia, kamu kan dulu selingkuhan Lilia," ucap istri Pak Gugu dengan nada yang sedikit sinis. Boni tidak bisa berbohong, dia memang memiliki dendam yang besar terhadap Lilia.
Boni membenarkan ucapan istri Pak Gugu, "Aku memang ingin merusak kebun Lilia, biar dia tau rasa." Jawab Boni dengan nada yang penuh dendam. Pak Gugu dan istrinya tersenyum, karena merasa bahwa mereka memiliki teman dalam menjalankan rencana balas dendam mereka.
"Kebetulan sekali, kami juga mau merusak kebun ini. Lilia harus di berikan pelajaran. Bagaimana kalau kita bekerja sama?" ajak Pak Gugu dengan nada yang licik.
Boni memikirkan sejenak, lalu menjawab dengan singkat, "Oke."
Pak Gugu tersenyum, merasa bahwa rencana balas dendam mereka akan berhasil dengan baik. "Ayo kita rusak kebun ini dengan cepat!" seru Pak Gugu dengan semangat. Boni mengangguk.
Mereka bertiga pun mulai merusak kebun itu secepat mungkin. Meskipun dalam semalam tidak mungkin bisa merusak semuanya, karena kebun itu seluas 10 hektar, mereka tetap berusaha untuk merusak sebanyak mungkin. Mereka tidak peduli dengan akibat yang akan terjadi, yang penting bagi mereka adalah membuat Lilia menderita dengan membuat usaha Lilia sia-sia. Toh mereka tidak akan ketahuan.