NovelToon NovelToon
Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Vampir / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Harem
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Katsumi

Mengisahkan kehidupan seorang siswa laki-laki yang telah mengalami patah hati setelah sekian lamanya mengejar cinta pertamanya. Namun, setelah dia berhenti ada begitu banyak kejadian yang membuatnya terlibat dengan gadis-gadis lain. Apakah dia akan kembali ke cinta pertamanya, atau akankah gadis lain berhasil merebut hatinya?

Ini adalah kisah yang dimulai setelah merasakan patah hati 💔

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 1 : Tunangan

Sore hari, sepulang sekolah.

Ferdi berjalan sendirian di trotoar yang mulai sepi, matahari sudah condong ke barat. Sebelum pulang, ia sempat menepi ke minimarket kecil yang biasa ia kunjungi.

"Persediaan menipis... saatnya isi ulang," gumamnya, mengambil keranjang belanja dan langsung melangkah ke rak favoritnya.

Rak mie instan berjejer rapi dengan pilihan rasa yang menggoda: soto, kari ayam, ayam bawang, rendang, dan beberapa cup dengan label merah menyala bertuliskan “PEDAS DOWER!!”

"Masing-masing lima bungkus..." ucapnya sambil memasukkan satu per satu ke dalam keranjang. "Terus roti tawar, susu, telur, jajanan, minuman... Oke, lengkap."

Setelah selesai, Ferdi menuju kasir. Beberapa menit kemudian, ia keluar dari minimarket dengan satu kantung plastik besar di tangan, isinya sampai hampir tumpah. Ia berjalan santai, menikmati sisa sore yang hangat.

Tapi semua rasa tenang itu mendadak hilang saat dia sampai di depan rumah.

Pintu... terbuka.

Ferdi berhenti. "...Hah?" Alisnya menyempit.

"Loh... gak kekunci? Tadi pagi udah pasti aku kunci. Jangan-jangan..." pikirnya. "Maling?"

Detak jantungnya naik. Dengan langkah hati-hati, ia mendorong pintu perlahan dan melangkah masuk.

Sepi. Tapi ada suara... dari arah dapur.

Ferdi refleks menaruh kantung plastik di sofa dan menoleh ke belakang pintu. Sebuah sapu berdiri tegak di sana. Ia menggenggamnya erat, memegangnya seperti tombak prajurit zaman kuno.

"Kalau ini maling, minimal gue bisa ngusir, atau... lari."

Langkahnya pelan. Napas ditahan. Setiap suara dari kakinya seolah menggema di ruang tamu yang kosong. Ia mendekat ke dapur... semakin dekat...

Lalu...

"JANGAN BERGERAK!" serunya sambil menerjang masuk.

"Eh?"

Seseorang yang sedang memasak di dapur menoleh santai.

Rambut panjang merah muda berkilau di bawah cahaya lampu. Mata biru cerah menatap Ferdi dengan senyum lembut. Gaun kuningnya tampak kontras dengan suasana rumah yang sederhana.

"Ah... kau sudah pulang, ya? Darling~"

Ferdi terdiam.

"Darling...?" gumamnya bingung.

Gadis itu tersenyum manis,

Ferdi masih berdiri kaku di ambang pintu dapur. Sapu yang tadi diacungkan kini tergeletak tak berdaya di lantai. Tatapannya terpaku pada sosok gadis asing yang tampak... terlalu nyaman di rumahnya sendiri.

Dengan rambut panjang berwarna merah muda, gaun kuning cerah, dan senyum semanis gula kapas, gadis itu mengaduk sebuah sup di atas panci seolah-olah ia bukan penyusup, tapi pemilik rumah yang sedang menyiapkan makan siang.

"Sebentar lagi mateng," ucapnya dengan suara lembut, "Kamu belum makan siang, kan?"

"Iya... cuma makan beberapa gorengan..." jawab Ferdi tanpa sadar. Suaranya pelan. Refleks. Otomatis.

Beberapa detik kemudian, kesadarannya kembali dan panik mulai muncul.

"Enggak, enggak! Tunggu! Siapa kamu!? Kenapa bisa ada di rumahku? Ini rumahku, bukan tempat bebas masuk!" bentaknya, campur aduk antara bingung dan defensif.

Gadis itu dengan tenangnya menoleh dan menatap Ferdi sambil tersenyum seolah-olah yang dikatakan barusan bukan hal penting.

"Bicaranya nanti aja ya... habis kita makan."

"Hah? Makan!? Siapa yang mau makan sama orang asing?" Ferdi membalas, suaranya meninggi.

Tapi gadis itu tetap santai. Ia mematikan kompor, mengambil piring berisi sup, lalu meletakkannya di meja makan yang entah sejak kapan sudah tertata rapi untuk dua orang. Ada bunga kecil di tengah meja. Piring, gelas, bahkan sendoknya pun sudah disiapkan.

"Aku masak pakai bahan dari kulkas kamu kok. Gak pake racun, tenang aja," ujarnya ringan.

"Bukan masalah racun atau enggak!" Ferdi mulai frustrasi. "Masalahnya... kamu siapa!?"

Akhirnya, gadis itu menatap Ferdi dengan serius. Senyumnya masih ada, tapi kali ini ada sesuatu di balik matanya. Sesuatu yang dalam. Yang misterius.

"Namaku Mika."

Ferdi menyipitkan mata. Nama itu gak asing... tapi gak juga akrab.

"Aku datang... karena aku adalah tunanganmu."

"HAH?"

Ferdi melongo. Waktu seperti berhenti sejenak. Suara kipas angin di ruang tengah terdengar lebih keras dari biasanya. Detak jantungnya menggema di telinganya sendiri.

"Apa...?" ujarnya, nyaris berbisik.

"Kamu mungkin gak ingat sekarang, tapi... kita pernah dijodohkan. Udah lama banget. Sebelum semuanya berubah."

"Enggak. Enggak mungkin. Gue... gue gak inget sama sekali!"

"Memang," balas Mika pelan. "Karena kamu lupa. Tapi aku gak."

Mika menarik kursi dan duduk, lalu menepuk kursi di depannya.

"Makan dulu, ya? Nanti aku jelaskan semuanya."

Ferdi berdiri membeku. Otaknya ngebul. Pikirannya penuh tanda tanya. Tapi... perutnya... bunyi.

"Kenapa gue malah laper sih..." gumamnya pelan.

Dengan perasaan campur aduk yang sulit dijelaskan, Ferdi akhirnya mulai menyuap makanannya pelan-pelan. Masakan sederhana: telur dadar dan sosis, tapi hangat, harum, dan… entah kenapa terasa nyaman. Setiap suapan seperti mengikis sedikit rasa panik yang tadi sempat menguasainya.

Di seberangnya, gadis itu—Mika, menatapnya sambil tersenyum manis. Senyuman yang entah kenapa bikin jantung Ferdi berdebar sedikit lebih cepat.

"Gimana? Enak nggak?" tanya Mika, matanya berbinar penuh harap.

Ferdi mengangguk pelan. "Enak kok..." jawabnya jujur, walau masih terasa aneh harus memuji masakan orang asing yang tiba-tiba ngaku sebagai tunangannya.

"Hehe~" Mika tersenyum bangga, seolah itu adalah pujian terbaik yang dia tunggu seharian.

Ferdi meletakkan sendok sejenak. Tatapannya kini lebih serius.

"Jadi… kapan kamu mau jelasin semuanya?" desaknya. Kepalanya masih penuh pertanyaan. Nama Mika... tunangan... masa kecil... dia gak ngerti apa-apa.

Mika tidak langsung menjawab. Ia malah menunjuk ke piring Ferdi.

"Nanti aja, ya. Kamu abisin dulu makanannya. Sayang kalau dingin."

Ferdi menghela napas pelan. "Iya, iya..." ucapnya pasrah, lalu melanjutkan makan dengan tempo lebih cepat. Entah karena lapar, atau karena pengen buru-buru dapet penjelasan.

Mika ikut makan juga. Gerakannya lebih halus, lebih pelan. Tatapannya beberapa kali melirik ke arah Ferdi dengan ekspresi lembut yang sulit dibaca.

Beberapa menit kemudian, makanan habis. Ferdi menyandarkan punggungnya ke kursi dan menarik napas lega. Tapi belum sempat dia buka suara, Mika sudah berdiri dan mengangkat piring-piring kotor.

"Darling, tunggu aja di sofa ruang tamu, ya. Nanti aku nyusul."

Ferdi terdiam sebentar. Kata "Darling" itu masih terdengar aneh di telinganya. Tapi entah kenapa... dia tidak bisa memprotes.

"Ya..." jawabnya pelan. Sekarang dia benar-benar merasa seperti terseret ke dalam cerita yang bukan miliknya.

Dengan langkah lemas, Ferdi berjalan ke ruang tamu dan menjatuhkan dirinya ke sofa. Matanya menatap langit-langit, pikirannya berkecamuk.

"Apa-apaan sih ini sebenernya..." gumamnya pelan, tangan kirinya menutupi sebagian wajah.

Tak lama kemudian, suara air mengalir dari dapur. Suara Mika mencuci piring terdengar lembut, mengisi keheningan rumah yang biasanya sepi.

Dan untuk pertama kalinya, Ferdi merasa... rumah itu tidak terasa kosong.

Saat bersandar di sofa, Ferdi mendesah pelan. Tapi tiba-tiba, sesuatu terlintas di kepalanya, sesuatu yang bikin dia langsung bangkit.

"Ini sudah hari ketiga... aku harus minum obat."

Ia meraih tasnya yang tadi dia taruh di lantai, mengaduk-aduk isinya sampai menemukan kantong plastik kecil berisi botol pil berwarna merah. Tangannya membuka tutupnya, dan ia mengambil satu pil, bersiap untuk memasukkannya ke mulut.

Tapi belum sempat obat itu menyentuh bibirnya...

"Darling~"

Suara lembut itu muncul dari arah dapur. Tapi nada suaranya... terasa berbeda. Dingin. Datar. Dan justru karena itulah terasa mengancam.

Ferdi menoleh pelan. Mika berdiri di ambang ruang tamu, membawa handuk kecil di tangannya, senyumnya tetap ada, tapi matanya... tidak sehangat sebelumnya.

"A-apaa...?" Ferdi tergagap, tangannya masih menggenggam pil.

Mika melangkah pelan ke arahnya. Tatapannya lurus, tidak main-main.

"Jangan makan pil itu." suaranya tegas. Dingin.

"Hah? Tapi... aku butuh ini, kalau nggak—"

"Pokoknya nggak boleh!" potong Mika tajam. Ia melesat maju dan dengan cepat meraih botol obat dari tangan Ferdi, lalu mencengkeramnya erat.

"Hei! Apa yang kamu lakukan!? Balikin itu!" bentak Ferdi. Sekarang dia benar-benar kesal. Dadanya naik-turun. Tangannya mencoba merebut kembali botol itu.

Tapi Mika mundur, menggenggam botol itu dengan kuat. Matanya berkaca-kaca, tapi bukan karena takut, melainkan... marah. Luka.

"Karena pil inilah... karena pil ini ingatanmu hilang!" teriaknya.

Ferdi membeku.

"Eh...?"

Tangannya yang sempat menggapai, kini diam di udara. Dadanya sesak. Matanya memandang ke Mika, mencari... kebenaran.

"Apa maksudmu...?"

Mika menggigit bibirnya. Matanya mulai basah.

"Obat itu bukan untuk menyembuhkanmu..." suaranya pelan, gemetar. "Obat itu untuk menjauhkanmu dari masa lalu. Dariku dan dirimu sendiri."

Ferdi tidak bergerak. Tubuhnya dingin, seolah semua darahnya mengalir ke bawah. Botol kosong di lantai. Detak jantung di telinga.

Semua mulai terasa... salah.

1
Saiful Anwar
jadi Ferdi itu vampir. tunggu, jika dia vampir, apa itu setengah vampir/vampir murni?? tapi kok Ferdi baik" ajah saat terkena sinar matahari.
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
asekk di ulti
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
ini ilusnya pake ai kan? gimana caranya biar kek gtu?
Katsumi: yah di ketik di prompt
total 1 replies
Saiful Anwar
kalau Yuka tau si Ferdi udh punya tunangan bisa marah+cemburu=patah hati
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
oh wow, akhirnya ada pov 1🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
pake nanya🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
jdi keinget yg di yumemiru🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊: tpi bagus sih, bikin keinget jdi pen nonton ulang 🗿
total 1 replies
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
dari ferisu jadi ferdi🗿suka bet huruf 'f' keknya
Katsumi: Gak tau, pengen aja
total 1 replies
Saiful Anwar
darling??
kayaknya bertambah saingannya
Mizuki
Temen w yang namanya ferdi terakhir kali bilang gini ke cwek random hasilnya malah kena gampar
Katsumi: wkwkwkw
total 1 replies
Mizuki
scene ngompori temen dari dulu emang jadi template banget😑
Mizuki
Menyelam sedalam Palung Mariana demi Loli
Mizuki
masih menyelam
Mizuki
Langsung saja, yandere, loli, ama tsundere bab berapa?
Mizuki: btw, ini si Yuka gak ada di cover gak sih, w baca di awal-awal gak ada deskripsinya, kek npc banget daripada penggerak plot awal🗿
total 1 replies
bysatrio
jadi, mulai masuk fantasinya? vampir? mereka berlima? apa sama cewek²nya juga nanti?
Katsumi: iya masuk kayak siluman, iblis dan malaikat
total 1 replies
Saiful Anwar
lah ini baru prolog nya? gua kira udah mulai.
Katsumi: iya masih prolog itu v;
total 1 replies
Saiful Anwar
Hhmm saya mencium aroma misteri
bysatrio
apakah ada konflik lain yang sempat terlupa,
Saiful Anwar
dari alurnya hina dan Ferdi kayaknya teman masa kecil
ラマSkuy
nah kan udah kaya ibu ibu aje ngerumpi, akhirnya didatangin langsung sama yang dirumpiin kan🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!