Juanda Mahessa, 32 tahun, wajah tampan, dingin, tertutup serta kejam. ia adalah CEO muda Mahessa grup sekaligus pewaris tunggal. Prestasi yang luar biasa dan reputasi tanpa cela, membuatnya menjadi panutan dikalangan pebisnis dan wanita kalangan atas. Atas desakan sang kakek Solmon Mahessa yang mengharuskan juanda untuk segera menikah sebelum diusianya yang ke 32 tahun.
" Menikahlah dengan ku " kata Juanda, suaranya tenang namun penuh penekanan
" Apa kau mabuk? " Arumi Calista
" Aku serius, aku akan memberi mu uang 20 juta per bulan nya. kau hanya perlu menikah dengan ku " juanda Mahessa
Arumi tau ini gila, tapi ketika pilihan antara bertahan dalam kemiskinan atau mengambil kesempatan gila ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lembayung pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 22
Akhirnya sepasang suami istri itu pun telah sampai dirumah sakit. Darwis dan luna langsung mencari ruangan yang telah diberi tahu kan oleh suster tadi saat mereka berada di bagian administrasi.
Darwis dan luna berlari kecil menuju ruangan juanda.Saat mereka sampai, mereka langsung masuk kedalam
"Juanda... " panggil pelan sang mama langsung memeluk anak semata wayang nya sembari menangis
"Ayah" sapa darwis sang anak tunggal
"Hm" jawab si ayah singkat
"Juan bangun nak, mama sama papa ada disini. Bangun sayank"
Bagi luna, Juan adalah seorang anak kecil yang masih harus selalu di jaga setiap waktu. oleh sebab itu lah saat luna mendengar kabar kalau Juan di bawa ke rumah sakit, hati dan pikiran nya menjadi tak tenang.
"Apa yang terjadi sebenarnya, mengapa Juan bisa sampai masuk rumah sakit" kini darwis menanyakan hal itu kepada ayah nya, kakek solmon
"Ayah juga tidak tau pasti bagaimana pasti kejadian nya. Arumi lah yang tau semuanya. Ayah hanya di telepon saat Juan sudah tak sadarkan diri" terang kakek solmon lemah
"Arumi?? dimana dia sekarang"
"Dia lagi beli nasi di bawah"
Darwis mendekati anak nya yang masih terbaring lemah. Darwis tak berkata, ia hanya memperhatikan wajah sang anak yang sungguh sangat menyedihkan.
"Bagaimana bisa ini terjadi pada mu, juan" gumam papa nya dalam hati
Lalu Arumi pun datang dengan membawa dua kotak nasi ayam. Namun ia terkejut saat ia lihat ada kedua mertua nya di ruangan tersebut
Saat tadi pintu di buka Arumi, darwis sempat menoleh ke Arumi
"Pa" sapa lembut arumi sedikit membungkukkan badannya. Dan darwis hanya mengangguk kan kepalanya
Arumi meletakkan bungkusan nasi tadi di atas meja, lalu ia pun mendekati mama mertuanya yang ada di tepian ranjang Juan
"Ma" sapa nya
"Arumi" luna tak kuasa menahan tangis
"Sabar ma, saya yakin kalau Juan, mm....maksud saya mas Juan pasti akan bisa melewati semuanya" ucap Arumi sembari mengelus pundak mertua nya.
"Sebenernya apa yang telah terjadi sama juan. Mengapa dia bisa jadi sampai seperti ini" tanya darwis kepada arumi
"Mas Juan telah di beri obat agar ia mau menuruti semua permintaan nya" sahut arumi
"Permintaan nya, siapa yang kamu maksud kan"
"Liliana, dia mengaku sebagai teman masa kecil nya mas juan saat mereka sama-sama di culik"
"Apa!! jadi maksud kamu si lili itu lah yang telah melakukan semua ini"
"Iya pa. dan saya punya bukti-bukti nya" dan arumi pun menunjukkan semua bukti-bukti yang telah dilakukan lili dari awal sampai akhir
"Dasar wanita sialan!!! dimana dia sekarang" darwis semakin emosi saat melihat semua deretan video tadi
"Dia telah di tangkap dan sekarang di tahan di kantor polisi"
Sedari tadi luna hanya mendengarkan saja pembicaraan suaminya dengan menantunya
"Aku harus buat perhitungan dengan wanita iblis itu" ucap geram darwis
"Kamu tenang lah, semua telah ayah selesai kan. Dan ayah pastikan, kalau wanita itu bersama pacar nya, mereka tidak akan pernah melihat matahari terbit lagi" sahut kakek solmon santai namun penuh dengan tusukan
Tiga jam kemudian..
Juanda menggerakkan jari telunjuknya yang sebelah kanan. Reaksi itu dilihat langsung oleh mama nya yang masih setia menunggu anak nya sambil terus menangis tiada henti.
"Hah, pa, Juan pa" ucapan luna sedikit tercekat-cekat pasalnya ia baru saja melihat Juan menggerakkan jemari tangan nya
Darwis dan kakek solmon segera mendekati juanda yang masih terbaring lemah di atas brankar
"Kamu yakin kalau tadi Juan menggerakkan jari nya" tanya darwis kepada sang istri
"Yakin pa, tadi tuh juan menggerakkan jari telunjuknya" sekali lagi luna menyalin kan sang suami
"Kamu panggil kan dokter ke mari" perintah darwis kepada sang menantu
"Baik pa" jawab arumi dan segera memanggil dokter
Lima menit kemudian dokter pun datang lalu memeriksa kondisi Juan
"Syukurlah, akhirnya anak anda sudah sadar. Tinggal tunggu saja sebentar lagi dia pasti akan bangun" terang dokter itu setelah selesai memeriksa kondisi nya Juan
"Terima kasih banyak dok karena telah menolong anak saya" ucap darwis
"Nggak apa-apa pak, itu memang sudah menjadi tugas kami. kalau begitu saya permisi"
"Iya dok silahkan"
Dan perlahan juan membuka matanya. pertama kali saat ia membuka mata, dilihatnya wajahnya sang mama yang sedang bersedih menantikan kesayangan nya
Juan senyum segaris "Mama" katanya
"Juan" luna memegang tangan anak nya
Darwis mendekat juga
"Papa" sapa Juan
Dan kakek solmon juga menghampiri Juan. si kakek hanya mengangguk kan Kepala
Netra mata nya Juan seolah-olah sedang mencari seseorang. Seseorang yang telah ia sakiti.
"Kamu cari siapa nak" tanya mama nya
"Arumi, mana arumi ma" tanya nya
"Arumi?? mana arumi pa" tanya Luna
"Tadi dia bilang mau keluar sebentar" jawab sang suami
Tadi, setelah dokter selesai memeriksa Juan, arumi meminta izin mau keluar
"Apakah dia marah, sampai-sampai dia tak mau melihat ku lagi" gumam juanda sedikit kesal
*****
Di apartemen, arumi segera mengemas semua pakaian nya dan memasukkan nya ke dalam tas dan koper kecil. Ia berniat untuk pergi meninggalkan juanda. Ia tak ingin hidup bersama nya lagi. Buat apa tinggal bersama nya kalau setiap hari hanya mendapatkan ucapan kasar dan hinaan. Lebih baik ia menjauh dari kehidupan nya juanda untuk selamanya.
Arumi menarik nafas dalam lalu membuang nya sebelum ia menutup pintu apartemen itu.
"Selamat tinggal juanda, jika suatu hari nanti kita bertemu kembali, aku pasti akan membayar semua denda ini" gumam nya dalam hati
Tanpa menunggu lama lagi, arumi pergi meninggalkan apartemen itu untuk selamanya. Lalu arumi menghubungi Santi dan akan menginap semalam saja sebelum dirinya benar-benar pergi dari kehidupan juanda selamanya
Sesampainya dirumah Santi, arumi menceritakan semua kejadian yang terjadi pada nya sampai lah saat ini.
"Jadi kamu beneran mau pergi nih ceritanya" tanya Santi
Arumi mengangguk "iya, karena aku akan melupakan nya"
"Kenapa harus keluar negeri sih, ke luar kota aja kan bisa"
"Kalau masih disini, aku yakin Juan akan menemukan ku"
"Terus kapan kamu akan kembali ke sini lagi"
Arumi menggelengkan kepalanya "aku nggak tau"
Tiba-tiba santi memeluk arumi sambil nangis
"Sudah lah, aku kan hanya pergi sebentar bukan selamanya. Nggak usah pakek nangis gitu ih" kata arumi mengelus pundak belakang Santi
Dirumah sakit
Sudah sampai ke sore hari, namun arumi masih belum juga menampakkan dirinya. juanda sudah lebih berenergi sedikit. Papa dan mama nya masih berada di situ menunggu anak semata wayang nya. Sementara kakek solmon telah pulang sedari tadi. Ia perlu istrahat, karena dari tadi pagi ia terus menjaga juanda.
"Apa arumi belum juga sampai ma" tanya Juan sudah mulai merasa gelisah di hati nya
"Mungkin dia masih beresin rumah. Tunggu aja sebentar lagi juga datang kok" luna mencoba mengatakan hal yang sama sekali ia tak ketahui
"Papa mau pulang sebentar, apa kamu mau titip sesuatu"
"Nggak pa"
"Ya udah, papa pulang dulu ya"
"Iya pa"
Juanda diam termenung, Ia memikirkan arumi.
"Apakah dia marah dengan ku dan mencoba menjauh dari ku?" gumam juanda dalam hati terus memikirkan arumi
Lalu juanda mencoba mencoba menghubungi arumi
Nomor yang anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi
Suara operator yang menjawab nya.
Juanda terpaksa harus bersabar karena kondisi nya saat ini sungguh sangat tidak memungkinkan nya untuk mencari arumi
*****
Kini arumi telah pun berada di bandara. Ia ingin naik pesawat ke luar negeri.
"Kamu janji ya kalau akan sering-sering menghubungi aku" ucap Santi memeluk arumi
"Iya aku janji"
"Ya udah kamu pulang sana gih, nanti aku nggak jadi pergi lagi karena masih ngelihat kamu disini" usir arumi dengan candaan
"Kamu ihh... " pukul Santi pelan
"Ya udah aku pergi, kamu jaga diri ya"
"Kamu juga"
Dan akhirnya Pesawat yang membawa arumi pun terbang landas meninggal kan negeri kelahiran nya. Bersamaan meninggalkan kenangan pahit bersama suami kontrakannya.
"Aku akan berusaha melupakan mu juanda. aku yakin aku pasti bisa melalui semua itu" gumam arumi saat dalam pesawat
Dan ditempat lain, dirumah sakit. juanda terus saja menghubungi arumi. Berkali-kali bahkan setiap detik, namun jawaban nya tetep sama. Bahkan kini nomor arumi sudah tak bisa dihubungi lagi.
"Apakah dia sudah mengganti nomor" gumam juanda
Tak lama kemudian, dokter pun masuk dan memeriksa kesehatan nya juanda.
"Hari ini anda sudah bisa pulang" ucap dokter itu kepada juanda
"Terimakasih dok" ucap darwis mewakili Juan
Lalu mereka pulang membawa juanda kerumah utama bukan nya ke apartemen juanda. Juanda hanya menurut, ia tak mau membuat kedua orangtuanya pusing memikirkan anak nya
"Tapi kemana pergi nya arumi ya pa, masak iya dia menghilang begitu saja tanpa pamit sama kita" tanya sang istri saat mereka di dalam mobil
"Papa juga nggak tau ma, nanti kita akan cari dia"
Dirumah mewah dan megah itu, juanda tinggal saat ini. Meskipun dirinya di rumah itu, namun pikiran nya terus saja memikirkan arumi
"Kemana sebenarnya kamu pergi arumi??" gumam juanda dalam hati
Nemu lagi bela ketiga.
ini udah bela ketiga yang ku temukan sifatnya menjengkelkan.
yang satu, sok polos, yang satu nganu, yang ini lagi minta tas baru.
beli sendiri/Right Bah!/