Kehidupan Elena awalnya baik-baik saja, tapi semuanya berubah saat dia melihat adiknya--Sophia berselingkuh dengan kekasihnya.
Tak hanya itu, Sophia juga memfitnahnya dengan tuduhan pembunuhan terhadap Kakek mereka. Hal itu membuat Elena harus mendekam di dalam penjara selama 5 tahun. Dia kehilangan semuanya dalam sekejap mata.
Elena akhirnya menyadari bahwa Sophia telah merencanakan semuanya sedari awal. Sang adik menggunakan kepribadian yang manis untuk menjebaknya dan mengambil alih harta keluarga mereka.
Setelah keluar dari penjara, dia bertemu dengan seorang pria yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Apakah Elena bisa memulihkan namanya dan membalaskan dendamnya pada sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - "Aku beruntung memilikimu"
Pukul 3 pagi, Andreas masih berada di Royal Palace. Dia melihat fotonya bersama Ken yang di ambil beberapa hari yang lalu. Bahkan dia tidak menyadari asistennya masuk ke dalam ruangannya dan ikut melihat foto tersebut.
"Bos, bukankah anak ini terlihat mirip denganmu? Kalian terlihat seperti sepasang ayah dan anak," celetuk Johnny.
Andreas menoleh, "Sekarang kau samakin pandai bicara," balasnya.
Johnny menggeleng, "Aku serius, Bos. Bukan karena ingin menyanjungmu, tapi menurutku kalian memang terlihat mirip. Mata kalian juga terlihat mirip, jika hanya melihat dari foto saja, orang-orang tidak akan percaya jika kalian tidak ada hubungan apapun."
Andreas terpaku dengan foto yang dia pegang, "Benarkah dia terlihat mirip denganku?"
"Benar, Bos!"
"Melihat bagaimana sifat Elena, jika dia tidak mengatakan apapun, aku tidak bisa memaksanya. Aku tidak ingin dia salah paham dan mengira aku tidak peduli dengan Ken," ucap Andreas.
"Bagaimana kabar di sana?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. "Apakah kamera dan yang lainnya sudah siap?"
Johnny mengangguk, "Selama Nona Sophia memakan umpannya esok hari, polisi akan langsung dihubungi. Ketika waktunya sudah datang, dia dan Alex tidak bisa melarikan diri lagi."
"Baiklah."
"Bos, aku masih berpikir ini agak beresiko, bagaimana jika kita tidak---"
Johnny menghentikan kalimatnya begitu ruangan Andreas diketuk dari luar. "Ini jam tiga lebih, siapa yang mengetuk pintu jam segini? Di luar juga masih hujan lebat," ucapnya.
Pria itu melangkah ke arah pintu dan membuka, kedua bola matanya melebar begitu melihat siapa yang berdiri di depan pintu.
"Di mana Andreas?" tanya orang itu yang ternyata adalah Elena. Wanita itu masih mengenakan baju tidur dan terlihat kedinginan.
"Elena?" kata Andreas yang sudah berdiri di belakang Johnny. "Bagaimana kamu...."
Plak!
Elena menampar wajah Andreas. "Bos! Anda tidak apa-apa?" seru Johnny.
Andreas menggeleng, "Keluarlah," perintahnya dan langsung di lakukan oleh asistennya.
Pintu ruangan sudah tertutup, Andreas menarik Elena ke dalam. "Ayo masuk, kamu basah kuyup," ucapnya.
"An! Apa kau sudah gila?!" kata Elena dengan nada tinggi. "Kamu bahkan tidak memberitahuku saat membuat rencana sebesar itu. Apakah kamu berencana memberitahuku begitu kamu sudah tertangkap?!"
Andreas menelan ludahnya kasar, "Kamu mengetahuinya? Apa Johnny yang memberitahumu?"
"Jika bukan karena dia yang takut kamu akan mendapatkan masalah dan menghubungiku, apakah kamu akan berlari ke sana dan mencari mati? Jangan lakukan ini, An," jawab Elene dengan tatapan khawatir.
"Aku yang akan menyelesaikan masalahku sendiri dengan Sophia dan Alex," sambungnya.
Andreas menyampirkan jas besarnya di bahu Elena. "Apa yang kau maksud dengan rencana besar?" balasnya.
Elena kembali merasa geram, "Jangan berpikir bahwa kamu berada di dunia bawah kamu dapat melakukannya. Apakah kamu sudah mempertimbangkan jika rencanamu gagal dan kamu berakhir di penjara?!"
Andreas memejamkan matanya sejenak, "Aku tau! Tapi memikirkan perlakuan mereka padamu, aku tidak tahan! Jika aku tidak membalaskan dendammu, maka aku bukan laki-laki!" jawabnya meninggi.
"Andreas, kamu tidak perlu repot-repot seperti ini. Kamu ingin menjebak Alex dan membuat janji temu dengan Sophia agar keduanya bertemu, lalu diam-diam memasukkan barang haram itu padanya. Setelah itu kamu menyuruh polisi datang untuk menangkapnya, kan?"
"Dengarkan aku, An. Kamu tidak boleh melakukan ini, cepat hancurkan benda itu. Semakin sedikit orang yang tau, maka semakin bagus," jelas Elena.
"Aku sudah menghubungi Sophia dan membuat janji temu dengannya. Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja, " balas Andreas.
Elena memijat pelipisnya, "Aku mohon padamu, bisakah kamu membatalkan rencananya?" pintanya memohon.
"Aku lebih memilih membiarkan mereka lolos daripada harus kehilanganmu! Jika sesuatu terjadi padamu, bagaimana aku akan hidup? Kamu tidak boleh melakukan ini..."
Air mata wanita itu mengalir membasahi wajahnya, entah kenapa perasaannya terasa campur aduk sekarang.
Andreas menghapus air mata itu dengan ibu jarinya, "Ini tidak seburuk yang kamu kira, biarkan aku menjelaskannya."
Elena mendorong dada pria di depannya, dia berlari ke arah meja kerja Andreas. "Di mana benda itu! Berikan benda itu padaku sekarang! Orang lain boleh celaka, tapi kamu tidak!
Andreas mendekat, "Elena, tenanglah!"
Dia tarik Elena hingga telentang di atas meja kerjanya, lalu dia kungkung tubuh wanita itu. "Aku tidak pernah menyentuh barang itu! Tidak ada gunanya mencarinya di sini!" bentaknya.
"Johnny sudah memberitahuku semuanya! Kenapa kamu masih ingin membohongiku!" balas Elena membentak.
"Aku tidak memberitahu Johnny kebenaran yang sebenarnya," jawab Andreas dengan suara pelan. "Tidak mudah untuk mendapatkanmu, bagaimana mungkin aku meninggalkanmu begitu saja untuk mendekam di penjara?"
"Tapi apa yang akan kamu lakukan bisa membuatmu di penjara sekarang juga!" jawab Elena dengan nada frustasi.
Andreas membenamkan wajahnya di leher Elena, "Yang ku berikan pada Alex hanyalah halusinogen palsu, bahkan jika polisi datang untuk menangkapnya, tidak ada yang perlu ditakutkan," jelasnya.
***Halusinogen adalah jenis psikotropika yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat mengubah perasaan, pikiran dan sering kali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Napas lega akhirnya bisa Elena hembuskan, "Kenapa kamu tidak mengatakannya lebih awal?"
Andreas menatap Elena dengan penuh kasih sayang. "Karena aku tidak ingin kamu terlibat. Tapi pada akhirnya aku tetap mendapatkan tamparan tanpa alasan yang jelas. Mulai sekarang, aku tidak akan membiarkanmu pergi dengan mudah," ungkapnya.
"Percayalah padaku sekali saja dan biarkan aku membalaskan dendammu pada mereka berdua."
Elena mendorong dada Andreas hingga dia bisa duduk, "Maaf," ujarnya di ikuti dengan kecupan di bibir pria itu. "Tapi aku tidak menyesalinya karena kamu tidak berdiskusi denganku lebih dulu, kamu memang pantas untuk di tampar."
Wajah Andreas berubah datar, dia menunjuk pipi kirinya. "Kamu bisa menampar sebelah sini juga, wajahku harus terlihat simetris karena aku harus menemui seseorang besok," ucapnya.
Elena terkekeh, "Jika kamu tau itu salah, mulai sekarang kamu harus mendengarkanku."
"Baiklah, istriku tersayang," balas Andreas dan langsung mendapatkan tendangan di lututnya.
"Besok, biarkan Sophia pergi. Aku tidak peduli apa yang akan kau lakukan pada Alex, tapi kamu harus menyerahkan nyawa Sophia untukku," ucap Elena.
Andreas menaikkan sebelah alisnya, "Kamu ingin aku membiarkannya pergi? Jika Alex terkena masalah, kemungkinan besar dia akan kembali. Jika kita melewatkan kesempatan ini, berapa lama lagi kita harus menunggu?"
"Semakin tinggi dia memanjat, maka akan semakin sakit pula dia jatuh. Jika kita menghancurkannya sekarang, bagaimana kita bisa lanjut bermain jika dia mati?"
"Lalu apa rencanamu?" tanya Andreas penasaran.
Elena tersenyum miring, "Biarkan dia pergi dulu dan tangkap nanti. Lakukan apa yang aku katakan besok."
Andreas tersenyum, "Elena, aku benar-benar beruntung memilikimu."
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗