Novel keenam❤️
Tanpa kabar dan berpamitan, Lyra, tiba-tiba ditinggalkan kedua orang tua angkatnya yang membuatnya tak memiliki tempat tinggal dan sepeserpun uang untuk melanjutkan hidupnya di kota besar. Akibatnya ia juga terancam tak bisa melanjutkan kuliahnya yang tinggal beberapa bulan lagi.
Saat pikirannya buntu tak tahu harus bagaimana, sebuah solusi datang kepadanya. Karena tak punya pilihan lain, Lyra terpaksa mengambil jalan pintas itu. Jalan pintas yang mempertemukannya dengan seorang pria kaya raya bernama Zach.
Setelah menghabiskan satu malam yang panas bersama Lyra, Zach seakan tak bisa lepas dari pesona seorang Lyra. Sang konglomerat yang masih memiliki istri dan juga seorang anak perempuan itu pun menjadikan Lyra sebagai wanita rahasianya.
Bagaimana kisahnya? Apakah Zach hanya menjadikan Lyra gadis pemuas untuknya, ataukah pada akhirnya Lyra akan menjadi istri sah dari Zachery Khaled Ivander?
Unofficial Sound Track: Usher-Daddy's Home
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Menyingkirkan Kerikil
'Apa yang Pak Felix perlihatkan pada Pak Zachery?' batin Lyra. 'Apa jangan-jangan rekaman CCTV?'
Lyra pun menyahut. "Iya, Pak."
"Kenapa kamu tidak mengatakannya?" geramnya. "Dia menamparmu?!"
Lyra menunduk. "Kami ada sedikit salah paham, Pak."
"Felix, aku tidak ingin melihat lagi perempuan itu di daftar nama karyawanku. Pecat dia!"
"Tapi Pak..." Lyra tak bisa membiarkan itu. Jihan akan semakin marah padanya.
"Baik, Pak." Felix pun keluar dari ruangan.
Lyra mendekat pada Zachery lagi. "Tolong jangan pecat Jihan, Pak. Dia tidak salah, kami terlibat kesalahpahaman. Itu saja. Saya akan menyelesaikan masalah kami secepatnya, tapi tolong, batalkan pemecatannya. Saya mohon."
"Kenapa kamu malah membelanya? Kamu tidak marah padahal dia sudah menamparmu?"
Lyra kembali menunduk. "Saya juga salah, Pak. Saya juga balik menamparnya."
"Apa? Baguslah," ucap Zachery puas.
"Tidak, Pak. Saya menyesal melakukannya. Bagaimanapun dia adalah teman saya. Dia berpikir saya yang melaporkan sesuatu kepada anda, sehingga dia dipindahtugaskan. Saya..."
"Kamu sangat keras kepala." Kedua mata tajam itu menusuk Lyra hingga ia tak melanjutkan kata-katanya lagi. "Baiklah, akan aku katakan yang sebenarnya, walaupun ini melanggar prinsipku."
Mengatakan yang sebenarnya? Batin Lyra penasaran.
"Jihan adalah salah satu wanita yang pernah menghiburku."
Sontak Lyra membuka mulutnya tak percaya.
"Sekitar satu tahun lalu, aku pernah memakainya, tapi hanya sekali. Setelah itu sempat beberapa kali ia menemuiku, dan memintaku untuk menjadikannya wanita simpananku. Ia sampai berkata tak perlu memberinya apapun, cukup membiarkannya melayaniku, itu saja. Tapi aku tidak suka padanya, jadi aku menolaknya. Tapi entah bagaimana sejak saat itu ia tak menggangguku lagi. Namun ternyata dia berhasil bekerja di perusahaanku. Aku tak tahu apa yang dilakukannya, tapi Felix sedang menyelidikinya."
Pantas saja Jihan sangat marah. Jika ia begitu ingin menjadi wanita Zachery, apa mungkin Jihan menyukai Zachery? Pikir Lyra.
"Sekarang katakan, apa yang kalian bicarakan di tangga darurat?" tanya Zachery penasaran karena kedua wanita itu sampai saling menampar.
Tak ada gunanya Lyra menutupinya lagi. Zachery saja sudah sampai membuka masalah ini di depannya. "Jihan berpikir saya yang membuat anda memutasinya, Pak. Lalu dia tahu saya tinggal di Moonlight Apartement. Sepertinya dia pernah melihat saya dan juga anda memasuki gedung apartemen itu. Awalnya saya bingung kenapa dia tiba-tiba berubah kasar. Tapi setelah mendengar penjelasan anda, saya paham sekarang, mungkinkah Jihan menaruh rasa pada anda makanya dia semarah itu pada saya?"
Zachery mengutak-atik laptopnya untuk membuka data para pegawainya. "Ya, dia pernah mengatakan jika dia menaruh rasa padaku." Kemudian Zachery menemukan data milik Jihan dan melihat dimana alamat gadis itu tinggal. "Benar, dia tinggal di apartemen itu juga." Zachery menyesal mengapa ia sampai tidak mengetahuinya.
"Bagaimana ini, Pak?" tanya Lyra cemas. Apalagi melihat sikap Jihan tadi, Lyra khawatir Jihan akan membongkar hubungan gelap Lyra dengan Zachery kepada orang-orang.
"Tenanglah, aku tak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi. Kamu lupa siapa aku?" Zachery menenangkan saat melihat wajah Lyra yang begitu panik.
Benar, Zachery tak akan mungkin membiarkan namanya tercoreng. "Terimakasih, Pak." Lyra sedikit lega.
Zachery bangkit dari duduknya dan menghampiri Lyra. Diraupnya kedua pipi Lyra dan mengecup keningnya. "Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja," ucap Zachery menenangkan. Lyra pun mengangguk dan menyerahkan semuanya pada Zachery.
Setelah itu Lyra kembali ke mejanya dan mengerjakan pekerjaannya. Tiba-tiba pesan muncul dari resepsionis bahwa rekan bisnis Zachery sedang dalam perjalanan menuju ruang rapat.
Zachery keluar dari ruangannya dan Lyra pun bangkit dan mengikuti pria itu menuju ruang rapat yang terletak satu lantai di bawah kantornya.
Saat pintu terbuka, seorang pria paruh baya bersama asistennya juga seorang wanita cantik yang nyaris tak dikenalinya lagi.
"Jihan..." gumam Lyra tanpa sadar, sedang apa dia di sini? Terlebih kenapa ia terlihat berbeda?
Zachery pun menanyakan hal yang sama dalam hati. Dengan tenang ia menghampiri pria itu dan menjabat tangannya. "Selamat pagi, Pak Andri. Selamat datang di Vander Enterprise."
Pria itu bangkit dari duduknya dan menyambut tangan Zachery. "Selamat pagi, Pak Zachery. Senang sekali bisa bertemu dengan anda lagi. Lama sekali kita tidak bertemu."
Mereka pun saling memuji perusahaan masing-masing sebelum akhirnya mereka duduk kembali di kursi ruang rapat itu dan mulai berdiskusi mengenai pembaharuan kontrak kerjasama yang akan mereka lakukan.
"Sebelumnya siapa ini?" tanya Zachery ramah, melihat ke arah Jihan yang sejak tadi terdiam di samping Andri. Jihan sudah tak lagi bergaya culun seperti sebelumnya. Kini ia menggerai rambutnya, melepas kacamatanya, dan menggunakan pakaian kantor yang elegan.
"Ini adalah putri saya, Pak Zachery. Selama setahun terakhir dia sudah bekerja di perusahaan anda."
"Benarkah?" Zachery sedikit terkejut, ia baru mengetahui bahwa Jihan adalah putri dari rekan bisnisnya yang juga seorang presiden direktur.
"Maafkan saya, karena tidak memberitahukannya pada anda lebih awal. Namun Jihan bersikeras ingin merahasiakannya. Putri saya ini memang sangat mandiri sejak ia masih sekolah, latar belakangnya sebagai putri dari seorang presdir tak pernah membuatnya terlena. Katanya ia ingin bekerja dengan jerih payahnya sendiri dengan bekerja di sini dan memulai karirnya dari nol. Maka dari itu saya membiarkannya." Andri begitu membangga-banggakan putri satu-satunya itu, membuat Jihan tersipu malu.
Lyra sendiri merasa terkejut. Jihan yang ia anggap sebagai sahabatnya, ternyata putri dari presiden direktur sebuah perusahaan yang cukup besar. Selama ini Lyra hanya mengetahui Jihan memang putri dari seorang pengusaha, tapi ia tak pernah menyangka status sosial Jihan benar-benar jauh di atasnya.
Selain itu, Lyra semakin paham mengapa Jihan menyukai Zachery dan berani mengakui perasaannya pada pria itu. Bahkan Jihan nekat bekerja di perusahaan Zachery padahal dia tahu, dalam poin perjanjian dengan tegas dituliskan Zachery tidak pernah mau wanita penghiburnya ada diantara karyawan yang dimilikinya. Tapi Jihan tak takut itu karena pantas saja, ada sosok ayahnya yang akan menjadi tameng untuknya.
"Lalu sekarang anda 'membuka kartu' anda karena..." pancing Zachery. Ia tahu kemana arah pembicaraan ini mengalir.
"Maafkan saya harus seperti ini." Andri menatap Jihan dengan sedikit gelisah. "Tapi bisakah anda mengabulkan permintaan saya untuk tidak memutasi Jihan ke Kuala Lumpur?"
Zachery tersenyum dan diam beberapa saat. Ia sedang berpikir bagaimana cara agar dirinya bisa menendang perempuan nekat itu, saat itu juga.
Tiba-tiba pintu diketuk dan Felix pun masuk ke ruang rapat. "Maaf saya terlambat, Pak." Felix menyerahkan sebuah map pada Zachery yang tidak dimintanya. Sekilas mereka saling menatap penuh arti, lalu Zachery pun membuka map itu.
Seringai yang sangat tipis muncul di bibir Zachery. Entah dokumen apa yang Felix berikan kepadanya.
"Sepertinya saya tidak akan memutasi putri anda, Pak Andri," ujar Zachery menutup map itu. Kedua ayah dan anak itu saling menatap dan tersenyum lega. "Tapi saya terpaksa memberhentikannya."
Senyum pun sirna dari wajah Jihan dan ayahnya, berganti menjadi syok bukan main. "Apa maksud anda, Pak Zachery?"
Zachery menyerahkan map itu kepada Andri. Pria berkacamata itu pun membukanya. Wajahnya yang sudah syok bertambah pucat. "Jihan! Apa yang sudah kamu lakukan?!"
"Saya tidak tahu bahwa anda pandai sekali berbohong, Pak Andri. Tadi anda mengatakan Jihan bekerja disini untuk meniti karir dari nol. Dia berprestasi, bla...bla...bla..." ucap Zachery dengan meremehkan. "Tapi ternyata dia menjadi mata-mata di perusahaan saya?"
"Bukan seperti itu, Pak! Saya tidak tahu mengenai ini!" Andri panik bukan main.
"Mungkin anda tidak tahu, tapi putra tertua anda pasti tahu. Dia yang mendapatkan informasi mengenai produk kami yang sedang kami kembangkan. Jadi itu sebabnya, perusahaan anda meluncurkan produk yang hampir sama dengan produk saya yang masih dalam tahap pengembangan." Ditatapnya Jihan dengan bengisnya. "Jadi putri anda sendiri mata-matanya."
Wajah gadis itu pucat pasi. Ia tak tahu apa yang sedang terjadi.
"Tapi Pak Zachery..."
"Saya sangat kecewa, Pak Andri. Apa ini akan menjadi akhir dari kontrak kerjasama kita?" ucap Zachery tenang dengan nada mengancam.
"Apa?! Perusahaan kita sudah bermitra sejak ayah saya dan juga ayah anda masih menjabat! Tidak mungkin semuanya hancur karena hal sepele seperti ini, Pak! Saya akan ganti rugi, saya berjanji. "
Zachery mengangguk. "Saya setuju. Saya sangat berterimakasih jika anda mau bertanggung jawab. Saya pun tidak menginginkan ini, Pak Andri. Tapi anda tahu, kejadian ini sangat melukai kerjasama dan kepercayaan kita yang sudah terjalin selama puluhan tahun."
"Iya, tentu saya sangat paham itu, Pak Zachery. Saya akan bertanggung jawab." Pria paruh baya itu berkeringat dingin. Ia hampir saja kehilangan mitra paling penting dalam kelangsungan perusahaannya.
"Tapi mata-mata ini..."
"Dia akan berhenti. Jihan akan mengundurkan diri. Tolong jangan pecat dia secara tidak hormat, tolong jangan berikan jejak hitam dalam perjalanan karirnya." Andri memohon dengan sangat.
Zachery pun tersenyum puas. Satu kerikil yang mengganggunya, berhasil ia singkirkan.