[Duda] Siasat Merebut Istri Orang

"Akkk … sialan kau, Freya?!" teriak Ozan penuh kesakitan.

Freya tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dia langsung menggapai handuknya lalu segera keluar dari kamar mandi. Tak lupa Freya mengunci Ozan dari luar. Dia benar-benar sangat ketakutan.

Nafas Freya memburu, dadanya naik turun. Wanita itu mencengkram erat handuknya. Lelehan air mata terus membasahi pipinya.

Freya seperti orang linglung. Dia benar-benar tidak menyangka kalau suaminya bisa menyentuhnya. Selama ini Ozan tak pernah menunjukkan ketertarikan fisik terhadap nya.

"Ada apa dengannya? Bajingan itu sangat mirip dengan pecandu PMO yang sedang mencari mangsa," gumam Freya pelan.

Benar kalau Ozan adalah suaminya, sangat sah bila Freya memberikan hak Ozan. Malahan bisa berdosa, akan tetapi, Freya bukanlah malaikat. Dia hamba manusia biasa yang punya luka, trauma dan benci.

Bagaimana bisa dia ikhlas tubuhnya dijamah oleh pria yang telah menciptakan banyak luka mengerikan di tubuhnya.

Suara pintu ditendang dari dalam kamar mandi terdengar. Sepertinya Ozan sedang mengamuk. Pria itu amatlah berbahaya bagi Freya.

"Lebih baik aku ganti baju cepat-cepat lalu segera berangkat. Lama-lama di rumah aku bisa habis di hajar olehnya," ujar Freya bermonolog pada dirinya sendiri.

Wanita itu tidak punya waktu untuk memakai skincare apapun. Bahkan, rambutnya dibiarkan basah. Freya hanya memakai bra sport dan legging khusus untuk olahraga. Tak lupa dia memakai cardigan.

Setelah itu Freya keluar dari kamarnya. Saat menuruni tangga Freya bertemu dengan Naima.

"Nai, saya berangkat sekarang ya. Katakan pada Marcel jangan dekat-dekat dengan papanya nanti dia bisa digigit. Oh iya, tolong buka pintu kamar mandi saya ya!"

Setelah memberi amanah pada Naima. Freya segera berlari keluar dari rumah. Dia masuk ke dalam mobil BMW terbaru hadiah pernikahan dari orang tua Ozan untuknya.

Bisa dikatakan keluarga Ozan tidak pernah pelit uang. Tapi, pelit kewarasan.

Freya tidak sadar telah membuat takdir seorang gadis berubah akibat menjalankan amanah nya.

"Tumben ibu menyuruh ku untuk membuka pintu kamar mandi," gumamnya pelan.

Gadis itu segera melangkahkan kakinya menaiki anak tangga lalu masuk ke dalam kamar Freya. Dia melihat kamar Freya kosong, tidak ada seorang pun di sana.

Naima bergegas membuka pintu kamar mandi yang terkunci dari luar.

Degg.

Tubuh Naima menegang saat melihat seseorang di dalam kamar mandi tampak menatap dirinya tajam.

"Ba–bapak," gumam Naima berkaca-kaca.

Dan …

*

*

Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit. Freya tiba di apartemen milik Mark. Mulut Freya terbuka lebar saat melihat apartemen yang ditinggali oleh Mark.

Lebih tepatnya mirip dengan penthouse. Freya lupa kalau suaminya juga kaya, saking jarangnya liburan, karena hubungannya dengan Ozan sangatlah buruk.

"Waw … sewa listriknya sebulan pasti melebihi gaji UMK," gumam Freya pelan.

Ibu satu anak itu segera masuk ke dalam lift. Dia menuju ke lantai 40, setelah keluar dari lift. Freya menelan bel penthouse nomor 005. Sesuai alamat yang diberikan oleh Mark.

Ting tong.

Tak lama setelahnya pintu terbuka menampilkan sosok Mark yang bertelanjang dada. Hanya menggunakan celana pendek. Keringat pria itu membuat kulitnya lembab membuat Freya menelan ludahnya kasar.

Gleg.

"Seksi," batin Freya memuji visual Mark. Akan tetapi, wanita itu segera tersadar dengan statusnya yang merupakan istri orang.

"Morning," sapa Mark dengan suara serak nan seksinya.

"Morning too," balas Freya gugup.

Tatapan keduanya bertemu membuat Mark ikut menelan ludahnya melihat penampilan Freya. Rambut wanita itu masih basah, wajahnya polos tanpa riasan menciptakan kesan seksi dan lugu secara bersamaan.

"Andai yang dihadapan ini istriku. Sudah ku pastikan anakku banyak," batin Mark penuh damba.

Pria itu tersebar dari lamunan pendeknya. Dia segera membuka pintu lebar lalu mempersilahkan Freya masuk.

"Silahkan masuk, Frey."

"Terima kasih, Pak."

"Jangan panggil, Pak. Karena kita sedang berada di luar kantor dan di luar jam kerja. Panggil aku Mark saja," pinta Mark tak ingin dibantah.

"Ta-tapi, Pak."

"Mark." Pria itu kembali mengulang dengan nada tegas.

"Baiklah, Mark," ujar Freya pelan membuat pria itu tersenyum kecil.

Mereka berdua masuk ke dalam, Freya melihat ke segala penjuru penthouse milik Mark. Suasananya menentramkan dan memanjakan mata.

Mark membuka pintu kamarnya. Lalu memanggil Freya untuk masuk ke dalam.

"Freya, ikut aku!" teriak Mark dari dalam kamar membuat Freya tersadar.

Wanita itu perlahan masuk ke dalam kar Mark. Meski tak enak hati, dia tetap menjalankan perintah, Mark. Karena tahu betul kalau atasannya itu tidak suka dibantah.

Freya melihat Mark sedang menghidupkan hairdryer.

"Kemari, Frey. Keringkan rambutmu dulu, setelah itu baru kita mulai," pinta Mark membuat Freya teringat kalau di rumah dirinya tak sempat mengeringkan rambut, karena ulah Ozan.

"Baik." Freya menyodorkan tangannya untuk meminta hairdryer.

"Biar aku bantu keringkan agar lebih cepat," ujar Mark cepat membuat Freya melongo.

"Hah?"

Seumur hidup baru kali ini ada orang yang menawarkan jasa untuk mengeringkan rambutnya, kecuali pegawai salon.

"A-aku bisa sendiri," balas Freya terbata-bata, karena merasa sangat gugup.

Mark menggelengkan kepala nya cepat. Dia tidak akan membiarkan Freya melakukan hal ini sendiri. Karena Mark ingin melakukan pendekatan dengan Freya agar mereka berdua punya ikatan secepat mungkin.

"No, biar aku saja. Cepat duduk di sini! Aku tidak ingin dibantah, Freya."

Mark berkata dengan nada dingin membuat Freya mau tak mau segera duduk di kursi meja rias. Namun, sebelum itu Freya membuka cardigan nya terlebih dahulu.

Gleg.

Jakun Mark naik turun ketika melihat penampilan Freya semakin seksi.

"Pemandangan yang indah," batin Mark memuji.

Senyuman lebar membingkai wajah tampan Mark. Pria itu dengan penuh semangat mengeringkan rambut Freya. Mata ibu muda itu nyaris tertutup rapat, saling nikmatnya pijatan halus Mark pada kepalanya.

"Rambutmu indah," puji Mark pelan membuat Freya malu.

Pipinya merona dipuji oleh Mark.

"Rambutmu juga indah," jawab Freya membalas pujian Mark.

Hingga pada saat Mark tak sengaja melihat tanda merah di tengkuk dan belakang telinga Freya.

Wajah pria itu langsung berubah masam. Dia tahu betul dari mana asal muasal tanda merah itu. Tentu saja dari pria sialan yang ringan tangan itu.

Rasa cemburu membuat Mark tanpa sadar menaikkan suhu hair dryer. Pria itu mengalihkan udara hangat hair dryer tertuju pada tanda merah yang diciptakan oleh Ozan.

"Auch … panas," pekik Freya terkejut membuat Mark tersadar dari lamunannya.

Pria itu segera mematikan hair dryer lalu membawa rambut panjang Freya ke pundak kiri.

"Maaf-maaf, aku tidak sengaja, Frey."

Mark meniup leher Freya berharap rasa panas di sana menghilang, tanpa tahu kalau akibat tiupan Mark membuat sekujur tubuh Freya terasa panas.

Gleg.

"Sepertinya bukan hanya Ozan yang terlihat seperti pecandu PMO. Tapi, aku juga … bagaimana bisa pikiranku melayang ke sana," jerit Freya dalam hati.

*

*

Maaf telat up. Tenang aja hati ini author up 2 bab setara 4 bab kok. Karena panjang bab nya.

Jadi, jangan lupa kopi yah 😘🌹🥰❤️

Bersambung.

Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰

Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️