Luna Anatasya Gerraldy seorang mahasiswa semester akhir harus berusaha keras untuk mengikuti pendaftaran magang di sebuah perusahaan terbesar, di negeri ini.
Kisah cintanya dimulai saat bertemu dengan Reza Aditya Winajaya seorang CEO yang berstatus Single Daddy yang ternyata adik dari Dosen killernya. Segalanya berubah saat seorang bocah laki-laki berusia tiga tahun memanggilnya 'Mommy' dan malah mengikat Luna dengan Reza semakin erat hingga keduanya saling jatuh cinta.
Bagaimana kisah keduanya saat tahu masalalu mereka seperti benang merah, yang dimana semua terasa mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NOVIA IP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Berlibur
♥♥♥
Puncak, Bogor
Akhir pekan semuanya pergi bersenang-senang, liburan ke puncak bogor, karena mereka ingin menghirup udara segar dan menginap disebuah villa milik keluarga Winajaya selama dua hari. Reza, Luna, Biboy dan Barrack satu mobil, sedangkan Abel dan Rara ikut dengan mobil keluarga Abdul. Sementara Ayah Luna tidak ikut karena masih sibuk dengan rekan bisnis barunya.
Saat memasuki daerah puncak pemandangan dalam perjalanan terlihat pepohonan dan udara tercium segar, Luna memandangkan arahnya dijendela dan banyak orang-orang berfoto selfi untuk sekedar istirahat dan pedagang-pedagang jagung, umbi rebus maupun bakar berparkiran disisi jalan.
Perjalana pun berakhir disebuah Puncak Pass Resort disuguhi pemandangan gunung asri dan kebun teh yang serba hijau. Pepohonan rindang dan tanaman cantik tertata indah dan juga rumput hijau memenuhi setiap sudut villa. Dan dipadukan dengan fasilitas kolam renang cukup besar.
"außergewöhnlich", Barrack mengagumi setiap pohon dan kebun teh disetiap sudut villa dan mengendong Biboy yang tidak lepas mau lepas dari pelukan Barrack.
"Sicher". Balas Luna.
Kedatangan mobil dari keluarga Abdul pun masuk dalam pekarang villa, Abel dan Rara menghampiri Luna yang sudah sampai duluan dan sembari melihat keindahan disekitar villa.
"Segar banget udara disini, beda sama dijakarta". kata Abel menghirup sejuknya hembusan angin.
Reza mengeluarka koper dengan bantuan Mang Ujang yang menjaga villa keluarganya ini selama 10 tahun lamanya. Dan kami semua disambut oleh keuarga dari Mang Ujang yang siap melayani mereka selama berada disini.
Semuanya masuk kedalam villa dan mengikuti Bi Minah menunjukkan setiap kamar masing-masing orang untuk ditempati.
"Mas, kamu pasti capek istirahat dulu. Seharian ini kamu yang setir mobil". kata Luna khawatir.
"Iya sayang". ucap Reza, "Kamu tidur sama aku juga kan?". katanya mengoda.
Sebelum Luna menjawab, disamping mereka sudah ada Sarah dan Abdul yang tak sengaja mendengar ucapan Reza. Mereka menoleh kesumber suara dan kaget dengan kemunculan tak terduga dari pasangan suami istri yang sekarang sedang menatap tajam keduanya.
"REZA". sentak Sarah, "Kalian belum halal jangan coba-coba awas kalian. Terutama kamu Reza, Mbak tahu udah lama nggak dibelai jadi tahan dulu sampai kalian SAH". tegasnya dan menekan setiap kata dan membuat keduannya malu.
"Mbak Sarah, sembarangan aja kalau ngomong. Aku tuh nggak akan sentuh Luna sebelum menikah. Tenang aja". bela Reza menoleh pada Luna dan megedipkan matanya.
"Kita nggak niatan begitu kok, aku juga tidur sama Abel sama Rara bertiga". seru Luna mengalihkan.
"Sudah dengarkan mah mereka nggak mungkin macam-macam, lagian mereka juga udah dewasa". Abdul melarai pertingkaian.
Mereka semua masuk kamar masing-masing, untuk istirahat sejenak sebelum makan siang mereka disajikan oleh Bi Minah yang memasak.
Semantara Barrack masih berjalan diluar ditemani Rara yang senang hati mengajak berkeliling villa, dan melewati pohon-pohon yang berdiri disetiap perjalanan mereka menelisuri villa.
"Are you happy?". tanya Rara tidak melepas pandangan kekaguman pria dihadapannya.
"I'm happy, Ich bin zum ersten mal hier". balas Barrack dengan campuran kata membuat Rara bingung.
"Hah?", serunya tak mengerti.
Barrack menoleh dan menatap Rara yang tidak mengerti ucapannya tadi, "Ah! Maksudnya aku baru pertama kali kesini". katanya dengan logat bule yang lumayan belepotan tapi dimengerti oleh Rara.
Barrack mengelus puncak rambut Rara lembut, "Ayo masuk", dan terseyum manis.
Sumpah, Barrack favorit aku. Dewasa banget padahal masih kecil dan buat aku meleleh. batin Rara merasa perlakuan bule ganteng itu begitu romantis dimatanya.
"Kok kamu bengong?". Sahut Barrack karena Rara masih tertinggal dibelakangnya.
"Iya tunggu". Rara berlari menghampiri pria itu dengan hati riang.
Keberadaan mereka dipuncak adalah hal paling mereka senangi karena setiap candaan dan tawaan membuat semuanya semakin akrab.
Malam pun datang, dengan suhu udah yang cukup dingin mereka menggunakan sweater dan syal untuk menghangat tubuh mereka. Acara bakar-bakaran dilakukan Abel dan Luna yang sudah mahir, sementara Rara duduk dikursi rotan panjang berdua dengan Barrack, selama di villa keduanya selalu menempel terutama Rara yang kegenitan.
Reza dan Abdul sedang duduk santai menikmati Coffee hangat yang membantu tubuh mereka terjaga, berbeda dengan Sarah, Biboy dan Tasya anak bungsu Abdul memilih tinggal didalam villa karena suhu udara yang benar-benar dingin membuat mereka duduk menonton televisi dengan pemanas ruang yang cukup mengurangi suhu dingin diruangan.
"Luna, kayaknya kamu harus restuin Rara sama Barrack deh". Abel yang sedang mengoles mentega ke jagung manis, sesekali menatap kearah keduanya yang terlihat akrab.
"Rara, cuma anggap Barrack adik kok". Luna pun menoleh kearah Rara sekilas dan kembali fokus membalikan jangung yang sudah diolesi mentega agar merata.
"Tapi aku yakin Rara suka sama Barrack"
"Kamu kayak nggak tahu aja selera Rara, dia itu lebih suka pria dalam novel-novel yang dia baca. Barrack masih kecil".
"Itu sih jangan ditanya kelewat mengkhayal. Tapi Barrack cukup dewasa loh".
"Dia itu model juga kayak Jessy, so pasti dia bisa menyesuaikan sikapnya".
"Model? Gila pantesan aja badannya oke".
"Namanya juga bule, badan bagus dan tinggi ya jadi model apalagi tambah tampang yang bagus. nilai plus buat mereka. Memang kita pedek nggak tinggi nggak". Luna membandingkan.
"Betul. kita apa atuh".
Seseorang melangkah menghampiri Luna dan Abel yang sembari tadi sibuk bakar-bakaran dan mengobrol riang tanpa mereka yang sadari Abdul dan Reza.
"Wah ada yang sudah jadi belum?". tanya Abdul melipatkan kedua tangannya didada karena merasa kedinginan.
"Sudah bawa aja, Mas kedalam". Abel pada Abdul dan berlari kecil masuk kedalam dengan membawa beberapa jagung bakar.
Sementara Reza mendekati Luna memeluknya dari belakang, menetralkan kedinginanya. Luna pun merasa risih menguraikan pelukan Reza karena mengganggu kerjaanya bersama Abel yang terlihat kesal menatap Reza yang selalu bermanja-manjaan didepannya.
"Mas, Lepasin. Aku lagi bakar jagung nih". kesal Luna karena Reza semakin mebgeratkan pelukannya.
"Ih sayang, aku kedinginan tahu nggak". Reza terus saja mengeliat kedinginan menepel dibelakang punggung Luna.
"Tahu nih, manja banget. Masuk aja kalau kedinginan. Jangan ganggu kita". Judes Abel melihat kelakuan kakaknya kelewat manja.
"Sirik aja kamu, tahu deh yang jomblo nggak ada yang bisa peluk dan cium kamu kan. Makanya cepat cari pacar". Ledek Reza.
"Nyebelin banget sih, nanti aku cari yang cakep yang romantis kayak Christian Grey". sahut Abel.
"Ngimpi kali yee. Sama Al aja tuh, dia lagi jomblo". ucap Reza sontak membuat Abel was-was.
"Siapa Al?" tanya Luna penasaran
"Al itu loh yang aku pernah ceritain, Unclenya Biboy". balas Reza.
"Oh chef yang kamu ceritain itu". Kata Luna.
"Nanti aku kenalin deh, soalnya dia akhir-akhir ini sibuk banget". ujar Reza menghembuskan napasnya karena merasa kedinginan.
Abel mendengarkan saksama setiap ucapan Reza yang keluar bila kakaknya keceplosan memanggil Aldo dia bisa langsung mengalihkan pembicaraan Reza seperti dulu-dulu.
"Udah selesai belum kita masuk, dingin banget". Seru Reza.
"Bentar lagi. Mas kamu lepasin dulu pelukannya, mesum banget nempel-nempelin aku. Nggak inget kata Mbak Sarah". Luna merasa panas karena pelukan Reza dan gesekan-gesekan yang membuat Luna semakin kaku.
"Ah! Inget banget kok". Reza melepaskan pelukannya tak rela namun terpaksa.
"Ayo kita masuk". Sahut Abel bersiap-siap masuk membawa jagung yang telah dibakar.
Cuaca malam semakin dingin membuat mereka segera masuk kedalam villa termasuk Rara dan Barrack semenjak tadi asyik mengobrol diperakarangan.
Memasuki villa sudah ada Abdul dan keluarga yang sembari tadi berada diruangan untuk meghangatkan tubuh mereka karena diruangan cukup hangat tidak seperti diluar terasa membuat mereka beku kedinginan.
Luna menghampiri Biboy yang terlihat lelah dan menggendongnya dipangkuannya duduk disofa bersama Reza disampingnya. Mereka berkumpul dengan menceritakan sesuatu hal yang lucu dan membuat gelak tawa mereka terdengar nyaring. Sehingga acara televisi yang mereka tonton tidak dihiraukannya.
Cerita yang tadinya membuat mereka happy dalam beberapa menit, raut wajah mereka menjadi tegang saat Abdul mulai menceritakan sesuatu yang seram. Cerita tentang kisah nyata divilla yang mereka tempati pernah ada sesuatu yang mistis dimana ada suara orang yang menagis, tertawa, jalan kaki seperti orang berlarian, dan yang lebih seram penampakan seorang wanita selalu terlihat disekitar lorong kamar.
"So, kalian kalau udah malem jangan ada niatan buat keluar dari kamar, soalnya bila tiba-tiba kalian bertemu dengan penampakan wanita itu akan―" cerita Abdul terhenti saat wajah yang semeraut dan memekik tajam seolah-olah mencengkram membuat mereka yang mendengarkan menjadi takut.
"Aaaaaarggggggg". Sontak Reza berteriak ketakutan sementara mereka terkejut dengan teriakanya dan membuat orang sekitar menjadi horror takut-takut Reza kesurupan arwah wanita yang Abdul ceritakan.
"Mas Reza!!!" seru Luna kaget mendengarkan suara teriak pria disisinya yang sejak tadi terlihat ketakutan. Reza memang sosok yang kuat bila dilihat dari luar, ternyata seorang penakut didalam terlalu mengelikan saat tahu bila Reza takut akan hal yang mistis.
"Dasar penakut, cemen banget sih jadi pria. Diluar sadis hatinya lembek". Ledek Abel tertawa senang bisa membalas pembuatan kakaknya yang selalu meledeknya karena seorang jomblo.
"Siapa―yang taakut, kaget tahu!". Jawab Reza sedikit tertekan akibat ketengangnya karena cerita Abdul yang terdengar menyeramkan.
"Bohong, kamu memang penakut, waktu nonton film saja kamu teriak paling kenc―" belum selesai berucap Reza sudah menutup mulut Luna dengan tangannya.
"Ssstt mau buka aib pacar sendiri ya?". kata Reza membekam mulut Luna.
"Kenyataanya begitu". Luna kesal karena Reza membuatnya hampir sesak membekam mulutnya tiba-tiba.
Atas kejadian teriakan Reza, ia menjadi bulan-bulanan Sarah dan Abel karena menurut mereka pria berteriak ketakutan adalah sesuatu yang lucu. Reza hanya cemberut dan menutup wajahnya dibelang punggung Luna malu. Sejak masih kecil Reza memang seorang penakut, tidak bisa mendengarkan atau melihat sesuatu yang seram.
Karena teriakan itu membuat Mang Ujang masuk kedalam villa penasaran, karena takut terjadi apa-apa dengan majikannya.
"Punten, tadi saya dengar ada yang teriakan takut ada apa-apa?". kata Mang Ujang dengan raut cemas dan badan yang condong menunduk sopan.
"Ieu Jang Reza, sieuneun kana jurig anu aya didieu". ucap Sarah memakai basa sunda, karena memang Sarah berasal dari Jawa Barat tepatnya orang tasik malaya. Memandang sekilas pada Reza yang sudah terlihat tenang dan juga malu sendiri.
"Naha, Pak Reza beurangan kitu. Didieu mah teu aya naon-naon". balas Mang Ujang merasa kasihan pada majikanya yang terlihat ketakutan.
"Ieu teh gagarana Akang Abdul carita mistis tentang villa didieu". Sahut Sarah cerita yang membuat Reza adiknya ketakutan.
"Tong sieu kana mahluk asral mah, sieun mah ka Gusti Allah. Seur-Seur doa weh sing dijagakeun ti hal -hal anu jore". Mang Ujang Khotbah
"Tah sadayan kumaha, ngartos? ngadangu teu? tong sieu asal tong ngagangu". ucap salah dengan logatnya sunda yang kental.
Hanya diam dan bengong.
Mendengarkan ucapan Sarah maupun Ujang dalam basa sunda membuat mereka yang mendengar tidak mengerti artinya sehingga Sarah mengartikan ucapanya menggunakan bahasa Indonesia.
"Oh!!" secara bersamaan Reza, Abel, Rara dan Barrack mengerti.
Abel tertawa meledek, "Jang Reza beurangan".
"Udah deh, jangan meledek aku juga seorang manusia biasa yang punya rasa takut". Kekeuh bela Reza.
"Mang, nanti lorong kamar tolong dibenerin listriknya jangan sampai mati". kata Reza beritahu, karena memang lorong kamar gelap karena listrik koslet sehingga membuat lorong menjadi sedikit seram dan ditambah lagi cerita Abdul yang membuatnya menjadi ketakutan.
Sial tahu gitu nggak usah kepuncak, mending diapartemen saja. Dalam hati Reza.
"Siap Pak". Ucap Mang Ujang sigap.
"Masih saja penakut". Abdul mengelengkan kepalanya melihat sikap adiknya masih saja penakut.
Reza diam tidak ingin menyahut ucapan Abdul maupun Abel yang terus meledaknya dan terus bungkam dan menyenderkan kepalanya dibahu Luna yang sedang memangku Biboy yang sudah tidur dipelukannya.
Kepergian Mang Ujang disusul oleh Abdul dan Sarah sementara Tasya sudah tertidur dikamarnya diatas.
"Mas, aku mau tidurin Biboy dulu dikamar". kata Luna membenarkan posisi tidur bocah kecil yang sudah terlelap dan terlihat hangat dengan menggunakan baju hangat tebal dari bahan woll.
Saat Luna akan bergegas berdiri, Reza mengentikannya dan mengambil anaknya dari pangkuan Luna yang terlihat pegal dengan tangannya.
"Sini aku aja yang bawa Biboy", ucap Reza yang mengambil alih anaknya.
"Hati-hati takut bangun". ucap Luna cemas.
"Iya".
Orang yang melihat keduanya pasti setuju bila Reza dan Luna terlihat seperti suami-istri yang hidup rukun dengan anak satu, mereka memang terlihat natural dan tidak dibuat-buat.
Reza dan Luna meninggalkan Abel, Rara dan Barrack yang memutuskan untuk menetap diruang tamu melanjutkan acara televisinya.
Langkah jalan Luna dan Reza terdengar hentakan kaki saat memasuki lorong kamar yang memang gelap, terbesit kembali cerita yang tadi diceritakan oleh Abdul tentang sosok wanita yang yang selalu menampakan diri.
Saat sampai didepan kamar Reza, Ia menahan tangan Luna erat, "Kamu tidur dikamar aku aja, ya?". ucapnya kaku.
Luna mengerutkan kedu alisnya bingung dengan ucapan kekasihnya, "Kenapa? Kamu takut?". Ejeknya.
"Nggak, aku nggak takut cuma Kepikiran aja sama cerita Mas Abdul tadi".
"Sama Saja".
"Mau nggak? Kamu memang nggak kasian sama aku sama Biboy, bagaimana kalau ada―"
"Hush! Jangan ngomong sembarangan. Lagian mereka nggak akan ganggu, kalau kitanya nggak ngusik mereka. Dan juga Mbak Sarah pasti marah kalau kita satu kamar?".
"Iya, tapi aku jadi parno. Lagian Mbak Sarahnya kan udah tidur, dia nggak akan tahu kok".
"Nggak ah".
"Please, aku tidur disofa deh kamu tidur diranjang sama Biboy. Bagaimana?". Reza memelas.
"Uhm―"
"Please―aku mohon".
"Tapi benarkan, kamu tidur disofa".
"Iya benar! Sumpah!".
"Ya, sudah aku tidur disini".
"Makin cinta deh sama kamu". kata Reza mencium kening Luna.
Merekapun tidur satu kamar, dan sebagai perjanjian tadi Reza tidur disofa sementara Biboy dan Luna berada diranjang besar dan selimut hangat, membuat Reza yang melihat dua orang dirajang yang sudah tidur lelap dan merasakan iri hatinya pada anaknya sendiri bisa tidur dipelukan Luna kekasihnya.
Coba aku yang ada disitu, pasti hangat banget. gumamnya. melihat keberadaan Luna dan Biboy.
♥♥♥
Note :
außergewöhnlich
(Luar Biasa)
Sicher
(Tentu Saja)
Ich bin zum ersten mal hier
(Aku pertama kali kesini)
♥♥♥
Readers! Terima Kasih untuk dukungannya 🤗
maaf bila updatenya lama.
karena aku baru pertama kali menulis cerita ataupun novel jadi masih amatir, diusahakan akan update lebih banyak lagi.
Dan terima kasih untuk Like & Commentnya
berarti sangat untuk aku bisa semangat lagi menulis episode selanjutnya.
Ditunggu cerita dari Mas Reza, Luna dan Biboy nya, ya 😘
dikoreksi lagi ya thor
menagis => menangis
berjakan => berjalan
calon suami => calon istri
Reza => bi
sedikir => sedikit