Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 21 - Bertemu 2
“Yang ini bagus gak Mas??” Tanya Tia sembari menunjuk sepasang sepatu.
“Apapun yang Adek pake selalu bagus kok.”
“Ihhh…Apaan sih, gombal aja terus.” Tia bersungut-sungut. Beberapa kali dia mencoba
sepatu, Rizal dengan sabar mendampinginya. Memang dia adalah tipe yang rewel
dalam memilih barang. Butuh waktu lama baginya untuk memutuskan barang yang
akan dipilih. Tapi karena mengingat ada nenek yang sedang menunggunya, Tia
berusaha cepat dalam memilih sepatu yang diinginkannya.
“Ini aja deh Mas.”
“Ya udah, ayo ke kasir.”
Ketika Tia mengeluarkan dompetnya untuk membayar, Rizal sudah menjulurkan Debit Card nya ke kasir.
“Lho, aku bayar sendiri Mas.” Tia berusaha menahan kartu yang akan diserahkan ke
kasir. Rizal menepis tangan Tia dengan lembut.
“Gak apa-apa Dek. Anggep aja kado pernikahan…”
“Ehhh, gak boleh gitu dong Mas. Aku mampu kok bayar sendiri. Inget kan
perjanjian Kita?”
“Iya Mas inget, anggep aja ini pengecualian ya. Maaf ya Dek tidak bisa kasih kado yang
layak. Apa mungkin ada barang lain yang dipengenin??”
“Ehh seriuss deh gak usah Mas.Aku beneran bisa bayar.”
“Iya, Mas yakin Adek bisa bayar. Tapi Mas maksa…” Karena mbak-mbak kasir kesal
melihat perdebatan mereka, akhirnya si mbak mengambil kartu yang disodorkan
Rizal dan menggeseknya tanpa disadari dua orang yang sedang berargumen.
“Tolong pinnya Pak.” Rizal menoleh ke mbak kasir, senyum kemenangan tersungging
dibibirnya.
“Dengan senang hati Mbak.” Jawab Rizal sambil menekan nomor pin kartunya.
Tia merasa tidak enak hati. Untuk ukuran orang kantoran, sepatunya bisa tergolong
harga standart tapi untuk seorang buruh bangunan pasti akan sangat mahal. Tia
berniat untuk menggantinya.
“Mas pengen apa, gak pengen beli-beli juga?”
“Gak ada yang pengen Mas beli…”
“Harus ada dong. Aku gak mau berhutang budi…”
“Sama suami sendiri itu bukan hutang budi namanya Dek, tapi kewajiban.”
“Inget perjanjian Kita Mas. Jangan melewati batas!”
“Hehe, ampuuuunn… Iya, ya gak akan lagi ngelewatin batas…”
“Tiiiiiaaaaaa!!!”
Tia langsung menoleh. Dia mulai familiar dengan suara itu. Dan benar saja
dugaannya. Terlihat Alex mulai berlari ke arahnya. Dia ingin segera kabur
dengan pura-pura tidak melihat, tapi terlambat sudah. Alex sudah diisampingnya.
“Katanya tadi udah mau pulang, kok masih disini?? Dimana nenek??” Alex bertanya sambil
clingak-clinguk. Dia mengabaikan Rizal yang berdiri disebelah Tia.
“Errrr…Nenek disana.” Jawab Tia sambil menunjuk arah sembarangan. Dia takut dengan
ekpresi Rizal.
“Ohhh…trus ini siapa??” Tanya Alex sambil memandang Rizal. Dia mulai mengamati Rizal
dari atas sampai ke bawah. Berusaha menilai dan menebak hubungan Rizal dengan
Tia. Merasa diperhatikan dengan tatapan persaingan, Rizal merasa sudah memiliki
rival. Dia mengulurkan tangannya.
“Kenalin saya Rizal, suuu…hump….humpppp…” Tia menutup mulut Rizal dengan kedua
tangannya. Kemudian ketika melihat Rizal sudah mulai memahami kemarahan
dimatanya, Tia melepas tangannya dan mencubit pinggang Rizal.
“Errr…kenalin, ini ka…ka…kakakku…” Tia menjawab lemah. Habis sudah aku, pikirnya. Rizal
mendengus tidak suka. Wajah Alex menjadi cerah ketika mendengar hubungan
mereka. Awalnya dia mengira laki-laki disebalah Tia adalah pacarnya. Dari segi
penampilan memang laki-laki ini tidak sekeren dirinya, tapi penampilannya yang
sederhana tertutupi dengan postur tubuh tinggi dan wajah gantengnya. Alex
merasa sedikit terintimidasi. Syukurlah bahwa ternyata laki-laki itu hanya
kakaknya, pikir Alex.
“Ohh kakak?? Kenalin Mas, saya Alex. Calon pacarnya Tia.” Dengan percaya diri, Alex
memperkenalkan dirinya sembari menjulurkan tangannya. Namun Rizal
mengabaikannya. Amarah memuncak di kepalanya.
“Ayo pulang.” Rizal menarik tangan Tia, menjauh dari Alex yang masih menjulurkan
tangannya. Untuk kedua kalinya Alex merasa ditolak pada malam itu.
***
Dear READERS kesayangan
Tolong jempol, hati dan komennya ya…
Karena setiap jempol, hati dan komen yang readers berikan menambah
semangat Kami dalam menulis.
Terima Kasih sudah membaca karya saya ;-)