Rahasia Dibalik Pernikahan Paksa

Elvira kembali melihat keluar jendela, dimana Rakha dan pengawalnya semakin mendekati pintu, sementara dirinya masih belum tahu apa yang harus dilakukan. Terlebih saat melihat Rasya keluar dari kamar sambil mengusap-usap matanya karena baru bangun tidurtidur, Hal itu membuat Elvira semakin panik.

Dalam kepanikan itu, Yudha memberinya ide untuk menyembunyikan Rasya dan ibunya untuk sementara waktu, sementara Elvira diminta untuk menghadapi Rakha. Semula Elvira tidak setuju dengan ide itu, tapi begitu mendengar pintu sedang dibuka dengan paksa, akhirnya Elvira setuju, dan meminta Yudha untuk membawa Ibu dan Rasya dari jendela kamar.

"Pegang ponsel ini, aku akan memberi tahu dimana aku membawa ibu dan anakmu," ucap Yudha sebelum pergi, meninggalkan Elvira.

"Elvira, jaga dirimu baik-baik," ucap Lastri yang merasa sedih, harus kembali pergi meninggalkan Elvira.

"Ya, Ibu juga."

Bersamaan dengan berhasilnya Yudha membawa Lastri dan Rasya, pintu berhasil di bobok dengan paksa.

BHRAAKKK....

Spontan Elvira mengangkat kedua tangan untuk menutupi wajahnya, takut pintu itu mengenainya. Padahal yang sebenarnya jarak pintu darinya masih berjarak sekitar satu meter.

Perlahan Elvira menurunkan kedua tangannya dari depan wajahnya. Berbarengan dengan itu, Rakha terperangah melihat Elvira benar-benar ada di depannya.

"Elvira...." lirih Rakha yang seketika itu juga merasa jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Dan ini baru pertama kalinya dia merasakan itu, padahal selama mereka tinggal bersama, Rakha tidak pernah merasa getaran itu terhadap Elvira.

Elvira sendiri yang melihat Rakha dengan wajah penuh luka merasa penasaran apa yang terjadi dengannya, tapi begitu mengingat apa yang Rakha lakukan padanya di kantor, kebencian dihatinya kembali muncul.

"Elvira...."

"Jangan mendekat!" tegas Elvira, begitu Rakha melangkah ke arahnya.

"Elvira, aku tahu aku salah, tapi aku mohon beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku."

"Katakan padaku, bagaimana kamu memperbaiki kesalahan yang kau lakukan padaku, katakan!" teriak Elvira, dengan kaki yang terus melangkah mundur.

"Elvira... kumohon..."

"Mungkin kamu bisa memperbaiki kesalahan-kesalahanmu yang lain, dan aku bisa memaafkannya, tapi bagaimana bisa kamu akan memperbaiki apa yang sudah kamu renggut dariku!?"

Mendengar itu Rakha menunduk, memejamkan mata, mengingat bagaimana dia melakukan itu dengan sangat kasar, baik dalam perlakuan maupun perkataan.

"Aku sangat menyesal," lirih Rakha, yang suaranya nyaris tak terdengar.

"Apa yang kamu sesali, bahwa tuduhanmu selama ini padaku salah, atau kamu menyesal karena tidak melakukan itu sejak lama biar aku pergi dari hidupmu lebih awal?"

"Tidak Elvira, kumohon, kita bicarakan ini baik-baik."

"Tidak ada yang perlu dibicarakan. Kamu sangat membenciku karena ikatan pernikahan ini, dan sekarang aku sudah pergi, aku sudah membebaskan mu, jadi kenapa kamu datang dengan menyebarluaskan berita kehilanganku sampai aku hidup seperti buronan, seharusnya kamu sedang bahagia hidup bebas dengan menikmati wanita-wanita mu itu!"

Rakha menarik nafasnya dalam-dalam telinganya terasa panas mendengar kata demi kata yang Elvira ucapkan, tapi Rakha membiarkan itu, dengan harapan, Elvira akan merasa lega setelah meluapkan seluruh beban yang ada dihatinya selama ini.

"Elvira, Nenek terbaring sakit memikirkan mu, bahkan dia tidak mau memafkan ku sebelum aku berhasil membawamu pulang bersamaku, bukan kamu saja, tapi Ras...."

"Oh, jadi kamu datang hanya karena tidak mendapat maaf dari Nenek?" tanya Elvira, memotong ucapan Rakha yang ingin mengatakan akan membawa serta Rasya.

"Haha, aku memang naif, tadinya aku pikir kamu datang memang menyesal, tapi ternyata kamu datang hanya ingin mendapatkan maaf dari Nenek." Elvira menjawab dengan senyum getirnya.

"Tidak, bukan seperti itu Elvira, Aku datang tidak semata-mata hanya untuk mendapatkan maaf dari Nenek, tapi aku datang juga ingin meminta maaf kepada mu,"

"Baiklah." saut Elvira cepat.

"Baiklah?"

"Ya, aku memafkan mu..."

Mendengar itu, Rakha bisa tersenyum lega, tapi itu hanya sesaat karena Elvira kembali melanjutkan kata-kata nya.

"Tapi jangan lagi menggangguku."

"Elvira..."

"Pergi, jangan pernah lagi menggangguku, buat pengumuman jika kamu tidak lagi melakukan pencarian terhadapku supaya aku tidak hidup dalam kejaran orang-orang yang menginginkan imbalan darimu."

Mendengar itu Rakha kembali merasakan kesedihan di hatinya, Dia sudah merasakan kegalauan didalam hatinya sejak kepergian Elvira, dia tidak ingin lagi merasakan itu, apalagi sampai memutuskan hubungannya dengan Elvira.

"Bagaimana kalau aku tidak mau?" tanya Rakha, dingin.

"Lalu apa yang ingin kamu lakukan, apa kamu ingin memaksaku seperti yang kemarin kamu lakukan!?"

Rakha menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata, menahan amarah memuncak didalam hatinya. Dia tidak ingin lagi berbuat kasar pada Elvira sehingga Elvira semakin membencinya.

"Elvira, aku benar-benar menyesal, dan aku minta maaf, ayo kita mulai dari awal, kita pulang bersama dengan Rasya, bukankah dia putraku, dimana dia?" Rakha melihat kesana kemari, berharap Rasya ada disana. Sementara Elvira yang mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Rakha, menjadi begitu sangat terkejut. "Jadi Rakha sudah mengetahui jika Rasya anaknya?" batin Elvira, menatap dalam Rakha.

"Elvira, dimana dia?" Rakha kembali bertanya, bahkan kali ini, Rakha mencarinya di kamar dan di sudut ruangan lain.

"Sejak kapan dia menjadi putramu, Rasya adalah putraku dan Ayahnya sudah tiada sejak dia lahir!" tegas Elvira yang tidak ingin Rakha mengambil Rasya dengan mudahnya.

"Elvira, Nenek sudah mengatakan segalanya, dan kamu tidak bisa membohongi ku, aku sudah membuktikan sendiri jika kamu masih peraw..."

PlAAKKK...

Elvira langsung menampar Rakha, karena berani menyinggung hal itu. "Kamu benar-benar tidak tahu malu dan tak punya perasaan!" tegas Elvira, yang kembali menangis mengingat bagaimana kasarnya Rakha merenggut apa yang selama ini di pertahanan.

"Elvira... aku minta maaf, aku tidak bermaksud..."

"Pergi..."

"Elvira..."

"Pergiiii...." teriak Elvira, mendorong Rakha hingga dia keluar dari dalam rumahnya. Kemudian menutup pintu dengan kerasnya, sampai hampir mengenai Rakha yang kembali berusaha masuk.

"Elvira... Bhrak... Bhrak... Bhrak..." Rakha terus menggebrak-gebrak pintu, memohon untuk di bukakan. Tapi Elvira enggan melakukannya dengan terus bersandar di pintu. Hal itu membuat Rakha yang mengetahui posisi Elvira, tidak bisa kembali mendobrak pintu, karena tidak ingin sampai melukai Elvira.

"Elvira... ku mohon beri aku kesempatan."

"Pergilah dari sini jika ingin ku maafkan!" teriak Elvira. berharap Rakha mau pergi meninggalkannya.

"Aku tidak akan pergi sampai kamu memberiku kesempatan." teriak Rakha yang juga tak mau kalah.

"Lakukan saja, aku ingin lihat sampai kapan kamu bisa melakukannya." saut Elvira.

"Ya, aku juga ingin melihat sekeras apa hatimu sampai aku tidak bisa mencairkannya."

Mereka terus berdebat sampai dering ponsel milik Yudha yang ditinggalkan untuk Elvira berbunyi.

"Hallo..." ucap Elvira berbisik.

Bersambung...