Asila Ayu Tahara. Perempuan yang tiba-tiba dituduh membunuh keluarganya, kata penyidik ini adalah perbuatan dendam ia sendiri karna sering di kucilkan oleh keluarganya . Apa benar? Ikut Hara mencari tahu siapa sih yang bunuh keluarga nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonjuwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ini kah akhir kita?
Hara menghentikan ucapan Dewi tatkala perempuan itu akan mengungkap bagaimana kisah terbunuhnya semua anggota keluarga Hara, ia meminta agar Dewi menjelaskan tentang korban yang lain terlebih dulu.
Dari semua korban itu Hara menangkap bahwa Dewi betul ingin menjaganya, ia betulan ketika berkata bahwa ia menyayangi Hara dengan amat sangat, ia betulan ketika berkata akan melakukan apapun demi melindungi sahabatnya itu.
Hara tak habis pikir kali ini ia harus bersyukur atau merasa jijik terhadapan Dewi, ia merasakan perasaan mual ketika Dewi dengan senyum senangnya menceritakan betapa ia puas ketika mengiris perpotongan leher semua korbannya, ia menceritakan betapa senang rasa hatinya melihat mereka meminta ampun atas semua perbuatannya.
Kali ini ia tak bisa menahannya.
“Terus yang pas Ibu Hamil itu aku paling puas karna seenggaknya aku bisa belajar anatomi tubuh Ibu Hamil, soalnya perut ibu itu aku iris ju-”
“Huwwwkkkk..”
Hara memuntahkan semua yang sudah tersenggal di tenggorokannya, ia memuntahkan semua rupanya saat melihat beberapa makanan yang tadi siang ia makan bersama Ibu Hakim.
Dewi yang melihat Hara hanya mengangkat bahunya lalu tak melanjutkan bicaranya.
Sama halnya dengan tiga laki-laki di balik persembunyiannya, mereka juga merasakan mual yang Hara rasakan sebab mendengar cerita psikopat dari Dewi.
“Beneran gila tu cewe!” bisik Alves pada Kala
Kala hanya menutup mulutnya guna menahan agar tak mengeluarkan suara karna ia benar-benar ingin muntah.
“Nih minum.”
Rupanya Dewi habis ke dalam rumah dan membawa air dalam tumbler berwarna hitam, Hara meraih botol itu dan meneguknya sedikit agar menetralkan tenggorokannya.
Hakim yang sangat cemas itu melihat Hara dan Dewi sudah bukan lewat layar iPad lagi, ia melihat langsung dengan mengintip sedikit dari balik batu besar itu.
“Kamu lakuin itu juga ke keluarga aku?”
“Eh! Enggak!”
Hara menukikkan alisnya seolah bertanya lebih jauh lagi
Dewi menghela nafas lalu memutar tubuhnya ke arah lain.
“Paman kamu yang lakuin itu.”
Dewi menoleh sekilas memastikan bahwa Hara tak apa bila ia melanjutkan ucapannya.
“Mungkin dimata kamu, aku udah jadi orang paling menjijikan, penuh kebohongan.”
“Tapi aku jujur Hara, bukan aku yang bunuh keluarga kamu.” lanjutnya
“Terus kamu nuduh Paman aku?” sulut Hara
“Eh, aku bunuh Kak Dita deh hehehe..”
Hehehe?
Wah, rasanya saat ini juga Hara ingin mencekik leher itu dan merapalkan apapun supaya setan dalam tubuh Dewi segera keluar. Namun ia sadar yang ia hadapi bukan setan, ini adalah Dewi sesungguhnya.
“Tapi serius Hara, semua itu Paman kamu yang bunuh!”
“Awal mulanya, Paman kamu yang pergokin aku pas aku bunuh Ibu Hamil sampe aku mohon-mohon biar dia gak aduin aku ke kamu. Sampe akhirnya Paman kamu minta aku buat bantuin dia, dan kamu tau aku juga kaget saat Paman kamu bilang kalo dia pengen banget bunuh semua keluarga kamu.”
“Aku meskipun jahat, aku gak pernah ada niat buat bunuh keluarga kamu sumpah!”
“Tapi karna Paman kamu terus ganggu aku biar aku bantuin dia akhirnya aku setuju sama rencana itu.”
“Kamu bilang kamu gak pernah ada niatan bunuh keluarga ku, tapi di bujuk gitu aja mau.” jawab Hara
“Setelah aku denger tawaran Paman kamu itu aku baru setuju Hara, aku khawatir ketika nanti orang tua kamu gak ada bakal sesusah apa kamu nanti nya makanya aku gak pernah ada niat bunuh mereka meskipun mereka aslinya lebih bangsat dari semua korban ku. Tapi saat itu Paman kamu bilang kalo dia bakal nanggung hidup kamu selamanya, makanya aku setuju karna setidaknya hidup kamu ada yang menjamin. Yaa, meskipun sebenernya orang tua ku juga bisa jamin kamu seumur hidup tapi kan kamu gak pernah mau.”
Hara masih tetap mendengarkan cerita Dewi dengan seksama, tak ada perasaan sedih dalam hatinya entah mengapa.
“Setelah itu baru deh kita susun rencana dan kebetulan waktu itu kamu ke rumah Kak Hakim, akhirnya rencana aku sama Paman kamu berjalan tapi bloonnya aku jatohin jepit dan Paman kamu jatohin korek waktu abis bakar baju aku. Kak Hakim nemuin itu semua ya?”
Hara mengangguk sebagai jawaban.
“Soal kamu yang bunuh Paman ku?”
Tatapan Hara tajam sembari bertanya kepada Dewi.
“Oh itu, kan kamu disana.”
Hakim, Kala, dan Alves sontak terbelalak. Mereka tak pernah diceritakan oleh Hara sebelumnya.
“Tapi aku gak tau awal mula nya.”
“Aku niat bunuh Kak Hakim.” jawaban santai Dewi membuat Hara dan ketiga lelaki yang bersembunyi itu terbelalak
“Kok bisa?” tanya Hara
“Karna menurutku Kak Hakim ngerebut kamu dari aku.”
“Nggak! Kak Hakim gak rebut apapun. Jangan pernah sentuh Kak Hakim sedikitpun!”
“Ceilah, udah suka ya?” kali ini nada Dewi terdengar mengejek
“Dewi, aku serius. Jangan pernah sentuh Kak Hakim sedikitpun!.”
Dewi menatap Hara dengan lembut lalu senyuman nya terukir di wajah pucatnya.
“Kalo aku mau ada yang bunuh, kamu bakal kaya gini juga gak Hara?”
Hara terdiam sejenak menatap mata Dewi kanan dan kiri dengan bergantian, ia menatap senyum di wajah pucat Dewi yang juga terlihat putus asa dalam ukirannya.
“Gak bakal kaya gitu ya?” tanya Dewi lagi
Hara masih terdiam, ia malah tetap diam melihat Dewi yang kini mengangguk-anggukkan kepala nya sambil tersenyum.
“Dewi,”
Nada bicara Hara begitu lembut dan kecil, lirih itu sangat menyayat hati Dewi sebenarnya. Ia tahu bahwa ia mengecewakan Hara.
“Hara,”
“Kalo kamu kesini buat bujuk aku biar aku serahin diri ke polisi, aku gak mau.” lanjutnya
“Dewi,”
“Gak, Hara!”
“Kamu harus tanggung jawab atas semuanya,”
“Apa yang harus dipertanggungjawabkan? Semua itu terjadi karna salah mereka sendiri.”
“Dewi, aku mohon”
“Gak!”
“Papa dan Mama aku lagi cari orang buat dijadiin tersangka, kamu tenang aja. Kita bisa hidup seperti semula.” lanjut Dewi
“Hidup sama psikopat kaya kamu?” tanya Hara
Sungguh kalimat itu menghunus dada Dewi berkali-kali lipat, ia sudah dibenci Hara kali ini.
Dewi membalas tatap Hara dengan tak kalah tajam, seolah memberitahu bahwa kamu sudah membangunkan setan dalam tubuhnya saat ini.
“Dewi,”
“Apa aku bilang, si Hakim itu udah rebut kamu dari aku!”
“Nggak Dewi! Gak ada yang rebut aku dari kamu!”
“Apa aja yang disuruh si Hakim itu? Kamu dijadiin umpan biar aku mau ngaku? Biar aku serahin diri?”
“Ini kemauan aku, Dewi!”
Dewi mendecih ia tersenyum miring
“Oh, atau kamu udah sekongkol sama mereka?”
Hara terdiam, ia berdiri saat ia rasa situasi ini sudah tak aman baginya.
Hakim menyuruh Kala agar menyusul semua tim kepolisian untuk segera mendekat jaga-jaga apabila Dewi bertindak lebih berbahaya lagi.
“Dewi, aku mohon”
“Nggak Hara!”
“Sadar Dewi! Kelakuan kamu udah diluar batas!”
“Diem kamu Hara! Bahkan orang tua ku lagi ngurusin ini semua biar cepet kelar, dan kamu yang jelas-jelas aku belain malah mau bikin aku serahin diri gitu aja! Kamu gila Hara!”
“Kamu yang gila Dewi!”
Kedua gadis itu silih tunjuk ke hadapan wajah mereka masing-masing, namun tak disangka ternyata Dewi lebih berani dari yang Hara pikirkan.
Kini kerah baju Hara di cengkram Dewi dengan kuat
“Sadar Hara! Tanpa aku, kamu bisa apa!”
Hakim sudah tak mau menunggu ia meminta Alves untuk keluar dari persembunyiannya mereka, Hakim merogoh pistolnya dan mengarahkan nya sambil berlari ke arah rumah itu.
“Angkat tangan! Saudari Dewi Azzari!” ucap Hakim.