Mafia adalah dunia nya, separuh hidupnya ia habiskan dalam kegelapan dan separuh lainnya dalam bayang-bayang kematian yang selalu mengintai nya. Hingga seorang wanita cantik yang membawa cahaya muncul dan mengubah arah hidup nya, membuatnya mempertanyakan hal-hal apa yang berharga dalam hidupnya.
Mampukah dia mengubah dirinya sendiri, ataukah bayang-bayang masa lalunya akan terus menghantuinya dan membuat wanita cantik itu memilih untuk menjauh darinya?
~ Klan Keluarga Morrigan S2~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 21
Sudah 4 minggu lamanya Rakhes dirawat dirumah sakit pasca menjalani operasi perbaikan patah tulang dikakinya. Dan, selama itu pula dokter yang bertanggungjawab memantau kondisi Rakhes adalah Jelita, itu karena pria itu sendiri yang meminta nya. Ia tidak ingin ada dokter lain yang memeriksa nya selain dokter pribadi nya itu.
Dan, hari ini Rakhes sudah diperbolehkan pulang. Dokter Malik melakukan visit terakhir untuk melepas gips yang terpasang dikaki Rakhes dan juga mengingatkan agar pria itu melakukan fisioterapi setelah kembali dari rumah sakit.
"Tuan, saya mengingatkan pada anda agar melakukan fisioterapi untuk mengembalikkan kekuatan dan fleksibilitas otot anda", kata dokter Malik
"Hmm... Biar Han yang atur semua nya". Ucap Rakhes
Dokte Malik mengangguk, "baik tuan. Saya akan diskusikan hal ini dengan tuan Han ".
Tak berselang lama, pintu ruang rawat Rakhes dibuka dari luar. Jelita masuk seraya mendorong kursi roda dan dibelakang nya ada Han yang juga bertepatan datang untuk menjemputnya.
"Tuan.. " sapa Han, kemudian ia beralih menyapa dokter Malik. "Dokter.. "
Dokter Malik menganggukkan kepala nya sekilas dan membalas sapaan Han. "Tuan Han, kebetulan anda datang kemari ".
Han mengerutkan keningnya bingung, "Apa ada yang ingin anda bicarakan dengan saya dokter ?".
"Iya tuan, mengenai fisioterapi yang harus dijalani oleh tuan Rakhes". Jawab Dokter Malik
Mendengar itu, Han menganggukkan kepalanya paham.
"Baiklah".
"Mari tuan Han, kita bicarakan diruangan saya saja". Kata dokter Malik, ia lalu berjalan keluar dari ruang rawat Rakhes dan dibelakang nya Han bergegas menyusul nya.
.
Didalam ruang rawat itu tinggallah Jelita dan Rakhes. Jelita, perempuan itu tengah membereskan barang-barang milik Rakhes. Sedangkan, pria itu duduk diam diatas ranjang sambil terus memperhatikannya dengan ekspresi wajahnya yang tetap datar.
Hubungan keduanya sedikit ada kemajuan, Jelita sudah tidak secanggung kemarin saat berhadapan dengan Rakhes. Jika, kemarin ia melihat Rakhes sebagai pria kejam tak berperasaan dan semaunya sendiri, kini Jelita mulai melihat sisi lain dari Rakhes.
Selesai membereskan barang-barang milik Rakhes, kemudian Jelita berbalik badan menghadap kearah Rakhes.
"Tuan, semua barang anda sudah selesai saya bereskan". Kata Jelita
"Hm.. Sekarang bantu aku berpindah duduk dikursi roda". Pinta Rakhes
Jelita mengangguk, ia lalu melangkahkan kakinya mendekati Rakhes. Kemudian, Jelita membantu pria itu turun dari atas ranjang.
"Hati-hati tuan".
Rakhes menurunkan kedua kakinya perlahan, Jelita dengan sigap langsung memegangi lengannya dan membantunya berpindah ke kursi roda.
"Ambilkan ponsel ku diatas nakas". Kata Rakhes pada Jelita sesaat setelah dirinya membenarkan posisi duduknya dikursi roda agar lebih nyaman.
"Sebentar..." Jelita segera meraih ponsel Rakhes lalu memberikannya pada pria itu.
Tanpa mengucapkan kata terimakasih, Rakhes menerima ponselnya lalu jari-jemarinya mulai berselancar dilayar benda pipih itu mencari nomor telepon Han.
Setelah menemukan nomor teleponnya, Rakhes segera mendialnya. Tak butuh waktu lama panggilan telepon itu langsung terhubung.
"Ya tuan?" ucap Han dari seberang telepon.
"Kau masih lama ?" tanya Rakhes
"Sebentar lagi tuan, apa anda butuh bantuan ?" Han balik bertanya
"Tidak, baiklah aku akan menunggu mu di mobil". Kata Rakhes
"Baik tuan, saya akan menghubungi Sero untuk menjemput anda diruang rawat inap".
"Hmm..." setelah itu, Rakhes mengakhiri sambungan teleponnya lalu memberikan ponsel nya pada Jelita.
Kemudian, Jelita memasukkan ponsel tersebut kedalam tas Selempang miliknya. Meskipun, Rakhes sudah mengatakan jika ia mempercayainya, tapi Jelita juga tau diri dan tau batasan. Ia tidak akan membuka hal privasi dari pria itu, meskipun sebenarnya ia bisa.
Tak lama setelah itu, terdengar suara pintu ruang rawat Rakhes diketuk dari luar.
Tok..
Tok..
Tok..
Ceklek!
"Tuan... Nona..." Sapa Sero
"Hmm..." Rakhes berdehem, "Kau bawakan barang-barang itu ke mobil. Biar Jelita yang mendorong kursi roda nya". Titahnya
Sero mengangguk." Baik tuan".
"Ayo..." Ajak Rakhes pada Jelita, dan segera perempuan itu bergeser dibelakang Rakhes lalu mendorong kursi roda tersebut keluar dari ruang rawat inap.
Kemudian, dibelakangnya disusul Sero yang sudah menenteng tas berisi barang-barang baju ganti Rakhes selama pria itu dirawat dirumah sakit.
"Tuan tunggu dulu!" ucap Jelita lalu menghentikan langkah kakinya saat mereka baru saja sampai ditempat parkir.
"Kenapa ?" ujar Rakhes kebingungan tanpa menoleh menatap kebelakang kearah Jelita.
"Apa anda tidak mengurus administrasinya ?" tanya Jelita dengan polosnya
Mendengar itu, Rakhes terkekeh gemas. "Apa aku perlu mengurus administrasinya, sedangkan rumah sakit ini milikmu".
"Ha?" cicit Jelita tak paham, dahinya sampai mengernyit dalam dan mulut yang sedikit terbuka.
"Sudahlah, biar Han nanti yang akan jelaskan dimansion". Ucap Rakhes dengan begitu santainya.
Tak lama kemudian, Han datang dan berjalan menghampiri nya.
"Tuan, saya sudah mengurus jadwal fisioterapi anda". Kata Han memberitahu
Rakhes berdehem sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian, Sero membuka pintu mobil belakang bagian penumpang lalu mempersilahkan tuannya itu untuk masuk kedalam.
"Kau masuklah dulu". Perintah Rakhes pada Jelita
"Baik tuan". Jelita segera masuk kedalam mobil, kemudian Rakhes menutup pintu mobilnya lalu menoleh menatap Han.
Sedari tadi ia perhatikan raut wajah asistennya itu menunjukkan gurat kecemasan dan kekhawatiran. Dan, Rakhes peka akan hal itu.
"Han, katakan apa ada masalah selama aku dirumah sakit!". Ujar Rakhes bertanya dengan tegas
Han yang mendengar pertanyaan tuannya itu menarik nafas sejenak lalu menghembuskannya perlahan. Ia melirik kearah Jelita yang duduk didalam mobil lalu beralih menatap Rakhes.
"Tuan, klan mafia Blood Stone dibangkitkan kembali dan tuan Harvey yang memimpinnya.." Han berucap dengan suara yang lirih namun masih bisa didengar oleh Rakhes.
.
.
.
Haii, jangan lupa tinggalkan jejak like, vote dan komen. Jangan lupa subscribe agar gak ketinggalan update.an nya, makasih 🙏🏻🥰
ini pasti ada kaitanya dgn jerry
dobel up
bagaimana nantinya tentang Rainer semua dia tau
keluarga adalah kelemahanya
Kan harus di jadikan saksi
yg dgn sengaja membuat rem blong tersebut