Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 》》OK, BUNDA
Hari-hari terus berlalu, hidup dan berkarier dinegeri orang membuat Andhini semakin dewasa dan matang apalagi kini seorang putri cantik yang menyemangati dan mewarnai hari-harinya.
Empat tahun berlalu tanpa terasa, kerinduan pada keluarga dan tanah air pun seringkali mengganggu konsentrasi kerjanya. Namun ia harus bertahan sekuat tenaga.
Yah, setelah menyelesaikan kuliahnya, kampus tempat Andhini menimba ilmu merekomendasikan dirinya pada salah satu perusahaan. Dikarenakan Andhini lulus dengan nilai tertinggi maka pihak kampus yang memang setiap tahun selalu merekomendasikan lulusan terbaiknya. Andhini diberi pilihan mengingat ia bukan penduduk lokal dan dengan tegas Andhini menerima tawaran tersebut.
Hari ini genap satu tahun Andhini berkarier di salah satu perusahaan besar di Turki. Ia menyelesaikan pendidikan S2 nya lebih cepat dari waktu yang ditentukan.
Andhini kembali menambah kursus bahasa Turki selama beberapa waktu sambil bekerja karena merasa bahasanya belum terlalu fasih padahal untuk ukuran imigran bahasa lokal yang dimilikinya sudah lumayan lancar.
“Sus,,, tolong bawa Disha main di balkon,” Mbak Tiwi segera mengajak gadis kecil itu keluar. Andhini merasa sangat bersyukur karena mendapatkan pengasuh orang Indonesia sehingga ia merasa aman ketika meninggalkan putri kecilnya.
“Bunda kerja dulu ya sayang ,,, nanti mainnya sama bunda dilanjut lagi,” Andhini mengusap lembut pucuk kepala putrinya.
“Ok bund, tapi jangan lama-lama ,,,” Disha sedikit merajuk. Wajar saja jika ia merajuk karena setiap hari Andhini bekerja dan hanya bisa menemani gadis kecilnya kala hari libur kantor.
Andhini mencium pipi gembul gadis kecilnya. Sungguh menggemaskan putrinya itu. Gadis kecil yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya akan langsung jatuh hati.
Setelah Disha dan mbak Tiwi keluar dan menutup pintu kamar, Andhini meraih ponselnya. Ada rasa ragu untuk menghubungi sang abang namun segera ia singkirkan rasa itu. Segudang rindu ia tahan selama ini dan kini rasa itu tak lagi bisa ia tahan. Dan yang paling penting, Andhini ingin tau kabar perceraiannya sebelum ke tanah air.
Dua hari ke depan ia bersama direktur dan pimpinan proyek akan ke Indonesia untuk rapat bersama pemilik salah satu perusahaan yang sedang berkembang pesat di Indonesia.
DRrrrrrtttt drrrrrttt
“Halo,,,” Hanya dua kali deringan suara Niko terdengar dibalik telepon. Datar dan dingin.
“Ha ,,, halo bang ,,,” Suara Andhini tercekat di tenggorokan hampir tak terdengar. Tanpa aba-aba air matanya mengalir bebas membasahi pipi mulusnya tanpa bisa dicegah.
“Dhini ?! Ini bener kamu kan, Dhin ?!” Mata Niko membulat sempurna mendengar suara adik kesayangannya setelah sekian tahun.
“Apa kabar bang ,,,” Perlahan suara Andhini kembali normal, ia kembali menguasai perasaannya.
“Kamu dimana ? Abang alihkan ke video call ya ,,,,” Niko mengalihkan ke panggilan video tanpa menunggu persetujuan Andhini. Wanita cantik itu hanya bisa berdecak kesal karena ternyata abangnya itu masih tetap seperti dulu, pemaksa.
“Bang, aku rindu,,, gimana kabar bunda,,,” Tak sadar Andhini merengek seperti anak kecil, berhadapan dengan sang abang membuatnya melupakan statusnya sebagai seorang ibu.
“Kabar bunda baik, tapi ya gitu deh beliau selalu menunggu kepulangan anak bungsunya. Makanya cepat pulang, jangan buang-buang waktu di tempat orang ,,,” Niko berusaha membujuk adik bandelnya agar kembali ke rumah dan berkumpul dengan keluarga.
“Bang, boleh gak Dhini bertanya sesuatu ?!” Wajah Andhini berubah serius. Maksud awal menelepon sang abang memang ingin mengetahui status pernikahannya dengan pria yang merubah statusnya menjadi seorang ibu.
Andhini bukan menyesali keberadaan Disha, hanya saja wanita cantik itu merasa semua tak adil baginya. Dirinya hanya berstatus sebagai istri kedua dan diperlakukan dengan tak adil tapi dia pula yang melahirkan putri pria itu.
“Tentang apa dek, tanya aja ,,, kalo abang tau pasti abang jawab,” Niko pun kini berubah serius.
“Bang, aku kan sudah pergi selama empat tahun, akta ceraiku sudah terbit kan, bang ?!” Andhini menatap penuh harap wajah bang Niko di layar ponselnya. Sungguh ia sangat berharap sebuah anggukan dari kepala pria tampan itu.
“Kayaknya gak ada deh, abang juga jarang ketemu dengan Satria akhir-akhir ini. Dia terlalu sibuk untuk diajak ngopi,” Niko berkata apa adanya. Sejak awal menghilangnya Andhini hingga kini, Niko belum pernah mendengar kabar tentang perceraian adiknya.
“Abang ada kenal gak pengacara yang bisa mengurusnya, aku ingin memulai hidup dengan damai bang,” Wajah Andhini terlihat sendu. Dalam hati Niko pun sebenarnya tak tega melihat keadaan adik satu-satunya. Niko pun ingin agar sang adik memiliki kehidupan yang damai.
“Sebaiknya kamu pulang, dek ,,, nanti kita berembug bersama bunda dan tante Bella serta om Beny. Aku yakin para orang tua kita ingin yang terbaik bagi putra putrinya.” Ucapan Niko masuk akal akan tetapi entah mengapa Andhini merasa sangsi.
“Ok bang, nanti aku pikir-pikir dulu. Aku tutup dulu ya bang, salam sama bunda,” Andhini lalu mematikan panggilan selulernya karena suara Disha terdengar berteriak memanggilnya. Niko mengerutkan dahi mendengar suara anak kecil berteriak.
“Anak kecil ? Gak mungkin Andhini menikah diam-diam dan melahirkan anak, kan ?” Gumam Niko bingung. Beruntung saat ini pintu ruangannya tertutup rapat.
Tak membuang-buang waktu, Niko langsung mengecek keberadaan Andhini dengan menggunakan nomor telepon yang digunakan adiknya itu.
“Dubai ?!” Mata Niko melotot tak percaya. Pantas saja mereka tak bisa menemukannya karena wanita cerdik itu rupanya bersembunyi di Dubai. Niko tersenyum lebar dengan hasil penemuannya.
Satu hal yang tak diketahui oleh Niko adalah bahwa memang saat ini Andhini sedang berada di Dubai untuk urusan pekerjaan dan dua jam ke depan ia akan kembali ke Turki. Andhini sengaja menelepon menggunakan nomor setempat untuk mengantisipasi jika saja bang Niko tak dapat dipercaya dan membocorkan keberadaannya.
Setelah Andhini menutup panggilan ia segera mematikan ponselnya dan mencabut sim card nya lalu mematahkannya. Ponselnya ia letakkan begitu saja dan kembali mengaktifkan ponsel yang selama ini ia gunakan.
‘Maaf bang, waktu empat tahun pasti bisa mengubah seseorang termasuk kamu,’ Bathin Andhini tersenyum miring.
“Iihh ,,, bunda lama deh, Disha gak suka kalo bunda ingkar,” Gadis kecil itu memperlihatkan wajah kesalnya namun terlihat menggemaskan.
“Maafin bunda, sayang ,,, bunda janji tiba di Turki kita main di taman. Sekarang mandi dan ganti baju gih, kita akan pulang sore ini.” Andhini menoel pipi tembem putri kecilnya seraya tersenyum hangat.
Sebenci apapun Andhini pada ayah putrinya namun ia sangat menyayangi gadis kecilnya itu. Gadis kecil yang menjadi penyemangatnya sekaligus menjadi alasan baginya untuk menjadi wanita kuat.
“Hufffftttt,,,” Andhini menarik napas panjang menatap putrinya yang menuju kamar mandi.
“Tetaplah seperti ini nak, penurut dan pintar”. Gumam Andhini berharap putri kecilnya itu tak bertanya yang aneh-aneh sehingga menyulitkannya untuk menjawab.
Melihat pertumbuhan putrinya yang serba ingin tau dan banyak bertanya ini dan itu membuat Andhini terkadang sport jantung. Andhini belum siap untuk menjawab jika suatu saat putri kecilnya itu bertanya tentang keluarganya. Selama ini sekali dua kali Disha menyerempet pertanyaan kearah itu namun Andhini masih mampu mengalihkan pertanyaan gadis kecilnya.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
SELAMAT PAGI READERS,,,,
APA KABAR HARI INI ???
JANGAN LUPA BAHAGIA DAN TERSENYUM MENYAMBUT PAGIIII
INGAT GOYANGKAN JEMPOLNYA
DUKUNGAN KALIAN PENYEMANGAT OTHOR☺️☺️
^^^Makassar, 2 Juni 2025^^^
cantik cerdas dan mandiri ❤️❤️❤️