Setelah menikah selama 7 tahun, Erwin tetap saja dingin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arum Dalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ingin bercerai
Tatapan dingin Clara kepadanya sangat tajam dan gamblang, tapi juga menyiratkan sebuah ironi.
Seakan-akan sedang mengejeknya, bagaimana dirinya merasa berhak menilai wanita itu tanpa benar-benar mengetahui kebenarannya.
Clara tidak peduli dengan apa yang Dani pikirkan tentang dirinya.
Dia mengalihkan pandangannya dan memilih untuk pergi.
Sinta menyewa sebuah rumah untuk Justin di sekitar sekolah.
Clara mengantarnya pulang ke sana.
Malam itu, waktu sudah menunjukkan tempat pukul 11.00.
Justin yang masih dalam masa pertumbuhan pun merasa lapar, meski sudah makan malam sebelumnya.
"Kakak, di sana ada tempat makan yang enak. aku traktir Kakak makan, ya." Ucap Justin.
Clara sendiri masih belum makan malam.
Dia juga ingin makan yang hangat-hangat untuk mengisi perutnya, jadi dia lantas menyetujuinya.
Baru saja dia duduk, perutnya langsung keroncongan.
Justin tertegun sejenak, "Kakak... Belum makan malam?"
"Ya."
Justin pun merasa bersalah, lantas lanjut berkata, "Kakak, Maaf ya, ini salahku."
"Tidak apa-apa, Justin. Tadi belum lapar juga kok," Hibur Clara.
Justin menatap Clara dalam diam.
Senyum lembut yang terpancar di wajah wanita itu membuatnya merasa tidak enak hati.
Dia benar-benar merasa kakak iparnya ini adalah orang yang baik.
Sayangnya, Erwin tidak menyukainya.
Jarum jam hampir menyentuh angka satu dini hari saat Erwin tiba di rumah selepas merayakan kemenangan Vanessa bersama yang lainnya.
"Selarut ini baru pulang, Pak Erwin?" Ucap pelayan saat melihat kedatangan Erwin yang tengah menggendong Elsa.
Erwin hanya menjawabnya dengan bergumam.
Kemudian dia melangkah ke kamar putrinya dan membaringkannya di atas tempat tidur.
Selesai mengurus putrinya, dia beranjak ke kamarnya.
Sesampainya di kamar, dia menyalakan lampu dan menyadari tak ada Clara di sana.
"Malam ini dia tidak pulang?" Tanyanya pada pelayan.
"Bu Clara? Tidak Pak."
Erwin terdiam, tampak keterkejutan melintas di wajahnya.
Belakangan ini, Clara jarang sekali pulang ke rumah.
Begitu sering menginap di luar, ini jarang terjadi sebelumnya.
Apa sesuatu terjadi pada keluarga Hermosa?
Keesokan paginya.
Bermain bersama Vanessa beberapa hari ini membuat Elsa gembira.
Saat bangun di pagi hari, kepuasan yang membalut senyum manis terpancar di wajahnya.
Dalam suasana hati yang seperti itu, dia teringat akan ibunya.
Dia berlari dengan gembira ke kamar tidur utama sambil menggendong boneka kesayangannya.
"Mama, Mama." Panggilnya.
Pintu kamar tidur utama memang terbuka, tapi tak ada seorangpun di sana.
Senyuman di wajahnya memudar.
Tepat pada saat itu, Erwin keluar dari kamar baju setelah berganti pakaian.
"Ayah, Mama di mana?" Tanyanya buru-buru.
Erwin tampak merapikan dasinya, lalu berkata dengan nada datar, "Dia tidak ada di rumah."
"Tidak di rumah? Kenapa?"
"Tanyakan saja langsung padanya."
"Baiklah."
Elsa mengambil ponselnya segera menghubungi Clara.
Sementara itu, Clara baru saja selesai jogging.
Saat melihat nama putrinya di layar ponsel, dia langsung mengangkat panggilan itu.
Belum sempat berbicara, suara Elsa terdengar di ujung telepon.
"Mama! Mama di mana?" Tanya Elsa.
Clara tidak langsung menjawab.
"Ada apa Elsa? Kenapa cari mama?" Clara balik bertanya.
Tidak ada yang tahu di mana dia tinggal sekarang, selain Raisa.
Saat ini, dia sangat menikmati kesendiriannya tanpa ingin diganggu.
Oleh sebab itu, sampai detik ini dia tidak berencana untuk memberitahu Elsa tentang tempat tinggalnya sekarang.
Elsa mengaktifkan mode pengeras suara, lalu berbaring di ranjang besar tempat Erwin dan Clara tidur.
"Aku kangen Mama, aku mau Mama yang antar aku ke sekolah hari ini," Ucapnya sedikit manja.
"Jarak Mama cukup jauh dari rumah sekarang, Elsa. Mama tidak bisa antar kamu sekarang, lain kali saja ya," Jawab Clara.
"Ya sudah kalau begitu." Elsa sedikit kecewa mendengarnya.
"Berarti besok pagi, Mama harus antar aku ke sekolah, oke?" Pintanya dengan pasti.
Clara ragu sejenak, dia tak langsung menjawabnya.
Dia tidak ingin kembali ke rumah itu lagi.
"Mama?" Melihat ibunya tidak menjawab, Elsa pun merasa aneh.
Elsa sejak awal mengaktifkan mode pengeras suara.
Percakapan mereka dan juga didengar oleh Erwin.
Erwin menangkap keraguan pada diri Clara.
Pria itu pun sedikit terkejut.
Bagaimanapun, meski keluarga her masa mengalami banyak masalah, Clara tetap akan memprioritaskan putrinya.
Kalau melihat wataknya, tentu Clara akan langsung mengiyakan keinginan putrinya itu tanpa pikir panjang.
" Em .. Bagaimana kalau ayah saja yang antar?" Ucap Clara memberi saran.
Elsa benar-benar rindu pada Clara.
Permintaannya tidak dikabulkan membuat Elsa kecewa.
Matanya memerah dan sembab, lalu berkata, "Tidak mau. Aku mau Mama yang antar. Selain kemarin, Mama sudah lama tidak antar aku ke sekolah juga."
Saat melihat putrinya masih bersih keras memintanya, Clara lantas berkata, "Baiklah, Mama mengerti, besok Mama antar kamu ke sekolah."
Dia menyetujuinya bukan karena rasa sayang pada Elsa.
Melainkan karena merasa bertanggung jawab karena sudah melahirkannya.
Raut wajah Elsa kembali memancarkan senyuman saat mendengar jawaban ibunya.
Erwin memakai arloji di tangannya.
Elsa terlihat masih ingin berbicara lebih lama dengan ibunya.
Pria itu pun mengingatkan, berkata, "Kalau masih tidak turun sarapan, nanti kamu terlambat ke sekolah."
Elsa terkejut lalu berkata, "Aaaa... Aku masih belum mandi. Mama, Aku mandi dulu ya, udah dulu ngobrolnya."
Elsa langsung menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Clara.
Clara meletakkan ponselnya.
Selesai sarapan, dia pun pergi ke Angga grup.
Pagi itu, rapat penting telah dijadwalkan.
Erwin juga kan hadir di dalam rapat itu.
Sesampainya di ruang rapat, Clara dan yang lainnya pun duduk menunggu kedatangan Erwin.
10 menit kemudian, barulah Erwin muncul menampakkan batang hidungnya.
Wilda menarik nafas panjang saat kemunculan Erwin di ruangan.
Kedua matanya berbinar, tak mampu mengalihkan pandangan dari sosok pria itu.
Tak lama kemudian, rapat pun dimulai, barulah Wilda tersadar dari lamunan.
d5ia menarik lengan baju Clara, lalu berkata, "Pak Erwin ganteng sekali!"
Clara hanya melirik sekilas saat Erwin masuk ke dalam ruangan.
Mendengar ucapan Wilda, lara hanya bergumam tanpa menengadahkan kepalanya.
Wilda tentu sangat terkejut ketika melihat Clara tidak tertarik pada Erwin.
Namun, dia langsung teringat kalau Clara sudah menikah dan punya anak.
Dia pun merasa wajar.
Selama rapat berlangsung, jantungnya berdebar kencang.
Pandangannya terus melayang ke arah Erwin.
Dia sama sekali tidak memperhatikan isi rapat.
Sementara itu, Clara tetap fokus pada laptopnya, mengetikkan catatan-catatan penting yang dibahas dalam rapat.
Rapat akhirnya selesai.
Erwin keluar lebih dahulu, barulah diikuti dengan yang lainnya.
Wilda masih merasakan jantungnya berdebar untuk beberapa saat.
Dia baru tersadar setelah Farel mendekat dan mengambil salinan catatan rapat barusan.
Farel membolak-balik halaman catatan Clara lalu berkata, "Bagus, terima kasih atas kerja kerasnya."
cepat2lah clara pergi jauh2 dari kedua manusia tdk tau diri itu..
keberadaannya tidak dianggap sama suami dan anakmu....