NovelToon NovelToon
Scandal Terlarang Sang Mafia

Scandal Terlarang Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Reni t

Irene Larasati seorang polisi wanita yang ditugaskan menyamar sebagai karyawan di perusahaan ekspor impor guna mengumpulkan informasi dan bukti sindikat penyeludupan barang-barang mewah seperti emas, berlian dan barang lainnya yang bernilai miliaran. Namun, bukannya menangkap sindikat tersebut, ia malah jatuh cinta kepada pria bernama Alex William, mafia yang biasa menyeludupkan barang-barang mewah dari luar negri dan menyebabkan kerugian negara. Alex memiliki perusahaan ekspor impor bernama PT Mandiri Global Trade (MGT) yang ia gunakan sebagai kedok guna menutupi bisnis ilegalnya juga mengelabui petugas kepolisian.

Antara tugas dan perasaan, Irene terjerat cinta sang Mafia yang mematikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

"Om kenapa?" tanya William, memandang wajah Alex dengan kening dikerutkan.

Alex membeku, memandang wajah William cukup lama dengan mata berkaca-kaca, sebelum akhirnya mengalihkan pandangan matanya kepada Wilona. Rasanya seperti mimpi, bahkan dalam mimpi sekalipun ia tidak pernah berfikir akan bertemu kembali dengan wanita bernama Irene Larasati, apa lagi hingga memiliki sepasang anak-anak kembar darinya. Apa yang terjadi didepan mata, apa yang sedang ia lihat dengan kedua mata seolah bukan sesuatu yang nyata.

"Ya Tuhan, takdir macam apa ini? Apa saya sedang mimpi indah atau, saya lagi ngehayal?" gumam Alex, buliran bening mulai memenuhi matanya.

Baik Wilona maupun William, sama-sama memandang wajah Alex dengan ekspresi wajah yang sama. "Astaga, Om kenapa sih? Udah di bales belum wa Ibu?" tanya Wilona dengan sinis.

Alex terperanjat. "Hah? I-iya, ini Om baru mau bales wa Ibu kamu, Wilo. Bentar, ya," jawabnya, tanpa basa-basi Alex mengirimkan pesan di mana alamat mereka berada saat ini kepada ibu si kembar.

Alex memandang poto profil di ponsel Wilona, menatap wajah Irene yang masih terlihat cantik meski delapan tahun sudah berlalu, bahkan sudah menjadi seorang Ibu. "Akhirnya, Tuhan mempertemukan kita lagi, Irene. Kamu masih tetap cantik seperti dulu," batinnya, mengusap layar ponsel dengan lembut.

Wilona tiba-tiba merebut ponsel miliknya dari tangan Alex. "Udah cukup, jangan liatin muka Ibu kayak gitu," ucapnya masih dengan ekspresi wajah yang sama seperti sebelumnya.

Alex terkejut, memandang wajah Wilona dengan helaan napas panjang. "Astaga, kamu ini ngagetin aja sih," decaknya dengan wajah datar. "Eu ... Ibu kamu cantik, Wilona."

"Dari dulu Ibu emang udah cantik, tapi Om gak boleh suka sama dia. Oke?"

"Kenapa?"

"Ya, karena aku gak mau aja."

"Hmm ... emangnya kalian gak mau ketemu sama Ayah kalian?"

"Mau!"

"Nggak!"

Jawab William dan Wilona secara bersamaan.

Alex tersenyum ringan, memandang wajah si kembar dengan tatapan sayu. Ingin rasanya ia memeluk kedua anak itu dan mengatakan bahwa dirinyalah ayah kandung mereka. Namun, ia tidak ingin mengejutkan si kembar dengan pernyataan yang tiba-tiba dan akan sulit dipercaya oleh akal dan logika.

Mana mungkin laki-laki asing yang baru mereka temui secara tidak sengaja, tiba-tiba mengaku sebagai ayah kandung keduanya? Namun, ia akan tetap mengatakan kebenarannya nanti, ketika bertemu dengan Irene Larasati dan memastikan bahwa si kembar benar-benar darah dagingnya.

"Om, eu ... boleh aku memeluk Om Alex?" tanya Willi secara tiba-tiba, seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Alex William.

"Hah? Ka-kamu bilang apa tadi?" tanya Alex, menahan air mata dan rasa sesak di dada.

"Aku pengen meluk Om, boleh?" William turun dari kursi lalu melangkah mendekat.

Alex terbeku, secara refleks bangkit dari duduknya lalu berjongkok, memeluk tubuh William dengan perasaan campur aduk. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya tumpah juga. Air mata kedua yang ia tumpahkan karena wanita yang sama.

"Ini Ayah, Nak. Om Ayah kamu, maaf karena Om tak pernah mencari Ibumu, maaf karena Om, kalian harus hidup tanpa seorang Ayah," batin Alex, mendekap erat tubuh William seraya menangis sesenggukan.

William mengerutkan kening, mengurai pelukan lalu memandang wajah Alex dengan perasaan heran. "Kenapa Om nangis?" tanyanya.

Belum sempat Alex menjawab pertanyaan anak itu, suara seorang wanita terdengar nyaring menyerukan nama si kembar dari arah pintu restoran.

"William, Wilona!" seru Irene, berdiri sejenak di depan pintu sebelum akhirnya berlari memasuki restoran.

Alex seketika berdiri tegak lalu berbalik, memunggungi Irene dengan perasaan berkecamuk dan rasa gugup yang luar biasa. Sementara Irene, berjongkok tepat di William, memeriksa tubuhnya dengan seksama.

"Kamu gak kenapa-napa, 'kan? Kamu gak terluka, 'kan? Ya Tuhan, maafin Ibu, Nak. Seharusnya, Ibu jemput kalian ke sekolah," lemahnya dengan mata berkaca-kaca, memeluk tubuh William erat.

"Aku gak apa-apa, Bu. Cuma lututku aja yang terluka, tapi udah diobati ko. Udah gak sakit sama sekali," jawab William mengurai pelukan dengan wajah ceria. "Untung Om Alex baik, dia langsung bawa aku ke Rumah Sakit."

Irene mengerutkan kening. "Om Alex?"

Willi mengangguk dengan senyum lebar. "Iya, Om Alex," jawabnya, lalu mengalihkan pandangan matanya kepada Alex. "Om Alex, kenalin ini Ibuku."

Alex terbeku, tubuhnya seolah sulit untuk digerakkan. Sementara Irene seketika berdiri tegak dengan ragu-ragu, memandang punggung Alex dengan tubuh gemetar. Jiwanya seketika bergejolak hebat, jantungnya berdetak kencang tidak karuan. Dengan hanya melihat punggungnya saja, ia dapat mengenali siapa pria dihadapannya itu. Namun, hatinya mencoba untuk menyangkal apa yang sedang ia pikirkan.

"Nggak, gak mungkin Pak Alex tiba-tiba ada di sini dan ketemu si kembar. Nggak mungkin," batinnya, menggelengkan kepala pelan.

"Permisi, Anda--" Irene menahan ucapannya, saat Alex perlahan memutar badan, menyinggung senyuman kecil, memandang wajah Irene penuh kerinduan. "A-Anda?" gumam Irene, kedua kakinya sontak melangkah ke belakang.

"Hai, Irene. Akhirnya kita ketemu lagi," sapa Alex dengan sangat gugup.

Baik William maupun Wilona nampak kebingungan, memandang wajah Alex dan sang ibu secara bergantian.

"Om Alex kenal sama Ibu?" tanya William.

"Ibu kenal sama Om Alex?" tanya Wilona.

Bukannya menjawab pertanyaan si kembar, Irene tiba-tiba meraih pergelangan tangan Alex William dan membawanya berjalan keluar dengan sedikit paksaan dengan perasaan kesal. Ia benar-benar tidak menyangka akan bertemu kembali dengan sang mafia. Delapan tahun berlalu, ia sudah melupakan kejadian malam itu, tapi mengapa pria berusia 40-han itu tiba-tiba muncul dihadapannya bahkan bertemu dengan si kembar yang merupakan darah dagingnya sendiri? Apa ini takdir? Entahlah, Irene tidak ingin si kembar mengetahui siapa Alex sebenarnya. Di matanya, pria itu tetap saja mafia berhati dingin dan tidak berperasaan.

"Tunggu, Irene. Kita harus kasih tau kalau saya Ayahnya si kembar," pinta Alex, melepaskan telapak tangan Irene, saat keduanya tiba di depan pintu restoran.

Irene membulatkan mata, memandang wajah Alex dengan tajam dan penuh kebencian. "Apa? Anda bilang apa tadi?" tanyanya dengan dada naik turun menahan rasa sesak. "Si kembar anakku, bukan darah daging Anda, Tuan Alex. Lebih baik Anda pergi dari sini."

Alex memejamkan mata seraya menarik napas dalam-dalam. "Saya tau semuanya, Irene. Saya tau kamu hamil darah daging saya."

Irene menggigit bibir bawahnya keras, matanya nampak memerah dan berair. Ia masih belum melupakan kejadian delapan tahun silam saat Alex meminta David, asisten pribadinya untuk menghabisi nyawanya. Rasanya benar-benar sakit luar biasa.

"Anda salah, Tuan Alex yang terhormat. Si kembar anakku gak ada sangkut pautnya sama Anda, setidaknya setelah Anda meminta orang kepercayaannya Anda buat menghabisi nyawaku!"

Alex terkejut, matanya membulat. "A-apa maksud kamu, Irene?"

"Jangan pura-pura bodoh. Aku tau kalau Anda tetaplah Anda, sebesar apapun cinta Anda sama aku, lebih penting bisnis haram Anda itu dibandingkan aku. Itu sebabnya Anda meminta David buat ngebunuh aku, 'kan? Dasar, Brengsek!"

Bersambung ....

1
Jamayah Tambi
Betuah punya anak
Jamayah Tambi
Davidcyg salah dan cemburu
Jamayah Tambi
Selepas 8 tahun baru jumpa
Jamayah Tambi
Anak degil
Jamayah Tambi
Dah masik kandang singa memang tak boleh keluar dah
Jamayah Tambi
Mesti Irinevdah mengandung anak mafia tu
Jamayah Tambi
Kau peduli Akex
Jamayah Tambi
Alex dah tau kau polisi,tp buat2 tak tau kerana cintanya.Dia ingin kamu berhenti jd polis dan menjadi isterinya Itu taktik Alex.
🤩😘wiexelsvan😘🤩
akhirnya bang alex ma irene ketemu lg,kaget ya bang tiba" menjadi daddy si kembar willi & willo 🤩🤩
mampus kau david,habis ni kau akan liat kemurkaan dan kemarahan bang alex 🤭😅😅
Jamayah Tambi
David cukup hati2
Jamayah Tambi
David pulak mcm ketua mafia.
Jamayah Tambi
Kaya raya memang,tp klu suaminya tidak setia dan kaki selingkuh macam mana.Mana ada perempuan yg sanggup diduakan./Tongue//Tongue/
Jamayah Tambi
Masuk kandang singa kamu Ren/Toasted//Toasted/
Jamayah Tambi
Belum apa2 dah kantoi /Sob//Sob/
Jamayah Tambi
Kamu berani sangat Irine.
Jamayah Tambi
Biar betul 2 vs 12.Macam tak logik.
Jamayah Tambi
Ah sudah,bahaya ni Airine
Jamayah Tambi
Mcm man nk jadi sekretaris klu tidak ada latihan.
Sri Astuti
lanjut
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
begitulah wanita ketika merasa kecewa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!