Seperti halnya alinea yang membutuhkan penggabungan beberapa rangkaian kata dan kalimat untuk bisa terbentuk sempurna, begitu pula dengan kisah cinta yang membutuhkan rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna.
Berangkat dari sebuah tikaman tak kasat mata yang membuat hati begitu terluka, seonggok daging yang bernyawa mempunyai harapan untuk bisa mendapatkan sebuah cinta layaknya Rasulullah yang begitu mencintai Khadijah.
Mungkin semua orang bisa menentukan tujuan mereka, tapi tidak dengan apa yang akan mereka temukan. Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Disinilah perjalanan diantara suka dan duka dalam kehidupan yang terakit indah menjadi sebuah ALINEA CINTA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lin Aiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Terik matahari masih cukup menyengat ketika mobil yang membawa Sora, Langit dan Senja tiba didepan rumah mereka. Langit sudah siap membantu memapah Sora ketika keluar dari Mobil.
"Hati-hati, sayang." Ucap Langit.
"Biar saya bantu saja, Tuan." Kata Aga yang sudah menunggu kedatangan Sora.
"Enggak-enggak, aku bisa sendiri." Ujar Sora.
Perlahan Sora keluar dari mobil. Ia terkejut ketika melihat ke seberang jalan. Ada papa dan mama Almeer sedang berdiri didepan Gerbang. Sora segera mengangguk dan tersenyum ketika pandangan mereka bertemu.
"Siapa, Sayang?" tanya Senja yang juga tersenyum pada pasangan yang ada diseberang jalan itu.
"Mamanya Almeer, Ma. Yang punya pesantren itu." Jawab Sora.
"Oya?" Langit terkejut, Ia hendak menghampiri kedua orangtua Almeer namun merekalah yang lebih dulu menghampiri Langit dan keluarganya.
"Assalamu'alaikum, Pak." Sapa Hiko, ia mengulurkan tangan untuk menyalami Langit.
"Wa'alaikumsalam, Papanya Almeer." Langit menyambut tangan Hiko.
"Kenalkan, nama saya Hiko. Ini istri saya, Ruby."
Ruby mengatupkan tangannya didepan dada untuk memberi salam pada Langit, kemudian ganti bersalaman dengan Senja.
"Saya Langit, ini istri saya Senja." Ganti Langit memperkenalkan diri.
"Saya sangat berterimakasih, putra anda selalu menolong putri saya." Langit menatap Sora.
Sora menghampiri Ruby dan mencium tangannya. "Apa kabar, Tante, Oom?" Sapa Sora.
"Baik, Nak. Bagaimana keadaanmu? Al cerita semalam kamu kena musibah, ya?" tanya Ruby.
"Iya, Tante. Alhamdulillah, Almeer bantuin Sora."
"Semoga Allah selalu melindungi kamu ya, Nak." Ruby mengusap lengan Sora.
"Aamiin...," Sahut Sora dan kedua o es angtuanya.
"Saya juga ingin mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan anda di pesantren kami, bantuan anda sangat bermanfaat sekali." Ujar Hiko.
"Tidak seberapa dibandingkan dengan bantuan putra anda yang sudah menolong Sora." Sahut Langit.
"Mari mampir kedalam dulu, ngobrol didalam Pak Hiko, Bu Ruby." Ajak Senja.
"Iya, masuk dulu kita ngobrol-ngobrol dulu." Tambah Langit.
"Mohon maaf sekali, tapi kami sedang ada acara. Kami masih menunggu ponakan yang jemput kami." Tolak Hiko. "Inshaa Allah jika ada kesempatan kita bisa berbincang-bincang lagi."
Langit mengangguk, "Baik, Pak Hiko. Sekali lagi saya ucapkan banyak terimakasih."
"Sama-sama, Pak Langit. Saya juga berterimakasih. Kami pamit dulu, Assalamu'alaikum...,"
"Wa'alaikumsalam...,"
Hiko dan Ruby kembali ke seberang jalan sedangkan Sora dan keluarganya beranjak masuk ke dalam rumah.
"Aku kok ngerasa gak asing ya dengan wajahnya pak Hiko." Ujar Langit pada istrinya ketika mereka sudah masuk ke dalam rumah.
"Aku juga, Mas."
"Pernah ketemu dimana, ya?"
"Udah, Mas. Gak usah diinget-inget. Nanti kalo ketemu lagi tanya saja." Kata Senja.
"Assalamu'alaikum...," Senja dan Langit kompak mengucapkan salam ketika masuk ke ruang tamu.
"Wa'alaikumsalam...," Mina berlari kecil menuruni anak tangga dan menghampiri Sora.
"Kak Sora bisa jalan sendiri?" tanya Mina.
"Bisa lah, cuma lemes aja, Dek."
"Mina bantu ke kamar, Kak." Mina menggandeng tangan kakaknya dan memapahnya masuk ke dalam kamar Sora.
Senja ikut bersama putrinya, sedangkan Langit dan Aga pergi menghampiri Sky di ruang tengah untuk membahas sesuatu.
"Udah kamu cari tahu orang yang sudah bikin Sora celaka?" tanya Langit pada Aga, ia duduk di Sofa dan mengambil kertas yang diberikan Sky padanya.
"Dia iri karena kehadiran Sora dikantor membuatnya kehilangan kesempatan untuk naik jabatan, Pa." Jelas Sky.
"Pegawaimu yang udah melecehkan Sora, gimana?" tanya Langit pada Aga.
"Saat ini masih berada di ruang ICU, Tuan. Tapi Nona Sora meminta saya untuk tak melakukan apa-apa lagi padanya.' Jelas Aga.
Langit terheran. "Memaafkan?"
"Iya, Tuan. Pagi tadi Nona Sora juga mengirimi saya pesan untuk tidak melakukan apapun pada teman kantornya ini."
"Tumben? apa yang terjadi dengannya?" Gumam Langit kemudian menatap putranya, "Ada apa dengan saudaramu, Sky?"
"Entahlah, Pa. Tapi semua orang bilang dia banyak berubah disini." Jawab Sky. "Perubahan positif maksudnya." Ralatnya.
Langit menatap putranya. "Ada sesuatu yang kamu sembunyikan?" tanya Langit.
Sky menggeleng cepat, "Apa yang harus Sky sembunyiin dari Papa?"
Langit tahu putranya sedang berbohong, tapi ia memilih untuk tak memaksanya membuka mulut. Ia tahu putranya bukan tipe orang yang mudah berbohong, namun jika ia sampai melakukannya bisa dipastikan ia sedang melindungi sesuatu yang menurutnya penting. Langit akan mencoba menghargai hal itu dan tak akan mencoba mencari tahu hingga Sky yang mengatakannya sendiri.
***
Matahari belum terlalu condong ke arah barat, namun Almeer sudah menjejakkan kakinya diteras rumah.
"Assalamu'alaikum, Meera... Meera!" Ia mencari cari keberadaan adiknya.
"Mbak Meera masih di cafe, Mas." Susi, anak dari Inah yang meneruskan pengabdian ibunya untuk mengurusi keluarga Hiko menghampiri Almeer.
"Ooh, makasih ya, Bi." Almeer kembali keluar rumah dan menuju ke cafe.
Benar saja Ameera masih berada di salah satu meja pelanggan sedang menulis sesuatu disana.
"Assalamu'alaikum, Meera." Almeer lanngsung duduk diepan Ameera.
"Wa'alaikumsalam, Mas Al. Tumben udah datang masih jam segini? udah gak sabar nih ya ketemu mbak Sora?" Ameera memicing menggoda kakaknya.
"Sukanya mikir macem-macem nih anak." Almeer mencubit pipi adiknya. "Mas bingung, nih. Bawa apa ya kesana?"
"Tenang, Mas. Meera udah bikinin mbak Sora kue, katanya dia suka banget ama Japanese chesse cake kita. Tuh, masih di oven. Kita kasihnya pas masih anget-anget."
"Yaudah kalo gitu, angkat gih. Trus kesana, nanti keburu petang."
"Kan belum mateng, Mas Al... Tumbenan sih gak sabaran banget?"
"Siapa yang gak sabaran sih, Meera? kamu tuh mikirnya kemana-mana trus."
Ameera menutup buku dan meletakkan bolpoinnya, melipat tangan diatas meja kemudian menatap Almeer lekat-lekat. "Sejak ada Mbak Sora disini, sikapnya Mas Al bikin Meera mikirnya kemana-mana terus. Hihihi."
Almeer mengetuk kepala adiknya pelan, "Mas mau mandi dulu aja."
"Mas Al!"
Almeer mengurungkan niatnya untuk berdiri. "Hm?"
"Aku tadi lihat Mina, sepertinya dia udah balik dari Jakarta." kata Ameera
Almeer terdiam.
"Kapan hari dia juga whatsapp, Meera. Nanyain apa mas Al udah baca CV-nya."
"Trus, kamu jawab apa?"
"Udah, kapan hari Meera lihat CV-nya Mina udah keluar dari amplopnya, berarti udah Mas baca, kan?"
Almeer kembali diam.
"Meera salah ya, Mas?" tanya Ameera.
Almeer tersenyum dan mengusap puncak kepala Meera yang tertutup kerudung, "Enggak, Meera."
"Beneran?"
Almeer mengangguk.
"Trus kenapa Mas Al diem tadi?"
"Udah, Mas mau mandi dulu aja. Nanti kalau udah siap panggil Mas di rumah, ya?"
Ameera mengacungkan jempolnya dan Almeer pun pergi kembali kerumah.
Usai mandi dan berganti pakaian, Almeer menunggu adiknya di ruang tamu rumahnya. Tak terlalu lama ia melihat ameera keluar dari pintu Cafe dengan kotak kue ditangan kanannya. Almeer segera keluar dan menghampiri adiknya.
"Wih, ganteng bener...," Goda Ameera.
"Mas mu ini kan tiap hari udah ganteng, Meera. Blasteran bumi ama surga, gantengnya maksimal." Jawab Almeer.
"Meera percaya aja deh, Mas. Biar Mas Al seneng."
Almeer terkekeh mendengar jawaban pasrah adiknya. Mereka berdua pun berjalan menuju ke rumah Sora.
Ini adalah pertama kalinya Almeer menginjakkan kaki dirumah yang selalu mendapat penjagaan khusus itu. Sedangkan Ameera sudah sering masuk ke dalam rumah yang menjadi tempat tinggal Sora dan Mina.
Seorang pria paruh baya membukakan pintu untuk Almeer dan Amerra. "Assalamu'alaikum, Pak Cokro. Saya mau jenguk Mbak Sora, bisa?"
"Iya, Mbak. Monggo, silahkan masuk."
Pria bernama Cokro itu membimbing langkah Almeer dan Ameera untuk masuk ke dalam rumah. Pintu ruang tamu sudah terbuka, mereka bisa melihat Langit, Senja dan Sky sedang duduk di sofa ruang tamu.
"Permisi Tuan, Nyonya. Ada temannya Non Sora mau jenguk." Kata Cokro.
"Ooh, iya. Silahkan masuk." Ucap Senja, ia berdiri menyambut Almeer dan Ameera.
"Assalamu'alaikum...," Sapa Almeer dan Ameera ketika masuk ke dalam rumah. Ameera mencium tangan Senja sedangkan Almeer mencium tangan Langit.
"Kamu Almeer, yang nolong Sora itu kan? temannya Sky?" tanya Langit.
"Iya, Pak. Betul." Jawab Almeer, ia melirik Sky dan memberikan sedikit senyuman untuk menyapa pria yang duduk acuh dengan kehadirannya.
Langit berdiri dan menepuk bahu Almeer, "Dunia memang selebar daun singkong, ya? Hahahaha."
"Daun kelor, Pa!" Ralat Sky. "Gak usah ngelawak, Pa. Gak cocok."
"Ini adikmu?" tanya Langit ketika melihat Ameera.
"Iya, Pak. Ameera namanya."
Ameera mengatupkan kedua telapak tangannya dan tersenyum menyapa Langit. "Saya Ameera, teman pengajiannya Mbak Sora dan Mina."
"Hah? teman pengajiannya Sora?" Langit mengulang.
Ameera mengangguk. "Mbak Sora masih baru ikut pengajian di masjid, Pak."
"Sayang, Sora ikut ngaji!" Ujar Langit ke Senja.
"Alhamdullillah, Mas...,"
"Iya, Alhamdullillah ...," Sahut Langit.
"Ayo, tante antar ke kamar Sora." Ajak Senja.
"Kami permisi dulu, Pak." Pamit Almeer.
"Iya. iya. Silahkan." Ujar Langit.
"Kamu duluan, Meera." Pinta Almeer agar Ameera yang berjalan dibelakang Senja.
Almeer dan Amerra meninggalkan ruang tamu. Tak lupa Ameera tersenyum menyapa Sky yang juga sedang tersenyum menatapnya sedari tadi.
Senja memimpin jalan untuk ke kamar Sora. "Terimakasih, ya. Sudah mau repot-repot meluangkan waktu kalian untuk jenguk Sora."
"Tidak repot sama sekali, Bu." Jawab Ameera.
Ceklek!
Senja yang baru menginjakkan kaki di lantai dua melihat Mina baru keluar kamar.
"Sayang, ada teman kamu sama teman kakakmu nih. Mau jenguk kak Sora." Kata Senja.
"Ehh, Kak Meera." Mina yang membawa pakaian kotor ditangannya melangkah menghampiri Meera yang masih meniti anak tangga.
"Assalamu'alaikum, Mina." Sapa Ameera.
"Wa'alai—" Mina berhenti melangkah Ketika melihat sosok yang sedang menaiki tangga dibelakang Ameera.
"Haaah!" Mina menjatuhkan baju-baju ditangannya dan menutup mulutnya yang terkejut dengan kedua tangannya ketika ia menyadari Almeer yang ada dibelakang Ameera.
"Kenapa, sayang?" tanya Senja.
"Assalamu'alaikum, Mina." Sapa Almeer.
"Wa- Wa'alaikumsalam, Kak Almeer." Jawab Mina gugup, ia menundukkan kepalanya sesegera mungkin kemudian memungut baju-bajunya yang terjatuh.
"Ku kira kamu udah gak balik lagi kesini, Na?"
"Masih, Kak. Kan Mina belum wisuda. Masih ada banyak keperluan juga di kampus yang belum diselesaikan." Jawab Mina.
"Ooh, iya. Kamu belum wisuda, ya."
Mina mengangguk, "Silahkan Kak kalau mau jenguk kak Sora, Kak Sora udah bangun tadi."
"Iya..."
"Mama anter mereka ke kamar kakakmu dulu ya, Sayang." Kata Senja.
"Iya, Ma."
Mina sedikit menepi dan membiarkan tamu kakaknya lewat. Almeer memberikan senyuman kecil ketika melewati Mina dan gadis itu langsung tertunduk.
Tok tok tok.
Senja mengetuk pintu kamar paling depan di lantai dua kemudian membukanya.
"Sayang, ada temen kamu nih." Kata Senja.
Sora yang sedang tiduran dibalik selimut langsung duduk mengintip siap yang datang.
"Assalamu'alaikum, Mbak Sora." Ameera dan Almeer masuk ke dalam kamar Sora.
"Wa'alaikumsalam...," Sora langsung turun dari tempat tidurnya dan berlari kecil menghampiri Almeer dan Ameera.
"Pelan-pelan, Sayang...," Sora memperingatkan putrinya yang pecicilan itu.
"Ini. Japanese chesse cake buatan Ameera, dibuat khusus untuk Mbak Sora." Ameera memberikan kotak kue itu pada Sora.
"Alhamdulillah, ih..., masih anget. Makasih ya, Meera." Sora memeluk Ameera sebentar.
"Ayo, Silahkan duduk. Saya tinggal kebawah lagi ya." Kata Senja.
"Iya. Terimakasih, Bu." Ucap Almeer dan Ameera.
"Makasih ya, Ma." Ujar Sora sebelum mamanya pergi.
"Iya, Sayang." Senja mengusap punggung Sora kemudian keluar kamar.
Sora ganti melirik Almeer, mencari tahu apa yang dibawa pria yang hanya berdiri dibelakang Meera.
"Aku nungguin oleh oleh nih, Al." Goda Sora.
"Aku gak bawa apa-apa, Ra. Maaf, ya." Ucap Almeer.
"Eh, Mas Al bawa kok, Mbak." Sahut Ameera, "Bawa cintaaa...," Lanjut Ameera dengan senyum menggodanya.
"Hush...," Almeer menyenggol lengan adiknya.
Sora tersipu malu mendengar candaan Ameera. Senyumnya mengembang lebar walau ia tahu itu hanya candaan.
"Duduk, yuk." Sora mengajak Almeer dan Ameera duduk di sofa yang ada ditepi jendela besar kamar Sora.
"Aku ambil ini, ya." Almeer meminta ijin untuk mengambil kursi yang meja belajar Sora dan dibuatnya duduk terpisah dari adiknya dan Sora.
"Mas Al, dari sini rumah kita keliatan jelas banget ya?" Kata Ameera sambil menatapi rumahnya.
"Iya, jelas banget." Jawab Almeer sambil melirik Sora.
Sora meringis. menunjukkan gigi-giginya karena Almeer sudah tahu jika Sora sering memperhatikan Almeer dari balik jendela kamarnya. Melihat tingkah Sora, Almeer tersenyum seolah tidak mempermasalahkan hal itu.
"Dimakan, Mbak. Mumpung masih anget." Kata Ameera ketika melihat Sora meletakkan kuenya diatas meja. "Ada pisau dan garpunya, kok."
"Permisi,"
Semua melihat kearah pintu, Mina datang membawakan minuman dan camilan serta piring kecil untuk tamu kakaknya. Ia meletakkan satu per satu diatas meja.
"Kok kamu yang anter, Dek. Kenapa gak bibi aja?" tanya Sora.
"Gak apa, Kak. Kak Meera kan juga temanku, gak enak kalau bibi yang nganter." Jawab Mina.
Meera meletakkn piring terakhir dari atas nampan yang dibawanya.
"Silahkan, Kak." Mina menatap Ameera dan Almeer bergantian.
"Tuh kan, Al. Mina lembut banget, kan?" Kata Sora pada Almeer.
Almeer tersenyum kaku dan Mina tersipu malu.
"Kak Sora kenal kak Almeer?" tanya Mina.
-Bersambung-
.
.
.
.
.
HARI INI AKU UP CUMA SATU EPISODE YA KARENA MASIH ADA KESIBUKAN NGURAS LAUTAN.
Jangan lupa tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA dan VOTE novel ini ya.
Terimakasih dukungannya.
narsis nya gen papa hiko banget
/Facepalm/
orang tua begitu tuh karena sayang ,peduli ,care .bukan maksud merendahkan,meremehkan .
laa haula wa laa quwwata illaa billaah /Sob//Sob//Sob//Sob/