Kehidupan Zayn berubah dalam semalam karena orang tuanya tega 'Membuangnya' ke Pondok Pesantren As-Syafir.
"Gila gila. Tega banget sih nyokap ama bokap buang gue ke tempat ginian". Gerutu Zayn.
---
Selain itu Zayn menemukan fakta kalau ia akan dijodohkan dengan anak pemilik pondok namanya "Amira".
"Gue yakin elo nggak mau kan kalau di jodohin sama gue?". Tanya Zayn
"Maaf. Aku tidak bisa membantah keputusan orang tuaku."
---
Bagaimana kalau badboy berbisik “Bismillah Hijrah”?
Akankah hati kerasnya luluh di Pondok As-Syafir?
Atau perjodohan ini justru menjerat mereka di antara dosa masa lalu dan mimpi menuju jannah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MayLiinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Author POV
Setelah orangtuanya pulang, Zayn berdiri kaku di depan bangunan asrama putra Pondok Pesantren As-Syafir. Kepalanya menengadah, menatap plang kayu bertuliskan Asrama Al-Furqan. Bau wangi kayu dan karpet masjid menusuk hidungnya sama sekali nggak familiar buat anak geng motor sepertinya.
"Ini beneran gue bakal tinggal di tempat ini?" Ucap Zayn tidak percaya.
'Oh My Gosh.' Gumamnya dalam hati.
Saat ia memandangi sekitarnya para santri yang berlalu lalang melewatinya menatap heran dan sinis ke dirinya,karena ia memakai pakaian berbeda. Zayn memakai kaos hitam polos,jaket kulit hitam,jean hitam robek di bagian paha sebelah kiri dan dengkul bagian kanan,sepatu boot hitam dan ada tato gambar Bintang di sebagian leher sebelah kanan dan tulisan STARDOM di bawah siku.
Setelah merenung dan melihat lama pemandangan 'Baru' yang ada di sekitarnya ia di dekati dengan seorang lelaki agak dewasa dan wajahnya seperti orang arab.
"Assalamualaikum…” sapa salah satu ustadz muda.
Zayn hanya menaikkan alis. Apa pula ini? batinnya.
"Perkenalkan nama saya Muhammad Fauzan Irwansyah,saya guru pembimbing asrama putra." Ucapnya memperkenalkan diri ke Zayn dengan menengadahkan sebelah tangannya untuk bersalaman dan Zayn menerimanya.
"Oh oke. Kenalin gue Zayn." Jawab Zayn singkat
"Oke kalau gitu Zayn,sekarang saya akan mengantarmu ke kamar kamu.
Setelah 5 menit berjalan Zayn sampai di kamarnya yang dalam 1 kamar berisi 4 Santri.
Tok..tok..tok.
"Assalamu'alaikum." Salam ustadz Fauzan
"Waalaikumsalam." Ucap mereka berbarengan dan salah satunya membuka pintu kamar.
"Ini Zayn kamar kamu dan mereka bertiga teman sekamar kamu. Kenalin yang buka pintu namanya Khairi,yang lagi baca kita Yusuf dan yang lagi mencatat hafalan di buku itu Falah."
"Ha..hai..salam kenal ya." Ucap Zayn canggung.
'Ini beneran kamar gue sekarang?'gumam Zayn sambil menarik koper.
Dia menendang pelan sandal jepit di depan pintu, ragu.
---
Zayn POV
‘Astaga… Ini kamar? Satu ruangan segini, kasur tipis berjejer, bantal satu biji. Mana AC? Mana TV? Fix, gue masuk penjara suci.’
Gue menahan gerutu di dada.
Khairi malah nyengir, nutup pintu, terus narik koper gue ke sudut.
“Kenalin nama gue Khairi, ini Falah dan itu Yusuf. Mulai hari ini kita jadi partner tidur, makan, sampai hafalan bareng.”
Gue hanya melirik Falah dan Yusuf, mereka angguk pelan.
“Kalau mau mandi, WC di belakang. Jemuran di atap. Hafalan? Duh, sabar ya Bro…” Khairi cekikikan.
Falah menatap gue lembut, nada suaranya santun banget.
“InsyaAllah kalau butuh apa-apa, bilang aja ya, Zayn. Kita di sini sama-sama belajar.”
Yusuf yang dari tadi diem, tiba-tiba nyeletuk sambil natap gue tajam.
“Kalau mau kabur, coba aja. Tapi di sini pondoknya dikelilingi kebon bambu, hutan kecil, sama jalan satu arah. Bisa nyasar.”
Gue nyengir kecut.
‘Gila, penjara beneran…’
---
Author POV
Khairi tertawa ngakak ngeliat ekspresi Zayn.
“Hahaha, santai. Nggak seburuk itu kok, Bro. Kita di sini buat ‘reset’ diri. Siapa tahu lu bisa taubat!” goda Khairi sambil nyenggol bahu Zayn.
Falah merapikan bantal Zayn. “Udah, istirahat dulu aja. Nanti ba’da Ashar ada perkenalan santri baru sama Abah Kyai. Jangan kabur ya.”
Falah mengatakan itu karena dirinya dulu juga sempat berpikiran kabur saat pertama kali mondok disini itulah kenapa ia mengatakan itu kepada Zayn.
Zayn hanya membalikkan badan ke kasur tipisnya, mendengus kesal.
‘Nikmat banget hidup gue sekarang. Nggak ada rokok, nggak ada motor, nggak ada geng. Yang ada sarung sama Quran. Ckckck…’
Di sudut, Yusuf masih mengamati Zayn dengan sorot tajam tapi ada secuil simpati di matanya.
Dalam hati Yusuf bergumam, ‘Semoga dia kuat. Dan semoga kami bisa bantuin dia hijrah beneran…’
‘Huh temen-temen gue lagi balapan, gue di sini kayak burung dalam sangkar’. Batin Zayn.
---
To Be Continued.. 😊