NovelToon NovelToon
Warisan Dari Sang Kultivator

Warisan Dari Sang Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Harem / Balas Dendam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sarif Hidayat

Seorang pemuda berusia 25 tahun, harus turun gunung setelah kepergian sang guru. Dia adalah adi saputra.. sosok oemuda yang memiliki masa lalu yang kelam, di tinggalkan oleh kedua orang tuanya ketika dirinya masih berusia lima tahun.

20 tahun yang lalu terjadi pembantaian oleh sekelompok orang tak di kenal yang menewaskan kedua orang tuanya berikut seluruh keluarga dari mendiang sang ibu menjadi korban.

Untung saja, adi yang saat itu masih berusia lima tahun di selamatkan okeh sosok misterius merawatnya dengan baik dari kecil hingga ia berusia 25 tahun. sosok misterius itu adalah guru sekaligus kakek bagi Adi saputra mengajarkan banyak hal termasuk keahliah medis dan menjadi kultivator dari jaman kuno.

lalu apa tujuan adi saputra turun gunung?

Jelasnya sebelum gurunya meninggal dunia, dia berpesan padanya untuk mencari jalan hidupnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarif Hidayat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 Kemunculan alin

Di depan pintu masuk gedung penjualan milik keluarga Raharja, rayan dan Maudy dihentikan oleh penjaga gedung untuk diminta kartu identitas atau kartu tamu kehormatan khusus.

"Maaf, Tuan, bisakah Anda menunjukkan kartu identitas Anda? Atau Anda juga bisa menunjukkan kartu pelanggan, juga kartu tamu kehormatan dari keluarga Raharja?" ucap sang penjaga itu.

Rayan agak terkesiap mendengarnya. Ia tidak tahu bahwa untuk masuk saja diperlukan sebuah kartu seperti itu. rayan bahkan tidak memiliki salah satu dari semua kartu yang disebutkan oleh penjaga ini.

"Kak tunjukan saja KTP mu"bisik Maudy. Ia lupa bahwa sedaaa belum memiliki KTP,

"Apa kamu lupa bahwa Aku tidak memilikinya. Bagaimana kalau gunakan saja milikmu," balas Rayan berbisik, yang mana membuat maudy langsung teringat dengan ktp nya sendri,

"Kak.. ktp ku kan sudah aku kasih ke kakak waktu itu," Bisik maudy,

"Itu.. ah, aku hampir melupakannya,"Rayan menepuk keningnya sendiri lalu merogoh saku celananya dan memberikan ktp itu pada maudy, "Aku lupa memberikannya padamu,"

Maudy menyipitkan matanya menerima ktp miliknya itu, ia menatap rayan sesat namun tak memiliki waktu untuk bertanya lebih jauh,

"Pak, identitas Kakak saya sedang ditahan oleh polisi lalu lintas, jadi bisakah menggunakan identitas saya saja untuk kami bisa masuk?" Hanya itu alasan yang tiba-tiba muncul di kepala Maudy.

Rayan menggaruk kepalanya tak gatal, ia sungguh belum terbiasa dengan kehidupan ini setelah turun gunung.

Kedua penjaga itu mengerutkan kening mereka. Sejak kedua anak muda ini datang, mereka tidak memiliki kesan baik, terutama pada pemuda itu. Bahkan melihat pakaian yang dikenakannya saja membuat mereka yakin bahwa pemuda itu datang dari pedesaan. Sedangkan semua orang yang berkunjung ke gedung penjualan milik keluarga Raharja ini, semuanya berasal dari keluarga kaya.

"Kalau begitu kalian tidak boleh masuk," ucap salah satu penjaga. Mereka sudah beberapa kali mengalami hal semacam ini, beberapa orang sering kali datang tak tau malu dan setelah berhasil masuk mereka justru akan membuat keributan di dalem.

"Tap, tapi kenapa? Kami hanya ingin masuk sebagai pengunjung," Maudy merasa tidak masuk akal jika mereka tidak diizinkan masuk hanya karena rayan tidak memiliki kartu identitas.

"Gadis kecil, sebaiknya kamu dengan kakakmu pergi dari sini! Bukankah di sana banyak toko yang juga berjualan sesuai kebutuhan? Ini adalah tempat untuk berbelanja bagi orang-orang yang mampu," timpal penjaga lainnya.

"Sangat setuju, orang-orang miskin seperti mereka memang tidak layak untuk masuk ke dalam gedung penjualan ini."

Tepat ketika hendak berkata kembali, suara seseorang dari belakangnya mengalihkan perhatiannya. Maudy merasa cukup familiar dengan suara tersebut.

"Yo... bukankah ini gadis yang dikabarkan melarikan diri dari rumah?" Seorang gadis seusia dengan Maudy berjalan bersama seorang pria cukup tampan di sampingnya.

"Alin... kamu. Kenapa kamu ada di sini?" Maudy terkejut dengan kemunculan gadis itu.

"Seharusnya aku yang bertanya padamu. Kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu seharusnya menikah dengan pria tua yang memiliki perusahaan di bidang batu mentah itu?" ucap gadis itu dengan senyum mengejek.

"Kamu...?" Maudy hendak berkata tetapi dicela oleh gadis bernama Alin itu.

"Ckck, Maudy, aku baru saja menerima telepon dari Tuan Danu, dia berkata jika aku bertemu denganmu, jangan lupa untuk segera mengabarinya. Jadi, apakah menurutmu aku harus mengabarinya sekarang?" Sambil menggoyang-goyangkan ponselnya gadis bernama Alin itu tampak menatap Maudy penuh dengan ejekan.

Pasalnya sejak SMA Maudy dikenal sebagai gadis tercantik di kelasnya. Meskipun Alin juga termasuk gadis cantik, tetapi jika dibandingkan dengan Maudy, Alin masih tak dapat dibandingkan, dan itulah salah satu alasan Alin sangat membenci Maudy sampai sekarang. Setiap pria di kelasnya hampir menyukai Maudy, namun baru-baru ini Alin mengetahui bahwa keluarga Maudy sedang mengalami kesulitan. Dan Maudy dipaksa menikah oleh ayahnya dengan pria berusia 40 tahun yang kebetulan Alin juga mengenal pria itu.

"Kamu, ba-bagaimana kamu tahu?" Maudy terkejut Alin tahu semua tentang masalahnya, bahkan Alin juga sepertinya mengenal pria tua yang dijodohkan dengannya.

"Kenapa? Aku bahkan tahu kalau ayahmu memiliki utang ratusan juta pada bandar judi, dan kamu dipaksa menikah dengan Tuan Danu agar ayahmu bisa mendapatkan uang untuk membayar utangnya itu. Eh, tunggu, tapi menurutku lebih tepatnya kamu dijual oleh ayahmu sendiri untuk membayar utangnya. Apakah yang aku katakan ini benar, Nona Maudy, primadona sekolah?"

Alin merasa puas mengatakan itu semua pada Maudy, apalagi saat ini mereka berada di tempat umum. Dengan nada bicara Alin yang cukup keras, alhasil orang-orang yang berada di sekitar sana ikut mendengarnya.

"Alin, kamu jangan keterlaluan... kamu, kamu,...." Maudy ingin mengatakan sesuatu untuk sebagai pembelaan, tetapi ia tidak tahu harus mengatakan apa, karena memang apa yang dikatakan oleh Alin tidaklah salah.

"Kasihan sekali gadis itu, pantas saja ia terlihat begitu tak terawat, ternyata dia orang tuanya bahkan ingin menjualnya," ucap salah seorang tak dikenal yang berada di sekitar sana.

"Aku tidak menyangka ada seorang ayah yang begitu tega ingin menjual putrinya seperti itu hanya untuk melunasi sebuah utang," ucap yang lainnya.

Satu demi satu orang-orang di sekitar sana mengeluarkan kata-kata mereka. Ada yang merasa iba pada gadis itu, ada juga yang bersikap biasa saja seolah apa yang Maudy alami tidak lagi asing di zaman ini, kadangkala keluarga yang susah suka kehilangan akal sehatnya demi bisa hidup banyak uang.

Maudy sampai berkaca-kaca menahan tangis, apa yang ia alami memang sangat menyedihkan, tak bisa dipungkiri ia hanya bisa menerima apa yang orang katakan.

"Maudy, kenapa kamu terdiam, apa yang ingin kamu katakan? Ayo cepat katakan sebelum aku memanggil Tuan Danu dan memberitahunya bahwa kamu saat ini berada di pusat perbelanjaan Tanah Raharja bersamaku," ucap Alin.

"Kamu berani.....?" Maudy menggeretakkan giginya, dari dulu sampai sekarang, Alin memang sering sekali mencari gara-gara terhadapnya, namun hingga saat ini Maudy hanya bisa menahan kemarahannya tanpa bisa ia keluarkan.

"Tentu saja, aku akan menghubunginya sekarang!" Alin langsung menekan sebuah nomor, dan tak lama panggilan pun terhubung.

["Halo Tuan Danu.....?"] Sambil menatap Maudy penuh kemenangan, Alin mulai memberi tahu bahwa ia saat ini sedang bersama Maudy, sedangkan Maudy sendiri tubuhnya mulai bergetar. Sudah bisa dipastikan ia tidak bisa melarikan diri lagi. Maudy menggigit bibir bawahnya tidak tahu apa yang harus ia lakukan jika Tuan Danu memaksa dirinya.

Maudy sampai lupa bahwa ia saat ini sedang bersama rayan. Sebuah tangan tiba-tiba menepuk pundak Maudy dan Maudy langsung mendongakkan kepalanya mendapati rayan lah yang menyentuh pundaknya sambil berkata lirih.

"Tenanglah, tidak perlu ditakutkan."

Entah kenapa Maudy langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu, meskipun ia baru beberapa waktu saja dengan pemuda ini, tetapi tidak ada lagi orang yang bisa ia percaya juga jelas selalu melindunginya.

Hingga tak berselang lama sebuah mobil SUV berwarna hitam berhenti tepat di sebuah parkiran di depan gedung penjualan itu.

1
Jujun Adnin
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!