SANG PENJAGA

...~•Happy Reading•~...

Ke esokan harinya ; Menjelang sore, mobil Jacob keluar dari tol, masuk kota Bandung yang sejuk. "Kita kemana, Pak?" Tanya Heri yang tidak menyadari pimpinannya sedang tertidur di belakang.

Jacob terbangun dan melihat keluar jendela mobil. Dia melihat jam tangannya. "Kita langsung ke warung selingkuh." Ucapan Jacob membuat Heri tersenyum riang.

"Kita makan dulu, Pak?" Heri tidak tahan untuk bertanya.

"Nanti lihat. Semoga Pak Ray membiarkan kau makan bakso sepuasnya." Jacob ingat mereka menghabiskan bakso selingkuh saat habis menangkap Belvaria dan Devino olah raga ranjang.

"Oh. Pertemuannya di warung selingkuh, Pak?" Heri terkejut mendengar yang dikatakan pimpinannya.

"Mungkin. Pak Ray kirim alamat pertemuan di situ." Jawab Jacob dan kembali melihat alamat yang dikirim Raymond.

"Pak Ray tahu tempat itu juga." Heri berkata senang dan meneruskan, 'mantap' dalam hatinya.

Tidak lama kemudian, mereka tiba di depan warung selingkuh. "Pak, warungnya tutup." Heri terkejut melihat rolling dor warung selingkuh tutup.

"Melambat, saya telpon Pak Ray." Jacob mengeluarkan telpon untuk menelpon Raymond.

"Pak, gerbang rumah itu dibuka dan mobil di belakang bunyikan klakson juga lampu sein." Heri melapor.

"Ok, masuk. Itu pintunya dibuka buat kita. Yang di belakang mobil Pak Samuel." Ucap Jacob setelah bicara dengan Raymond.

Ketika masuk, mereka terkejut melihat Raymond berdiri bersama Nathania menyambut mereka di teras. "Ada apa ini, Muel? Kau ganti mobil lagi?" Tanya Jacob kepada Samuel yang keluar dari mobil jero barunya.

"Ngga. Pinjam. Aku kasih kode sejak tadi, tenang-tenang saja." Protes Samuel yang tahu mobil Jacob.

"Mana aku tahu." Jacob menautkan kepalan tangan dengan Samuel.

"Coba lihat Ray. Mereka seperti suami istri yang sedang menyambut tamu." Samuel menggerakan kepala ke arah Raymond dan Nathania.

"Tahan hatimu untuk ledekin Ray, kalau mau makan enak." Jacob masih mengira, mereka akan makan bakso selingkuh.

Nathania terkejut melihat Jacob ada bersama Samuel. "Pak Ray, Pak polisi itu juga diundang?" Nathania tidak tahan bertanya di sela tangannya yang menutup mulut karena terkejut melihat Jacob.

"Iya. Tenang saja. Nanti kenalan dengan beliau." Raymond mengusap bahu Nathania yang tidak mengalihkan matanya dari Jacob.

"Ada apa, Thania? Mengapa terkejut melihat saya?" Ucap Jacob setelah menautkan kepalan tangan dengan Raymond.

"Selamat datang, Pak." Nathania mengendalikan diri dan menunduk hormat kepada Jacob.

"Thania kaget aku mengundangmu." Bisik Raymond.

Nathania jadi pamit untuk menyiapkan minuman, walau belum mengerti yang terjadi antara Jacob dan Raymond. Dia tahu Jacob adalah polisi di kantor polisi. Sedangkan Samuel, dia sudah tahu hubungan mereka.

Ketika melihat Nathania masuk ke dalam rumah, Jacob terkejut. "Ray, ini rumah Thania?"

"Iya. Sorry, lupa info." Jawab Raymond.

"Sebentar. Waktu kau lihat video yang aku kasih itu, ada lihat Thania? Tapi ngga ada Thania di videoku?" Jacob ingat berbicara di telpon saat Raymond melihat video yang dia berikan.

"Memang ngga ada Thania, tapi ada sesuatu yang berhubungan dengan dia." Ucap Raymond berteka-teki, tanpa menceritakan tentang bingkai kayu antik yang ada di dinding warung.

"Jadi aku yang mempertemukan kalian?" Tanya Jacob. Raymond mengiyakan dengan menaikan alis. "Aku juga yang bikin kau melamarnya di kantor polisi?" Raymond mengangguk dan memukul bahu Jacob.

"Ada apa dengan kalian berdua?" Tanya Samuel yang mendengar percakapan yang tidak dimengerti.

"Muel, ternyata aku punya kemampuan lain, selain menembak dengan pistol. Aku yang bikin Ray menembak ...." Jacob menceritakan yang terjadi, tanpa menceritakan peristiwa menangkap Belvaria dan mengapa dia ke warung selingkuh.

"Bagus. Mulai besok-besok bisa tembak buat diri sendiri." Ucap Samuel sambil menghindari pukulan Jacob.

Nathania yang sudah di ruang tamu, jadi terharu mendengar percakapan Raymond, Jacob dan Samuel. Dia jadi mengerti, siapa Jacob dan hubungannya dengan Raymond.

Dia juga mengerti melihat Heri bersikap hormat kepada Jacob. 'Oh, jadi pimpinan yang sering disebut di rumah sakit adalah Pak Jacob.' Nathania merasa lega dan hatinya penuh dengan rasa syukur melihat tiga pria yang berdiri di teras sambil bercanda.

Dia keluar membawa minuman dan letakan di meja teras. "Silahkan diminum, Pak." Ucap Nathania.

"Thania, jadi ini rumahmu yang disewa Ray?" Jacob bercanda untuk mencairkan suasana.

"Tidak, Pak. Beliau sewa paviliun yang di sebelah." Nathania menunjuk dengan jempol ke arah Paviliun. Jacob mengangkat jempol kepada Nathania, karena tidak berubah sikapnya kepada mereka.

Nathania makin lega melihat sikap santai Jacob padanya. "Pak, boleh rapikan mobil sedikit? Mas Didit sudah mau tiba." Bisik Nathania kepada Raymond.

"Ok." Raymond mengerti. "Jac, tolong bilang Heri agak majukan mobilmu. Ada tamu mau masuk." Bisik Raymond.

Tidak lama kemudian, mobil Didit masuk ke halaman rumah. Nathania sangat lega melihat Magda juga ikut di mobil Didit, jadi tidak perlu parkir mobil Magda di luar pintu gerbang.

Didit dan Magda menyalami mereka satu persatu. "Sudah kumpul semua?" Tanya Raymond kepada Nathania.

"Sudah, Pak. Mari masuk di dalan saja." Nathania mempersilahkan, agar mereka bisa kumpul di ruang tengah.

Raymond mengangguk lalu ikut masuk. Raymond jadi melihat ruang dalam rumah Nathania yang luas. Dia tersenyum dalam hati melihat bingkai kayu yang diberikan kepada Nathania sudah digantung di ruang tengah.

"Thania, tolong panggil Bibi juga untuk duduk di sini." Pinta Raymond, karena tidak melihat mereka. Nathania segera ke belakang untuk memanggil kedua Bibi.

"Ok. Terima kasih." Raymond mengajak Nathania berdiri di sampingnya. Mata semua orang tertuju kepada mereka yang berdiri di pintu ruang tengah.

"Saya sengaja adakan acara ini, sebagai ungkapan syukur sudah keluar rumah sakit dan mulai beraktvitas. Dan juga peristiwa yang tidak terduga di kantor polisi." Nathania langsung menunduk dengar yang dikatakan Raymond. Hatinya sangat terharu, sehingga Raymond mengusap pundaknya.

"Ada beberapa orang di sini sudah tahu saya melamar Thania di kantor polisi karena alasan tertentu saat itu." Raymond menatap lurus ke arah Jacob yang berlaku santai, seakan tidak tahu dan tidak terlibat.

"Di depan yang hadir saat ini, saya mau mengatakan, apa pun melandasi kejadian itu, saya bertanggung jawab atas apa yang saya katakan." Ucapan Raymond disambut tepuk tangan kedua Bibi.

"Terima kasih, Bibi." Ucapan Raymond membuat kedua Bibi menunduk malu.

"Saya sudah dua kali memastikan jawaban Thania yang menerima lamaran saya. Jadi saat ini saya tidak mengulang untuk ketiga kali. Nanti saya diberi piring cantik." Semua yang ada dalam ruangan jadi tersenyum.

"Saat ini, saya hanya mau memberikan tanda, bahwa kami serius dengan apa yang kami katakan." Raymond mengambil kotak hitam kecil dari saku celana dan mengeluarkan cicin yang batunya berkilauan kena cahaya.

Semua menahan nafas melihat Raymond menyematkan cicin ke jari manis Nathania. Magda dan kedua Bibi meneteskan air mata melihat Nathania menatap Raymond dengan mata tergenang.

...~_~...

...~▪︎○♡○▪︎~...