Pewaris Terhebat 3

Troy terus menggerakkan jari di saat ia meledak kondisi Edward. "Aku, Tyler, dan pamanku Theron sudah sepakat untuk bekerja sama dengan Leonel. Dalam waktu dekat, orang-orang kami akan bertemu dengan sosok Larson untuk mendiskusikan rencana untuk menyingkirkan, Alexander."

Tyler ikut memberikan pesan, "Kau harus mengirim utusanmu untuk terlibat dalam diskusi tersebut, Edward. Kita sudah cukup lama berada di bawah kaki Alexander. Ini kesempatan kita untuk membalikkan keadaan. Kita harus menghabisi Alexander secepatnya."

"Leonel sudah memberitahuku, dan ayahku mendorongku untuk bekerja sama. Aku akan secepatnya mengirimkan kabar ini pada ayahku. Kita harus berhati-hati karena Alexander mungkin saja akan langsung menghabisi kita dia tahu pergerakan kita."

"Dia adalah manusia paling licik yang pernah aku temui. Kita tidak boleh masuk ke dalam jebakannya lagi," kata Troy.

Edward, Troy, dan Tyler diam sejenak ketika mendengar suara dari luar ruangan.

Troy dan Tyler keluar dari ruangan. Mereka mengawasi sekeliling sesaat, buru-buru ke luar dari rumah sakit.

Edward turun dari ranjang, berkemas untuk segera pulang. Beberapa menit kemudian, pintu ruangan terbuka dari luar. Merly dan Edison datang dengan satu keranjang buah-buahan dan kue.

"Ayah." Edison langsung memeluk Edward. "Bagaimana keadaanmu sekarang?"

Edward memangku Edison, menatap putranya dengan erat. Ketika memejamkan mata, ia teringat dengan kata-kata Ezra. Meski tidak terima, tetapi ia masih bersyukur karena pria itu mau menerima Edgard dan menyayanginya dengan sangat tulus.

Edward tentu saja merasa terhina. Jika keadaan normal, ia akan menghabisi Ezra tanpa ampun. Akan tetapi, ia sadar jika kesalahan berada di tangannya.

"Aku baik-baik saja. Luka ini tidak akan membunuh ayahmu." Edward melepas pelukan perlahan. Ia harus menjaga Edison dan memberikan semua hal yang tidak pernah terlihat dirinya rasakan ketika masih kanak-kanak. Ia tidak menduga jika Xander yang merupakan kawan akrabnya selama di panti asuhan dahulu kini menjadi musuh utamanya.

"Ayah, kau harus lebih berhati-hati ketika berkendara nanti," kata Edison.

"Tentu saja." Edward mengusap rambut Edison.

Edward, Edison, dan Merly keluar dari rumah sakit, memasuki mobil. Setelah bermain, Edison kelelahan dan tertidur.

"Kau belum memberitahuku kejadian kemarin," kata Merly.

Edward mengembus napas panjang. "Kau yakin ingin tahu?"

"Kenapa aku harus ragu? Aku yang bertanya padamu."

"Ezra datang hanya untuk menghajarku dan memberiku peringatan. Dia sepertinya sudah tahu mengenai status Edgard."

Merly seketika menoleh ke sisi lain. "Lalu apa yang dikatakannya?"

"Dia mengatakan jika dia akan merawat Edgard dengan baik. Dia juga tidak akan membiarkanku untuk bertemu dengan Edgard sampai kapan pun.”

Merly mengembus napas panjang. "Ezra adalah pria yang baik. Tidak mudah berada di posisinya saat ini. Seperti yang dikatakan orang-orang, pria baik dan tulus akan menjadi korban pengkhianatan dan ketidakadilan."

"Kau benar. Aku harap Edgard akan tumbuh menjadi pria baik sepertinya. Dibandingkan denganku, dia adalah ayah yang jauh lebih baik." Edward memejamkan mata erat-erat, berusaha tegar.

Edward mengelus rambut Edison. "Aku akan belajar menjadi ayah yang baik untuk Edison.”

Merly tersenyum.

Sementara itu, Troy dan Tyler masih berada dalam perjalanan menuju sebuah tempat.

"Seorang pria tiba-tiba saja datang dan menghajar Edward tanpa ampun Kemarin. Aku yakin Edward sengaja mengalah sehingga babak belur. Pria itu berasal dari Vistoria dan meminta bantuan Alexander untuk menemui Edward, "ujar Tyler.

"Aku sangat marah ketika tahu Edward memilih menyerah pada Alexander saat kejadian lima tahun lalu. Akan tetapi, setelah berpikir lebih jernih dan menenangkan diri, aku tahu bagaimana beratnya posisi Edward saat itu. Aku tidak seharusnya membenci Edward karena pilihannya, tapi aku harus berterima kasih karena sudah menolong hidupku. Aku berhutang nyawa padanya. Jika tidak, kita tidak mungkin masih hidup sampai saat ini," sahut Troy.

"Alexander berhasil mempecundangi kita saat itu. Dia benar-benar licik bahkan kelicikannya berlangsung hingga saat ini. Dia bisa mendapatkan informasi mengenai kita dengan mudah, tapi kita sangat sulit mencari informasi mengenainya."

"Kau benar. Setelah menghabisi ayahku, Alexander justru semakin sombong dengan menjadikan kita sebagai bawahannya. Kita tidam bergerak bebas bahkan di rumah kita sendiri. Bagaimanapun juga kita harus bisa menghabisi Alexander dalam rencana ini."

Tyler memberi tanda pada sopir untuk mempercepat laju mobil. "Tapi, disisi lain kita harus sangat berhati-hati karena bisa saja Alexander sudah mengetahui hal ini dan sudah menyiapkan rencana dan jebakan mengingat bagaimana liciknya dia."

"Leonel sudah mengirim pesan pada Dalton dan Jasper Ashcroft, tapi mereka berdua belum memberikan balasan," ucap Tyler.

"Mereka tidak akan membantu apa pun. Alexander pasti mengawasi keluarga Ashcroft dengan ketat. Mereka akan sangat kesulitan untuk bergerak. Selain itu, kemungkinan besar rencana kita akan terbongkar dengan cepat jika mereka bergabung."

Di tempat berbeda, Caesar, Franklin, dan Theron tengah berkumpul. Ketiga pria mantan pembunuh bayaran itu tenggelam dalam pikiran masing-masing selama beberapa waktu.

Setelah jatuh di bawah kaki Xander lima tahun lalu, mereka menghentikan pekerjaan mereka sebagai pembunuh bayaran dan beralih sebagai penanggung jawab dari pekerjaan yang ditugaskan Xander. Kehidupan mereka jauh jauh lebih baik secara materi, tetapi tidak dengan kebebasan mereka.

Caesar meletakkan gelas di meja, menggerakkan jari untuk memberi pesan rahasia di saat ia membicarakan mengenai kabar masing-masing.

"Aku sudah mendapatkan informasi mengenai kelompok yang akan bekerja sama dengan kita. Kelompok itu bernama kelompok Taring Merah. Kelompok itu adalah kelompok pembunuh bayaran dari negara Solvenith. Negara miskin itu menjadi negara yang memiliki banyak kelompok kriminal," ucap Tyler.

"Seharusnya kita tidak akan kesulitan dengan mereka karena memiliki latar belakang yang sama," sahut Caesar.

"Pemimpin utama Taring Merah sedang sakit keras sekarang. Kepemimpinan mereka dipegang oleh putranya yang bernama Larson. Dalam waktu seminggu lagi, dia akan berkunjung ke Royaltown.”

"Sialan! Ini membuatku sangat muak!" Franklin membuang puntung cerutu sembarang. "Waktu satu minggu cukup lama dan hal itu membuatku semakin penasaran untuk melihat orang itu. Sial! Aku tidak hadir dalam pertemuan itu!"

Caesar membalas pesan dari Edward. Ia tersenyum saat mendengar pesan suara Edison.

Caesar tidak tahu sejak kapan ia menjadi sangat lemah seperti sekarang. Ia pernah mengatakan jika wanita dan keluarga adalah hal yang sangat merepotkan. Akan tetapi, semua itu berubah setelah hadirnya Edison.

Caesar tahu jika Edward memiliki putra lain. Akan tetapi, ia tidak berani untuk menyentuh cucunya itu karena takut jika Alexander bertindak di luar kendali. Ia akan menjadikan Edgard sebagai senjata lain.

"Apa kau mendengarku, Caesar?" tanya Theron.

"Dasar brengsek! Kenapa kau melamun?" bentak Franklin.

"Ulangi kata-katamu tadi," ucap Caesar.

Sementara itu, Larson terkejut dengan permintaan Larvin yang tiba-tiba.

"Dasar brengsek! Kenapa kau ingin pergi ke Royaltown? Kau bisa mati dalam perjalanan dan hal itu membuatku kerepotan!”