NovelToon NovelToon
Kau Lah Cinta Terakhir Ku

Kau Lah Cinta Terakhir Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Time Travel / Cinta Terlarang
Popularitas:648
Nilai: 5
Nama Author: Thalireya_virelune

Aku, Ghea Ardella, hanyalah seorang gadis pecinta sastra,menulis mimpi di antara bait-bait senja,
terobsesi pada harapan yang kupanggil dream,dan pada seorang pria yang kusebut my last love.

Dia, pria asal Lampung yang tak pernah kusentuh secara nyata,hanya hadir lewat layar,namun di hatiku dia hidup seperti nyata.

Aku tak tahu,apakah cinta ini bersambut,
atau hanya berlabuh pada pelabuhan kosong.

Mungkin di sana,ia sudah menggenggam tangan wanita lain,sementara aku di sini, masih menunggu,seperti puisi yang kehilangan pembacanya.

Tapi bagiku
dia tetaplah cinta terakhir,
meski mungkin hanya akan abadi
di antara kata, kiasan,
dan sunyi yang kupeluk sendiri.


Terkadang aku bertanya pada semesta, apakah dia benar takdirku?atau hanya persinggahan yang diciptakan untuk menguji hatiku?

Ada kalanya aku merasa dia adalah jawaban,
namun di sisi lain,ada bisikan yang membuatku ragu.
is he really mine, or just a beautiful illusion?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thalireya_virelune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

aku hanya pelacur gratisan baginya

Notifikasi terakhir muncul: “Ngga tuh.”

Aku menjawab tegas, menegaskan kesadaran diriku:

“Tau da, aku mah bukan tipe Lo. Makanya aku sadar diri.”

Ia hanya membalas: “Ouh.”

Aku menatap layar dan membatin: “Aku bukan jelek, cuma kurang aja. Tapi tunggu dua tahun ke depan, aku bakalan cantik paripurna.”

Sekali lagi ia membalas menyepelekan: “Ouhwlh.”

Aku pun menatap layar ponselku, napas sedikit tersengal, lalu membalas dengan emosi:

“Lebih baik sadar diri kan daripada terus-terusan nyiksa diri.”

Beberapa detik kemudian, balasan muncul dari Reza:

“Nyiksa ngapa? Kan sama-sama enak.”

Aku menelan ludah, hati semakin panas, tapi aku tahu aku harus tetap tegas.

Aku menatap layar ponsel dengan mata yang mulai memerah, jari-jariku mengetik dengan cepat, membalas Reza:

“Enak apanya, anjirr! Yang ada gue tiap hari sakit hati!”

Tak lama kemudian, balasan darinya muncul, terdengar seolah-olah ia hanya memikirkan selangkangan gratisan:

“Ngapain kan ga tiap hari clmk.”

Hatiku mencelos. Sekarang aku benar-benar sadar, dia mendekatiku bukan karena cinta, tapi karena aku gratisan. Emang ya, cewek jelek suka dijadikan gratisan.

Aku pun membalas dengan nada marah dan bingung:

“Siapa juga yang bilang gue sakit karena colmek? Apa hubungannya sakit hati sama clmk?”

Aku menatap layar ponsel dengan perasaan hancur. Balasan darinya muncul:

“Owlh. Berarti enak.”

Hatiku meledak, aku membalas dengan penuh emosi:

“Lo yang bikin gue sakit hati!”

Namun dia seolah tak peduli, membalas ringan:

“Tapi clmk enk?”

Air mataku menetes tanpa bisa ditahan. Saat itu aku merasa benar-benar tak dihargai, seperti seorang gratisan. Aku bahkan merasa lebih rendah dari permen yang bisa dibuang sesuka hati.

Aku pun membalas dengan nada tegas, menahan kesedihan:

“Kagak.”

Dia membalas singkat, seakan main-main dengan perasaanku:

“Yaudh, klo nggak ,tadinya kalau enak mau ngajak lagi.”

Aku menatap layar ponsel dengan getir, jari-jariku gemetar saat mengetik balasan:

“Kenapa gak sama Caca? Gak mampu bayar kah?”

Beberapa detik kemudian, balasan singkat muncul:

“Oh.”

Hati aku seperti ditekan, sakitnya bukan hanya karena kata-katanya, tapi karena sikapnya yang seakan menyepelekan perasaanku.

Mungkin Reza mendekatiku hanya karena aku bahan nafsu gratisan. Tidak seperti perempuan lain yang harus ia bayar mahal, bersamaku dia tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun.

Cukup dengan kata-kata manis, cukup dengan tatapan yang seakan peduli, aku sudah luluh.

Bodohnya aku, aku yang terlalu percaya, aku yang terlalu mencintai.Padahal, kenyataannya dia tidak pernah benar-benar cinta padaku. Tidak pernah. Yang ia cintai hanyalah tubuhku, bukan hatiku. Aku ini bukan kekasih baginya, aku hanyalah pelampiasan, mainan murah tanpa harga.

Dan yang paling menyakitkan, aku sadar, aku tetap bertahan meski diperlakukan sehina ini.

Aku tetap mencintainya walau tahu cinta itu hanya menorehkan luka. Kenapa aku harus sebodoh ini? Kenapa harus jatuh pada lelaki yang hanya melihatku sebagai jalan pintas, bukan sebagai rumah?

"Reza,aku sudah berkorban banyak, bahkan kehormatanku. Tapi bagimu semua itu tidak pernah cukup. Kau tidak pernah menganggapku berharga. Aku bukan siapa-siapa di matamu. Aku hanya jalang gratisan yang bisa kau buang kapan saja. Tuhan, sampai kapan aku harus terus tersiksa oleh cinta yang hanya menghancurkan?”kataku dengan rasa sakit,berapa bodohnya aku menyiksa diriku sendiri selama ini demi laki laki yang sama sekali tak cinta aku.

Aku tak bisa diam. Ada api yang berkobar di dadaku, aku ingin dia jujur, aku ingin dia berhenti mempermainkanku. Jemariku gemetar di atas layar ponsel, namun akhirnya aku mengetikkan pesan.

Aku: “Kenapa gak dijawab? DA gak gampang mungkin ya dia mah, gak kaya aku.”

Beberapa detik hening, lalu layar ponselku bergetar. Balasan darinya masuk.

Reza: “ayok mau ga”

Hatiku makin sakit. Dia bahkan tak peduli dengan pertanyaanku. Aku menahan sesak, lalu membalas dengan penuh amarah.

Aku: “Jawab dulu, kenapa gak sama dia? Dan jawab dulu,gue kurang apa?”

Beberapa detik kemudian, balasan yang sangat toxic keluar dari tangannya.

Reza: “Sama siapa sih kontol?”

Aku terdiam, jantungku seperti diremas. Tanganku masih menggenggam ponsel dengan gemetar ketika pesan berikutnya masuk lagi.

Reza: “Apa nya yg kurang?”

Aku: “Apa wen bebas yang kurang dari diri aku?”

Pesan terkirim. Hatiku bergetar hebat, tapi aku masih melanjutkan.

Aku: “Si Caca,kau pura-pura lupa?”

Balasan dari dia muncul begitu cepat, lebih toxic, lebih menyakitkan, seakan ia sengaja ingin menginjak harga diriku.

Reza: “Caca siapa anjing, Caca siapa?”

Aku menatap layar ponsel dengan tangan gemetar. Suara tawa terlepas dari bibirku tawa yang bukan bahagia, melainkan histeris. Aku tertawa sendirian di kamar seperti gadis yang sudah kehilangan akal sehat.

“Pura-pura lupa dia? Hah! Dia gak tau aja kalau setiap aktivitas dia gua pantau. Gak kenal? Tapi kok di-follow? Hah, Reza…” gerutuku sambil menatap bayangan wajahku di layar ponsel yang buram karena air mata.

Di dadaku, luka itu semakin dalam. Antara marah, sakit hati, dan masih cinta.

Aku benar-benar sudah capek sama diriku sendiri. Bisa-bisanya aku masih mencintai laki-laki bajingan bernama Reza itu. Cowok yang aku temui secara virtual, yang sama sekali nggak ada gunanya dalam hidupku. Dia nggak pernah membawaku ke arah yang lebih baik dia hanya menyiksaku dengan cinta palsu yang terus dia tawarkan.

Tanganku gemetar, tapi aku tetap membalas pesannya.

Aku: “Dah lah, lupakan saja. Tapi jawab dulu, apa kurangnya aku di mata kamu?”

Balasannya datang cepat, membuat jantungku serasa diremas.

Reza: “Kurang desah, ayok lagi. Ayok VCS lagi, cepet.”

Aku terdiam. Air mataku mengalir deras, tapi bibirku justru membentuk senyum getir. Antara sakit, cinta, benci, dan dendam bercampur jadi satu.

Dalam hati kecilku aku berdoa.

"semoga suatu hari nanti, ibunya, adik perempuannya, bahkan putrinya kelak, merasakan apa yang aku rasakan sekarang. Luka diinjak-injak, harga diri dicabik-cabik. Dan semoga istrinya kelak tahu, betapa hinanya lelaki yang dia pilih, lelaki yang pernah menjadikan aku hanya sebagai hiburan gratisan."

Aku tersenyum di tengah tangis. Senyum seorang perempuan yang hancur, tapi menyimpan cinta yang bercampur dendam di dalam hatinya.

Aku pun mengetik dengan sisa keberanian yang tersisa.

Aku: “Bukan gitu maksud gue, fisik gue, apa yang kurang?”

Balasannya singkat.

Reza: “Ga ada.”

Sejenak aku terdiam, hatiku sempat berharap. Tapi kemudian notifikasi lain masuk, menghancurkan semua perasaan itu.

Reza: “Ayok VCS.”

Aku menggenggam ponsel erat-erat, berusaha menahan amarah dan sakit hati. Aku hanya mendiamkan pesannya, berharap dia berhenti. Tapi tidak. Pesan berikutnya masuk lagi, memaksa.

Reza: “Ayok.”

Hatiku remuk. Seolah-olah aku bukan perempuan yang pantas dicintai, hanya tubuh yang bisa diminta kapan saja. Dengan mata yang mulai berkaca-kaca, aku menutup ponselku.

Air mataku jatuh deras, tubuhku bergetar menahan rasa sakit. Lalu, tanpa sadar, aku membanting ponsel itu ke lantai. Suaranya pecah di kamar yang sunyi. Aku tersungkur, menangis getir menyadari bahwa aku tidak lebih berharga dari sekadar pelacur gratisan baginya.

1
Maira_ThePuppetWolf
Ceritanya bikin aku merasakan banyak emosi, bagus bgt thor! 😭
Luna de queso🌙🧀
keren banget thor, aku suka karakter tokohnya!
PsychoJuno
Lanjutkan kisahnya segera ya, thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!