Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 20
Bruuum
Ckiiit
"Den, kamu apaan sih?"
Melky baru saja keluar dengan mobilnya hendak berangkat kerja. Belum ada 100 meter sejak dia meninggalkan rumah, tapi tiba-tiba Deny sudah menghadang mobilnya.
Tentu saja Melky sangat kesal. Dia kemarin sudah lembur, rasa lelah di tubuhnya pun masih terasa. Kemarin juga dia sudah bertemu dengan pria itu, lalu sekarang, pria itu muncul lagi di depannya.
Ingin sekali Melky berteriak dengan sangat keras di depan wajah Deny.
"Aku tahu kamu tahu dimana Xeena. Cepet ngomong, Xeena dimana? Kamu tuh temen paling deketnya dia. Jadi kamu mestinya tahu Xeena sekarang."
Cih!
Melky berdecih kesal. Dia tahu kalau akan seperti ini. Dia sudah menduga bahwa Deny pasti cepat atau lambat akan kembali menemuinya.
Akan tetapi, Mely tidak pernah menyangka kalai Deny akan datang dengan secepat ini.
"Kamu ki ngopo? Wes dibilang aku ndak tahu dimana Xeena. Kamu kok ngeyel banget sih kesannya. Lagian, kamu ki ngopo kok kesannya getol banget nyariin Xeena. Lha wong kalian lho udah putus."
Deny diam, apa yang dikatakan Melky memang benar adanya. Ia dan Xeena sudah putus sejak lama. Tapi sepeti keinginan Deny, dia berharap bisa kembali merajut cinta dengan mantan kekasihnya itu.
"Aku mau kami balikan. Aku mau nyeriusin dia. Aku mau kami nikah. Makanya aku nyari dia,"ucap Deny dengan sangat percaya diri.
"Laah sapa yang mau? Xeena ndak bakalan mau balikan sama kamu Den. Kok enak men, mau balikan. Dan apa, nikah? Heloooo, sopo sek gelem (siapa yang mau) nikah sama orang celap celup sana sini macam kamu, tukang selingkuh. Woooi mbok yo sadar diri to Den, Den. Kamu lho udah nyakitin Xeena. Selingkuh sampe hubungan badan sama wanita lain. Mbok pikir sebagai wanita kami ndak jijik gitu, nikah sama cowok modelan kayak kamu. Ogah Den. Mbok o kamu sugeh, tep ndak akan mau. Lha kenapa kamu ndak nikahi wanita yang udah kamu kawini itu? Malah ngejar Xeena."
Klaak
Bruuummm
Mely menutup kaca mobilnya. Ia lalu mengibaskan tangannya, sebagai tanda untuk Deny menyingkir dari sana.
Deny sebenarnya yakin sekali kalau Melky tahu keberadaan Xeena. Maka dari itu dia memilih untuk mundur lebih dulu. Ia memikirkan sebuah cara, yakni mengintai Melky.
Kalaupun wanita itu tidak tahu keberadaan Xeena, pastilah sekali dua kali Melky dan Xeena akan bertemu. Ini akan membuatnya akhirnya tahu dimana Xeena berada.
Drtttx
Deny melihat ponselnya yang bergetar. Saat tahu siapa yang menghubunginya, tanpa ragu dia mematikan panggilan itu.
"Mau apa dia nelpon-nelpon? Aku kan udah bilang kalau hubungan kita berakhir. Ck, cewek ngrepoti."
Deny memasukkan kembali ponselnya ke saku celana. Sekarang dia tengah mencari orang untuk tugas mengawasi Melky. Sekarang hanya cara itu yang terpikirkan oleh Deny untuk menemukan Xeena.
Sementara itu dikediaman Sangaji, entah mengapa kepala keluarga tersebut tak kunjung pegi. Sangaji bahkan masih duduk dengan tenang sambil menikmati kopi paginya.
"Mas kok belum berangkat? Apa hari ini Mas libur?" tanya Wita. Baru kali ini ia melihat suaminya tidak terburu-buru untuk pergi ke toko.
"Aku ndak pergi. Gimana, kamu wes dapet tempat Xeena tinggal?"
Wita menggelengkan kepalanya. Bagaimana dia akan tahu kalau dirinya sama sekali tidak mencari. Terlebih waktu itu, Deny berkata bahwa dia yang akan mencari keberadaan Xeena. Itu membuat Wita merasa senang karena dia tidak perlu repot-repot melakukannya.
"Aku kan ndak tahu Mas, siapa aja temen anak itu. Dan juga nomer ku di blok sama dia. Bener-bener bikin orang kesusahan," gerutu Wita. Disetiap saat, dia selalu mendapatkan celah untuk memperburuk situasi jika itu menyangkut dengan Xeena.
Entah mengapa Wita begitu membenci anak tirinya tersebut. Padahal selama ini pun, Xeena sama sekali tidak pernah mengganggu dirinya atau mengancam keberadaannya.
Selama ini Xeena selalu mengalah, mendapat perlakuan yang tidak adil dari orang yang disebut bapak pun, dia hanya diam.
Fyuuuh
"Yo wes, nanti dia juga bakalan pulang sendiri,"ucap Sangaji pada akhirnya. Dia pun juga tidak bisa mencari Xeena. Pertama nomor miliknya di blok oleh anak perempuannya itu. Dan yang kedua, sama dengan istrinya, Sangaji juga tidak mengetahui siapa saja teman dari Xeena sehingga tidak bisa bertanya keberadaan Xeena.
Sangaji berkata demikian, dia yakin kalau Xeena akan pulang sendiri. Tapi itu hanya anggapan Sangaji. Xeena sendiri sudah sangat bertekad bahwa dia akan melepaskan dirinya dari keluarganya yang sangat toxic. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi mengaggap orang di rumahnya sebagai saudara.
Durhaka kah Xeena? Tidak, selama ini dia tidak dibesarkan dengan baik oleh mereka. Sangaji sendiri tidak pernah menjadi figure seorang ayah bagi Xeena yang kehilangan ibunya dari kecil.
"Jadi gitu, ceritanya?"ucap Marwan. Dia merasa kasihan dengan Xeena. Gadis itu memiliki keluarga tapi seolah seperti tidak punya.
Saat ini, Xeena dan Marwan tengah istirahat dan mereka saling bercerita.
Entah dari mana mereka bercerita, namun akhirnya sampai juga pada saat Xeena menceritakan tentang keluarganya.
"Terus kamu ndak mau balik gitu po, Xeen?" tanya Marwan. Dia baru tahu kalau Xeena teryata pergi dari rumah.
"Iyo Kang. Aku males balik ke rumah. Lha opo, omah itu ndak kaya rumah. Di sana malahan aku tertekan. Mending gini, aku beneran ngrasa bebas. Eitss, bebas ku itu bukan bebas ndak punya batas yo Kang,"jelas Xeena.
Marwan adalah orang yang lebih tua dari dirinya, dan juga Marwan tipe pendengar yang baik. Entah mengapa Xeena merasa nyaman dengan orang ini.
Xeena seolah mendapatkan sosok kakak di diri Marwan. Dan juga, Marwan tak menghakimi dirinya ketika ia bercerita tentang acara 'minggat' nya itu.
"Yo wes, semua itu kamu yang lebih tau to. Wong liyo (orang lain) cuman bisa nya nglihat terus komentar. Setiap tindakan kita, pasti kita bisa bertanggung jawab atas itu. Kamu hebat Xeen, wes bisa bertahan sampai sejauh ini. Kamu luar biasa. Dan aku cuman pesen satu hal, ati-ati. Kamu perempuan, meski kuat yang namanya perempuan memiliki sisi lemah juga. Jadi, selama belum ada yang bisa ngelindungin kamu, kamu kudu bisa ngelindungi diri kamu sendiri. Jaga diri. Iku yang penting."
Xeena menganggukkan kepalanya. Ucapan Marwan yang tampak seperti nasihat itu, bisa diterima dengan sangat baik olehnya.
Memang benar, sekarang dia harus bisa jaga diri. Saat ini, atau sebenarnya memang sudah dari dulu, dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.
"Makasih Mas,"ucap Xeena.
"Iyo sama-sama. AKu juga cuman bisa ngomong Xeen. Semoga kamu selalu kuat,"sahut Marwan.
Hmmm
tap tap tap
Tanpa disadari oleh keduanya. Pembicaraan yang Xeena dan Marwan lakukan itu, ternyata di dengar oleh seseorang.
"Jo, kirim satu orang kesini. Ke kantor, cepat!"
TBC
santai wae
kok medok bangett