Istri Kedua Suamiku

"Sial.. Kemana mereka pergi!"

Roki memaki preman yang dia suruh untuk menculik Zahra ataupun Kenzo, tapi. Preman itu mengatakan kalo rumah tersebut kosong.

Roki terus menghubungi nomor Zahra, tapi nahasnya. Tidak aktif sama sekali.

"Kamu kenapa, nak?" tanya Lilis saat melihat anaknya marah-marah.

"Zahra dengan keluarganya sudah meninggalkan rumahnya bu, aku bingung harus mencari dia kemana," ujar Roki kesal.

"Apa mantan istrimu tidak mengabari kamu, kalo mau membawa anak kamu?" tanya Lilis.

"Kalo aku tahu, aku tidak akan marah-marah bu," ujar Roki.

 "Sudahlah kalian jangan mencari mbak Zahra, mungkin kepergiannya sudah mereka rencanakan, supaya kamu tidak menganggu mereka mas," sahut Ningsih.

Ningsih kembali dengan Roki, karena mengaku tengah hamil, anak Roki. Karena Roki kecintaan sama Ningsih, dia percaya begitu saja.

 "Diam kamu, seharusnya kamu memantu aku untuk mencari keberadaan Zahra, supaya kita hidup enak seperti dulu lagi," kesal Roki.

Mendengar ucapan kakaknya, benar-benar membuat Elsa menggelengkan kepala.

"Kalian tidak akan menemukan dimana keberadaan kak Zahra," batin Elsa.

 "Lupakan saja Zahra dengan anaknya, kita mulai hidup baru Roki," kata Lilis.

Lilis sudah menyerah, karena sudah satu tahun lamanya, mereka tidak tahu dimana keberadaan Zahra dengan anaknya.

"Aku tidak mau berhenti mencari Zahra, karena dia sudah membawa anakku begitu saja, tanpa pamitan denganku," kesal Roki.

"Bukannya kakak tidak mau mengakui anaknya kak Zahra, kenapa sekarang membicarakan seolah kakak menginginkan anak kakak," sahut Elsa.

"Diam kamu, Elsa. Kamu tidak tahu apapun permasalahan ini," kesal Roki.

 Elsa hanya menggelengkan kepala melihat tingkah keluarganya, karena Elsa tidak mau berdebat dengan mereka, dan sudah siang. Elsa langsung bersiap guna akan masuk kerja.

Beberapa bulan yang lalu, Elsa keterima kerja sebagai staf diperusahaan Irpan, tetapi. Elsa tidak tahu itu.

Elsa menghidupi tiga orang dalam satu rumah, karena Roki dengan Ningsih tidak mau bekerja, lebih tepatnya tidak mau kerja cape.

 "Mendingan kamu kerja Roki, kasihan adikmu yang memenuhui kebutuhan rumah ini," titah Lilis.

"Sudah seharusnya Elsa balas budi sama aku bu, karena selama ini akulah yang meberikan uang untuk dia sekolah," jawab Roki.

"Itu kewajibanmu sebagai kakak, menjadi kepala keluarga setelah ayahmu tiada," ujar Lilis.

"Diamlah, suara ibu berisik sekali," kesal Roki.

 "Sudahlah mas, lupakan mbak Zahra, sekarang sudah ada aku, apalagi aku sedang hamil," kata Ningsih, mengelus perutnya yang sudah besar.

 "Diam kamu, Ningsih! Suara kamu tidak di perlukan disini," kesal Roki lagi.

Ningsih menghela napas kasar, setelah Roki bercerai dengan Zahra, Roki semakin suka marah-marah.

 "Aku harus segera menemukan dimana keberadaan Zahra, supaya aku bisa balas dendam, karena dia yang sudah membuat hidupku sengsara," batin Roki.

Roki selalu menyalahkan Zahra, atas semua yang terjadi semua kesengsaraannya..

***

Sedangkan disisi lain.

 Zahra sedang menikmati waktu bersama keluarga Xavier.

"Oma, kenalkan ini Zahra Mutiara, calon istri saya," ucap Xavier.

Xavier mengenalkan Zahra kepada seluruh keluarga Alveric.

Semua orang senang, dan menyambut hangat kehadiran Zahra.

 Tapi, ada satu orang yang tidak senang melihat kedatangan Zahra, sebagai calon istri Xavier.

"Tidak jelas asal usulnya, main menikah saja," ujarnya kesal.

 "Leon!" teriak Xavier.

"Sudah, biarkan seperti itu," ucap Oma Bella.

"Dia sudah keterlaluan oma," ujar Xavier kesal.

 Oma Bella mengelus tangan Xavier, agar Xavier tidak emosi menanggapi keponakannya.

"Ayo duduk nak, anggap mansion sendiri," kata oma Bella.

"Terima kasih oma, sudah menerima baik kehadiran saya," ucap Zahra tersenyum manis.

 "Kamu perempuan pilihan cucu saya, jadi sekarang kamu menjadi cucu saya," ujar oma Bella.

Zahra tersenyum manis, ternyata kehadirannya di sambut hangat.

 Disela-sela perbincangan Zahra dengan oma Bella, tiba-tiba ada yang menyahut ucapan mereka.

"Apa dia perempuan yang kamu inginkan, nak?" tanya Zane, sang ayah Xavier.

"Yes daddy, makanya saya bawa ke mansion," jawab Xavier.

"Selamat datang nak, pernikahan kalian akan segera dilaksanakan," ujar Zane tersenyum.

Zahra hanya menjawab dengan senyuman dan anggukan, karena dia bingung harus menjawab apa.

"Ayo ikut oma," ajak oma Bella.

"Mau kemana, oma?" tanya Zahra bingung.

"Ada yang mau oma katakan," jawab oma Bella.

Setelah mendengar jawaban oma Bella, Zahra hanya mengikuti langkahnya pelan.

"Untuk apa, oma membawa aku ke sini?" tanya Zahra bingung.

"Duduklah, ada yang mau oma berikan," kata oma Bella.

Zahra hanya duduk diatas kasur empuk.

"Ini adalah kalung turun temurun," ucap oma Bella.

"Lalu, apa urusannya dengan aku?" tanya Zahra bingung.

"Oma yakin kalo kamu memang benar wanita pilihan cucu oma, jadi sekarang, oma berikan kalung ini kepada perempuan yang berhak mendapatkannya," jawab oma Bella.

"Aku dengam Xavier kan belum menikah oma, jadi oma bisa memberikan ini nanti, setelah aku resmi menjadi istri Vaxier, baru oma berikan ini," ujar Zahra tidak enak.

"Kamu tidak yakin dengan cucu saya?" tanya oma Bella.

"Bukan seperti itu oma, tapi aku dengan Xavier belum menikah, itu saja alasannya," jawab Zahra.

"Kamu yakin, tidak mau memakainya sekaran?" tanya oma Bella lagi.

"Oma, nanti setelah aku menikah dengan Xavier, pasti aku akan menerimanya. Sekarang, aku dengan Xavier belum ada hubungan apapun, jadi sebaiknya oma simpan kalung ini," jawab Zahra, memberikan penjelaan.

 "Xavier itu pria yang egonya tinggi, dia tidak akan mementingkan suatu hal yang tidak menguntungkan baginya," ucap oma Bella.

 "Maksud oma bagaimana, aku tidak mengerti?" tanya Zahra.

 "Belum pernah Xavier membawa perempuan selain kamu ke mansion, karena katanya hanya membuang waktu kalo berurusan dengan seorang wanita," ujar oma Bella.

"Tapi, kenapa denganku beda oma?" tanya Zahra,

"Aku seorang single mom, sudah pernah menikah, kenapa dia mau denganku?" tanya lagi Zahra.

"Oma tidak tahu nak, cari tahu sendiri, sebelum kamu memutuskan akan menikah dengan cucu oma," jawab oma Bella.

Zahra mengangguk.

"Zahra, hari sudah malam, ayo kita pulang," ajak Xavier, yang muncul tiba-tiba.

 "Oma, aku pamit dulu ya, nanti aku akan kesini lagi, bertemu dengan oma," ucap Zahra.

"Oma tunggu ya," jawab oma Bella,

"Hati-hati dijalan," lanjut oma Bella.

Xavier langsung membawa Zahra pulang, karena hari sudah malam.

Di dalam mobil, tidak ada suara apapun, hanya suara mobil yang terdengar.

"Bicara apa dengan oma?" tanya Xavier, membuka obrolan.

"Tidak," jawab Zahra ketus.

"Kenapa masih ketus saja," ujar Xavier.

"Kenapa tadi ayahmu mengatakan kalo pernikahan kita akan cepat di laksanakan?" tanya Zahra.

"Dua minggu lagi kita bertunangan, setelah itu kita akan menikah," jawab Xavier.

"Aku tidak mau menikah begitu cepat Xavier!" bentak Zahra.

 "Keputusan tidak bisa di ubah!" tegas Xavier.

"Dan aku tidak mau!" bentak Zahra kesal.

***