NovelToon NovelToon
Menantu Dari Desa

Menantu Dari Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Romansa / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Naura Anjani, seorang gadis desa yang menikah dengan pria asal kota. Namun sayang, gadis itu tidak di sukai oleh keluarga suaminya karena dianggap kampungan dan tidak setara dengan menantu lain yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan pekerjaan yang memadai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Usai menyuapi tiga keponakannya, Naura langsung ke kamar dan mengunci pintu.

Ia tak peduli jika dapur dipenuhi dengan alat masak dan alat makan yang kotor. Karena dirinya sudah terlalu lelah.

Ia akan membersihkan diri dan berdandan cantik. Karena sebentar lagi Azriel akan pulang bekerja.

Naura ingin menyambut kedatangan suami tercintanya dengan penampilan yang paripurna.

Setelah selesai membersihkan diri, ia menyisir rambut panjangnya.

Memoles wajahnya dengan makeup tipis yang sempat ia beli di mall kemarin.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu kamar itu digedor kencang yang disusul suara teriakan Mama Sovi yang begitu menggelegar.

"Cepat keluar, Naura! Mama mau bicara denganmu!" suara galak ibu mertuanya terdengar sangat jelas.

Awalnya Naura sedikit kaget dan merasa sedih saat diteriaki seperti itu.

Namun, setelah cukup lama tinggal di sana ia sudah mulai terbiasa dan memilih untuk mengabaikannya seolah itu hanya teriakan toa di balai desa. Dan lebih memilih untuk menyelesaikan memoles wajahnya terlebih dulu.

Setelah selesai, Naura membuka pintu kamar. Terlihat suasana rumah sudah dalam keadaan sepi dan suara para tamu sudah tak terdengar.

Sepertinya acara yang mereka gelar sudah selesai.

"Ada apa sih, Ma?" tanya Naura datar.

Ia sudah cukup lelah menghadapi perlakuan buruk ibu mertuanya dan ingin cepat menyelesaikan percakapan ini.

"Ayo sini!" Mama Sovi menarik Naura ke ruang tamu.

Di sana, sudah ada Rere dan Ria yang sedang melipat kedua tangannya di depan dada, memandangnya dengan tatapan arogan dan rasa muak.

Sementara Naura justru malah dengan santai menjatuhkan dirinya di sofa.

Ia tak perlu lagi menjaga citranya karena para tamu sudah pulang.

"Ra, tega kamu ya!" ucap Rere dengan tatapan penuh kekecewaan. "Bisa-bisanya kamu menjelekan kami seperti itu di hadapan semua tamunya Mama!"

"Gara-gara kamu, citra baik Mama jadi buruk di mata perkumpulan sosialita Mama di komplek ini!" timpal Mama Sovi yang amarahnya sudah di puncak ubun-ubun.

"Padahal, kami kan juga ngerawat anak-anak kami di rumah."

"Kamu membuat kami terlihat seperti Ibu yang buruk dan tidak pernah bersikap baik pada anak-anak kami di hadapan semua orang!" ucap Rere dengan tatapan penuh kebencian.

"Tapi, memang benar kan kalau kenyataannya seperti yang aku ucapkan tadi?" balas dengan santainya.

Ia sama sekali tak terintimidasi oleh serangan ibu mertua dan dua iparnya itu.

"Memang aku yang memasak semua makanan untuk tamu sampai aku tidak bisa mandi dan pakai baju yang bagus. Aku juga belum sempat makan siang sama sekali. Selain itu, Mbak Rere dan Mbak Ria memang memintaku untuk menyuapi anak-anak kalian, kan?"

Naura menjeda ucapannya dengan helaan nafas demi mengurai emosi.

"Kalian berdua memang selalu memintaku menjaga anak-anak kalian setiap hari. Anak kalian ada tiga, loh! Mereka selalu dititipkan di sini dan aku yang mengurus semuanya," Naura mengungkapkan semua fakta yang sudah ada sejak lama. "Aku bahkan harus masak dua kali untuk makan siang dan makan malam karena Mbak Rere dan Mbak Ria baru mau menjemput anak-anak saat malam hari. Kalian juga ikut numpang makan gratis di sini dan tidak mau cuci piring. Semuanya aku yang kerjakan."

Rere dan Ria seketika syok parah saat mendengar semua tsunami fakta yang terlontar dari bibir Naura.

Tapi, Naura yang sudah merasa tak peduli lagi, tetap melanjutkan ucapannya.

"Kalian juga harus tahu kalau aku berusaha untuk tetap sabar, aku memasak sebanyak itu dan mengurus anak-anak demi memperbaiki hubungan kita yang kemarin karena perbedaan pendapat. Aku ingin sekali menjadi menantu yang dianggap baik dan berguna bagi Mama. Aku juga ingin disayangi seperti Mbak Rere dan Mbak Ria di rumah ini. Tapi, kalian malah menyalahgunakan semua kebaikanku dan berusaha mempermalukanku di hadapan semua tamu. Bahkan, sampai detik ini, kalian tidak mau instropeksi diri dan tetap menyalahkan aku. Semua usahaku tidak pernah terlihat baik di mata kalian!"

Naura kembali menghela nafas panjang.

"Baiklah. Lebih baik sekarang begini saja," ia akhirnya mengambil keputusan. "Mulai detik ini, kalau anak-anak kalian ke sini, jangan pernah memintaku untuk mengurus mereka. Kita kembali saja seperti dulu, kalau memang Mama tetap mau mengurus anak-anak kalian, biar Mama saja yang masak dan menyuapi mereka makan. Jangan pernah memintaku lagi. Aku itu bukan baby sitter! Bukankah, kalian punya banyak uang dari hasil kerja? Kenapa tidak memakai jasa baby sitter saja untuk anak-anak kalian? Kenapa kalian malah manfaatkan aku untuk jadi baby sitter gratisan? Kalian bukan pengangguran seperti aku. Pakai dong uang hasil kerja kalian untuk pakai jasa babysitter. Jangan seperti seorang pengangguran yang tidak punya uang! Percuma kerja keras dari pagi sampai malam tapi bayar babysitter saja tidak bisa."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara deru mobil milik sang suami.

Naura bangkit dari duduknya dan melenggang keluar rumah.

Daripada terus berdebat dengan ibu mertua dan iparnya, lebih baik ia menyambut suaminya dengan senyuman manis.

Apalagi hal itu bisa menjadi ladang pahala.

"Sudah pulang, Mas?" tanya Naura seraya meraih tas kerja suaminya untuk ia bawa.

"Iya, jam mengajarku sudah selesai dan aku mau cepat pulang," balas Azriel lembut. Ia merangkul pinggang istrinya mesra dan mengajaknya masuk. "Ada apa nih ramai-ramai kumpul di ruang tamu?" tanya Azriel saat melihat dua iparnya duduk di ruang tamu.

"Aku habis ngobrol dengan Mama, Mbak Rere, dan Mbak Ria," Naura lebih dulu menjawab.

"Ngobrol apa memang?" tanya Azriel semakin penasaran.

"Tadi ada tamunya Mama. Aku yang memasak semuanya dan mendapat pujian dari para tamu yang datang dan teman dekatnya Mama. Rasanya senang sekali! Apalagi, mereka bilang kalau aku menantu baik, pintar masak dan....," jawab Naura penuh semangat.

"Astaga! Apa-apaan ini!!!!"

Suara teriakan Mama Sovi membuat Naura menghentikan kalimatnya.

Ia menoleh ke sekitar dan baru menyadari kalau mertuanya tak ada di sana.

Rere dan Ria yang juga mendengar suara teriakan segera berlari menuju ke arah suara yang berasal dari dapur.

Naura dan Azriel ikut menyusul.

"Ada apa sih, Ma?" tanya Azriel cemas.

"Coba kamu lihat dapur kita! Berantakan sekali!" jawab Sovi sambil menunjuk ke arah tumpukan alat makan dan alat masak yang masih kotor.

"Ya Allah, aku pikir ada ular masuk dapur tadi," ucap Azriel sambil menepuk jidatnya.

"Ini semua jadi berantakan gara-gara istri kamu tidak mau beres-beres dapur, Zriel. Ya ampun! Jorok sekali! Dasar orang desa! Tidak tahu yang namanya bersih-bersih! Semua alat masak dan alat makan yang kotor ditumpuk begitu saja jadi seperti kapal pecah," omel Mama Sovi. "Itu kan membuat rumah bau dan mengundang banyak lalat masuk."

"Ma, aku itu sudah berbaik hati dengan masak sebanyak itu untuk tamu Mama yang berjumlah tiga puluh orang lebih," timpal Naura membela diri. "Aku juga tidak diizinkan ikut memakan masakanku karena harus menyuapi anak-anaknya Mbak Rere dan Mbak Ria. Sekarang seharusnya giliran Mbak Rere dan Mbak Ria yang mencuci semua ini. Menantu Mama kan tidak hanya aku. Kenapa aku terus yang disuruh-suruh, Ma?"

Azriel yang mendengar istrinya lagi-lagi tindas, menatap geram pada mereka secara bergantian.

"Sudah berapa kali aku bilang kalau Naura itu bukan pembantu di sini. Naura itu istriku!!" Azriel menghujam Rere dan Ria dengan tatapan tajam. "Mbak Rere! Mbak Ria! Aku sudah bilang dari kemarin, jangan meminta Naura menjaga anak-anak kalian karena dia bukan baby sitter. Kalian punya telinga dan pikiran tidak sih? Kenapa kalian tidak bisa paham dengan semua ucapanku itu?"

Tatapan Azriel kini beralih pada mamanya.

"Mama juga sama saja. Mama selalu menganggap Naura seperti pembantu gratisan di rumah. Sekarang biarkan Mbak Rere dan Mbak Ria yang beres-beres dapur! Naura ada urusan denganku!"

Naura tersenyum bangga penuh kemenangan.

Apalagi, suaminya menggandeng dan mengajaknya masuk ke dalam kamar.

Rasanya benar-benar bahagia bisa menjadi pemenang usai perdebatan panjang dan mengerjakan semua pekerjaan melelahkan hari ini.

***********

***********

1
inchieungill
iya betul, setiap rumah tangga sebaiknya pisah dari orangtua atau mertua, biar tidak terjadi konflik.
Latifah
Bagus Cerita nya ,, di tunggu lanjutnya Yaa !!!
olip
lnjut
olip
lnjut...mkin penasaran...ttap smngat thor
olip
lnjut
olip
q mmpir thor...lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!