Kalandra merupakan siswa pintar di sekolah dia selalu datang tepat waktu, Kalandra bertekad untuk selalu membahagiakan ibunya yang selama ini sendiri menghidupinya. Kalandara ingin memiliki istri yang sifatnya sama seperti ibunya dan setelah dia berkata seperti itu, ternyata semesta mendengar doanya Kalandra bertemu seorang gadis cantik ketika dia membaca buku di perpustakaan. Kalandra terpesona oleh gadis itu yang belakangan di ketahui bernama Aretha. Apakah Aretha juga punya perasaan yang sama seperti Yang Kalandra rasakan. Jangan lupa selalu tunggu cerita menarik dari Kalandra dan Aretha ya...!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani Syahada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 CPPP
Aku masih saja senyum-senyum sendiri karena pujian itu dan tanpa aku sadari dari tadi Retha menatap aneh diriku, mungkin dia berpikir kalau dia hanya memujinya seperti itu tetapi sudah senangnya bukan main tapi itu menurut pemikiranku, aku tidak tahu apa yang Retha pikiran kan ketika dia melihatku.
“Andra, ngomong-ngomong soal kue putu ayu, kamu kemarin bilang sama aku mau mengembalikan sapu tanganku, mana ya..? Ujar Retha sambil makan kue putu ayunya.
Aku lagi-lagi lupa soal sapu tangan itu atau jangan-jangan aku memang sengaja melupakan-nya agar bisa terus ke sini, bisa-bisanya aku berpikir begitu, habis tidak tahu kenapa dari kemarin aku pasti selalu lupa soal sapu tangan itu.
Itu berarti aku memang di takdirkan untuk tidak boleh jauh-jauh sama Retha dan kenapa juga tingkat percaya diriku soal cinta jadi setinggi ini, seharunya aku mengakui saja kalau aku ini mudah lupa kayak orang tua, tidak perlu mencari alasan lain.
“Oh iya... Retha, hampir saja lupa lagi aku! Ini sapu tanganmu! Sudah aku cuci dan ku kasih parfum biar tambah wangi!” ucapku sambil memberikan sapu tangan itu ke Retha.
Sebenarnya dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku masih ingin menyimpan sapu tangan itu, terlepas dari aku lupa atau tidak tetapi bagiku apa pun yang berhubungan dengan Retha aku ingin sekali berusaha untuk lebih dekat, meskipun sekarang Retha belum memberi jawaban apa pun atas perasaanku aku akan tetap menunggu.
Namun sebenarnya, aku juga penasaran tentang sapa tangan itu karena bisanya sesuatu yang di simpan cukup lama menandakan sebagai hal terpenting dalam hidupnya, aku hanya ingin tahu saja soal sapu tangan itu.
“Retha, maaf nih.. aku mau tanya tentang sapu tangan itu! Sepertinya sudah lama ya.. tapi kamu sepertinya sangat menjaga sapu tangan itu?” ujarku dengan penuh penasaran sambil menatap matanya.
“Iya.. Andra, aku memang sangat menjaga sapu tangan ini! Karena sapu tangan ini di kasih oleh kakekku sebelum dia meninggal, kakek aku mengatakan! kalau sapu tangan ini, wujud cintanya kepada nenekku! Dan kakekku mewariskannya kepadaku untuk aku berikan kepada suamiku kelak!”
Ujar Retha, sambil memandangi sapu tangan itu, seolah dia mengingat kembali apa yang kakeknya katakan kepadanya.
Ternyata itu adalah sapu tangan milik kakeknya, pantas saja terlihat sudah sangat lama dan ternyata sapu tangan itu adalah bukti cinta kakek dan neneknya Retha. Aku rasa kakeknya Retha pasti orang yang romantis karena bisa memikirkan detail-detail kecil yang perempuan punya.
Dan berbicara soal bentuk cinta, aku tadi membawa mawar merah ke sini lebih baik aku kasihkan saja sekarang, sebagai wujud cintaku sama Retha walaupun aku tidak mengatakannya secara langsung.
“Wow.. kakekmu orang yang romantis ya..! Dia bisa memikirkan hal apa yang di sukai oleh seorang gadis!
"Oh iya.. aku kemarin bilang sama kamu tentang aku beli bunga mawar di danau, nah.. bunga itu aku berikan untuk kamu!
"Aku tahu, tanpa aku berbicara pun, kamu sudah bisa menebaknya tapi jika kamu tidak menerima bunga mawar ini, juga tidak apa-apa!”
Ujarku, yang tiba-tiba mundur dari hadapannya karena tidak tahu kenapa aku tiba-tiba kehilangan kepercayaan diri.
Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba kehilangan kepercayaan diri, setelah Retha menceritakan kisah cinta neneknya, aku merasa masih belum pantas untuk bersanding dengannya karena cintaku belum sebesar cinta kakek dan neneknya.
Namun, aku juga tidak bisa mundur begitu saja karena untuk mendapatkan cinta dan memulai cinta adalah hal yang berat, mungkin kalian sudah tahu sebelumnya aku pernah punya trauma buruk tentang cinta dan kepopuleran. Untuk itu sampai sekarang aku belum benar-benar memperjuangkan cinta atau aku mengatakan saja yang sejujurnya sama Retha.
“Andra, aku tahu kok! Kamu suka sama aku tetapi kamu juga tidak ingin memaksanya, Andra, disini aku cuma mau bilang kalau perempuan itu butuh kepastian!
"Tidak hanya dari gestur sukanya saja tetapi tindakan yang nyata! Perempuan butuh itu! Apa kamu siap melakukan itu!
"Apa kamu benar-benar mencintaiku dan bukan cinta sesaat! Karena yang aku butuhkan bukan cinta yang seperti itu! Aku butuh cinta yang tulus Andra, yang mengajakku serius dan bukan main-main!”
Ujar Retha, sambil terus menatapku dengan serius.
Karena aku masih bingung dengan penjelasan Retha, aku pun menanyakannya kembali.
“Jadi maksudmu! Kamu mau menerima cinta orang yang beneran tulus sama kamu? Dan orang yang beneran tegas sama pendiriannya dan tidak main-main sama cinta!
"Tapi maaf banget! aku tidak berpengalaman soal itu! Bisakah kamu ajari aku caranya, agar aku bisa pelan-pelan berubah seperti yang kamu inginkan!” ujar Andra sambil menatap balik Retha.
Aku hanya berharap Retha tahu kalau aku tidak main-main soal perasaan, makanya aku berusaha menjadi yang dia inginkan atau kalau perlu aku bisa merubah diriku seperti yang dia mau.
“Andra, dengar dulu penjelasanku deh... Aku ingin laki-laki yang mencintaiku itu tulus dan apa adanya!
"Maksudku laki-laki yang tidak merubah dirinya hanya untuk mencari perhatian orang lain! Aku ingin orang itu menampilkan dirinya yang apa adanya karena aku ingin cinta yang setara Andra!
"Tidak ada rasa saling tertekan satu sama lain, tetapi benar-benar cinta yang saling melengkapi kamu paham kan?”
Ujar Retha, dengan sedikit menaikan nada bicaranya.
Aretha benar-benar gadis yang baik hati karena dia tidak ingin aku mencintai dia tapi merubah diriku menjadi orang lain, dia ingin aku bisa menjadi diriku sendiri. Aku kira jika aku mencintai seorang gadis aku harus mengorbankan diri untuk bisa menjadi apa yang dia mau.
Ternyata itu semua salah, Retha ingin aku menunjukkan ketulusannya lewat tindakan bukan perkataan atau pun merubah sikapku dan lagi-lagi aku tidak peka akan hal ini, karena waktu itu dia pernah menasehati ku untuk bisa lebih percaya diri.
Tentunya dia tidak ingin cinta yang seperti itu, kenapa aku tidak memperhatikan detail penting itu dan malah menyarankan dia, kalau aku bisa berubah seperti yang dia mau, pantas saja dia marah. Walaupun tidak di perlihatkan secara langsung tapi dari nada bicaranya menunjukkan hal itu.
“Baiklah Aretha, aku mulai mengerti apa yang kamu maksud! Aku akan berusaha menjadi orang yang lebih baik, dan bisa mencintaimu dengan tulus dan tidak merubah diriku agar kamu menyukaiku tetapi benar-benar mencintaimu karena kamu layak untuk di cintai!” ujarku dengan memeluk Retha erat-erat.
Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba aku refleks memeluk dia tapi jujur aku tidak ingin melepaskan pelukan ini aku ingin memeluk dia lebih lama. Tapi saat kita berpelukan tiba-tiba saja nenek Retha menegur aku dan Retha. Dan seketika itu aku melepaskan pelukan itu karena aku tidak mau neneknya Retha menganggap aku laki-laki kurang ajar.
“Kalian mau sampai kapan berpelukan terus! Nenek, dari tadi di sini! Cuma kalian tidak sadar!”
"Tapi nenek tidak bermaksud menganggu kalian kok!”
Ujar nenek Retha, yang berusaha untuk tidak membuat suasana menjadi canggung.