Pelet Sukmo Kenongo adalah jalan ninja Lisa untuk memperbaiki hubungannya dengan sang kekasih yang sedang tak baik-baik saja.
Sayangnya, air yang menjadi media pelet, yang seharusnya diminum Reza sang kekasih, justru masuk ke perut bos besar yang terkenal dingin, garang dan garing.
Sejak hari itu, hidup Lisa berubah drastis dan semakin tragis. Lisa harus rela dikejar-kejar David, sang direktur utama perusahaan, yang adalah duda beranak satu, dengan usia lebih tua lima belas tahun.
Sial beribu sial bagi Lisa, Ajian Sukmo Kenongo yang salah sasaran, efeknya baru akan hilang dan kadaluarsa setelah seratus hari dari sejak dikidungkan.
Hal itu membuat Lisa harus bekerja ekstra keras agar tidak kehilangan Reza, sekaligus mampu bertahan dari gempuran cinta atasannya.
Di akhir masa kadaluarsa Ajian Sukmo Kenongo, Lisa malah menyadari, siapa sebenarnya yang layak ia perjuangkan!
Karya hanya terbit di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al Orchida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Bulan Kemudian
Satu bulan berikutnya menjadi hari-hari yang cukup menyenangkan bagi Lisa. Sungguh, ia merasa lebih tenang karena saat istirahat tak harus melihat Reza dan Viona duduk bersama untuk menikmati makan siang di staff restaurant.
Gosip panas dan pembahasan mengenai manager operasional yang naik jabatan, kemudian pindah ke cabang pun mereda dengan sendirinya.
Posisi Reza di pusat sudah diisi oleh orang baru, yakni pria empat puluh lima tahun yang sudah menjadi supervisor di perusahaan itu selama tujuh tahun.
Viona sendiri masih tetap menjabat asisten manager operasional. Ia kini harus bersusah payah jika tetap ingin mempertahankan pekerjaannya.
Manager operasional yang sekarang sangat perfeksionis dalam bekerja, doyan marah dan lumayan keji ketika memberikan penilaian pada asistennya.
Dan hanya dalam satu bulan saja, raport Viona sudah banyak merahnya. Yang artinya bukan tidak mungkin sang manager melaporkan Viona ke HRD dan minta ganti asisten.
“Lis, bantu aku dong!” ujar Gladys, si sekretaris direktur operasional, dengan raut memelas.
Lisa mengangkat wajah, menatap Gladys yang baru saja nyelonong masuk ke ruangannya. “Apaan? Masalah sama direktur operasional lagi?”
“Hm, sumpah gedeg banget ma bos satu itu!” keluh Gladys saat mendaratkan bokongnya di atas sofa.
“Soal proyek apa soal lain?”
“Soal lain. Entah ini cuma perasaanku atau memang kenyataannya begitu. Bosku keknya tertarik sama Viona. Beliau akhir-akhir ini sering banget nanyain Viona, dari hal pribadi sampai soal kerjaan, dari pacar sampai keluarga. Lah emang aku emaknya?”
“Mungkin karena sama-sama perempuan, dan kalian ada dalam satu divisi, jadi bosmu menganggap kamu dekat dengan Viona,” jawab Lisa berlogika.
Gladys bersungut-sungut, bibirnya bahkan mencebik kesal saat melanjutkan keluhannya. “Aku jadi overthinking, Lisa! Aku takut pak bos pengen ganti sekretaris, dan Viona adalah pilihannya.”
Lisa menghembuskan nafas berat. Masih terlalu pagi untuk moody, tapi ia tak mungkin tak menanggapi keluhan sesama rekan sekretaris direksi. “Mana bisa begitu? Emang kamu sering melakukan kesalahan sampai bosmu merasa nggak puas dengan kerjamu dan berniat ganti sekretaris?”
“Soal beliau nggak puas sama hasil kerjaku kan bisa aja dibuat-buat, Lis!” ujar Gladys emosional. “Kamu tau kan kalau bosku itu agak genit? Kek sebelas dua belas sama Viona nggak sih? Aku jadi mikirnya ke arah situ. Paham nggak?”
“Menurutku kamu jangan mikir terlalu jauh, Dis! Kalau kamu takut posisimu diambil alih Viona, tunjukkan ke bosmu kalau kamu jauh lebih becus menjadi sekretarisnya daripada cewek itu. Masa iya sih kamu nggak bisa menjinakkan ego bosmu?”
Gladys melihat jam tangannya, kemudian berdiri dan tersenyum masam. “I do my best, Lisa! Thanks udah mendengarkan keluhanku, semoga rezekimu diperluas. Aku balik, bentar lagi pasti bos dateng. Bye, Lisa.”
“Oke!” Lisa termangu sejenak, tapi kembali sibuk dengan pekerjaan. Ia tak mau ambil pusing dengan tingkah polah direktur operasional dan sang asisten manager. Bos yang ia layani adalah David, dan pria ini professional.
David tak pernah mencampur aduk urusan pribadi dengan pekerjaan, meski Lisa tau bagaimana efek ajian peletnya bekerja setiap hari. Terbukti kalau David adalah orang yang penuh kendali dalam hidupnya, dan itu membuat Lisa terpaksa kagum.
Bagaimana tidak? Bosnya itu punya banyak kesempatan untuk menyatakan cinta, atau mungkin memaksakan kehendak, atau bisa saja melecehkannya mengingat mereka sering berada dalam ruang dan waktu hanya berdua.
Akan tetapi, David stay calm and cool. Pendekatannya halus, Bercandanya juga tak berlebihan. Ah … sekali lagi Lisa harus memberikan dua jempol untuk sikap-sikap David yang masih sangat sopan meski di bawah pengaruh ajian sukmo kenongo.
Bahkan seharian ini Lisa terus saja memikirkan David. Sang direktur utama tidak datang ke kantor hari ini karena ada urusan keluarga yang tidak bisa ditinggalkan. Lisa tidak berani menebak atau berspekulasi mengenai kepentingan David. Sekali lagi, bukan urusannya meski harus disiksa penasaran.
David menghubunginya ketika jam kantor sudah berakhir, mengatakan kalau mereka akan menghadiri sebuah acara. Jadi, ketika Lisa keluar lobi utama, mobil pak bos sudah menunggu, dan security membukakan pintu untuk Lisa.
“Ada apa, Pak?” tanya Lisa bingung. David berpenampilan santai tapi keren, seperti akan menghadiri sebuah acara non formal.
“Aku anter kamu bersiap!” jawab David penuh teka teki.
“Baik, Pak!” Lisa tidak bertanya mau diajak kemana karena pasti tidak akan jauh dengan urusan pekerjaan, dan Lisa sudah terbiasa membawa notebook, buku catatan dan pekerjaannya keluar kantor.
Namun, bersiap yang dimaksud David bukan mengantar Lisa pulang, tapi masuk ke dalam butik yang ada salonnya. Lisa dipaksa berganti pakaian dengan gaun santai tapi elegan untuk acara makan malam, dan memakai riasan yang membuatnya tampak lebih dewasa.
Sampai restoran, firasat Lisa mendadak tidak terlalu baik. Ia membetulkan anak rambut ke belakang telinga beberapa kali untuk membuang rasa gugup dan kurang nyaman.
Masalahnya, tangan David menggenggam jemarinya lembut tapi erat ketika mereka berjalan ke bagian dalam restoran. Hal itu tidak pernah dilakukan David sebelumnya, sehingga Lisa diserang perasaan aneh yang sedikit luar biasa.
Lisa ingin bertanya, tapi mereka keburu sampai di tempat yang sepertinya sudah dipesan David dan keluarganya. Saat itu, Lisa merasa genggaman tangan David semakin erat, seperti sedang meyakinkan tanpa berkata-kata.
Tadi, Lisa berpikir ia hanya akan menemani David makan malam dengan relasi bisnisnya. Siapa yang tahu kalau pak bos justru membawanya masuk ke dalam acara keluarganya?
“Dave … kamu datang dengan siapa?” tanya Nyonya Priska, yang tak lain adalah ibu David.
“Ini Lisa,” ucap David dengan tenang. Hanya menyebut nama, tanpa menjelaskan status Lisa atau hubungan mereka.
Lisa mengangguk formal dan tersenyum kecil, seperti yang biasa dilakukan sekretaris saat harus bersikap manis di tempat kerja.
Namun, Lisa tidak bisa menipu diri. Ia terkejut dan merasa tak siap bertemu keluarga David. Jantungnya bahkan berdetak di atas normal, dan rasanya ia mulai berkeringat dingin.
Lisa bisa merasakan tatapan Nyonya Priska tajam menguliti dirinya, meski dibalut senyum ramah penuh penerimaan. Tapi Lisa tahu, sorot mata seperti itu bisa diartikan sebagai tatapan penasaran, berbau curiga dan menyiratkan ribuan pertanyaan.
Diana berdiri dari duduknya, mendatangi Lisa dan langsung memeluk. Ia juga memberikan ciuman di pipi kiri dan kanan sambil berbicara pelan.
“Hai nona sekretaris, jangan kaget ya! Itu mami papiku, Denis kakakku alias adik Dave, yang perempuan itu istrinya, dan gadis kecil yang duduk di sebelah mami … kamu pasti sudah menebaknya. Namanya Diandra, usianya sepuluh tahun. Ayo duduk! Kita makan sebagai keluarga. Aku yakin kamu pasti lapar!”
Lisa tertegun ketika Diana melepaskannya dari David, dan menarik kursi agar ia duduk di sebelahnya. Rasanya baru kali ini Lisa ingin lari dari David, tepatnya menolak ada dalam situasi yang tidak diinginkannya tersebut.
“Dave, kenapa kamu nggak pernah cerita kalau sudah punya calon?” tanya Nyonya Priska penuh selidik. Ia tidak akan membiarkan putranya duduk tenang tanpa memberinya jawaban yang memuaskan. “Ini bukan drama keluaran terbarumu, kan?”
“Mi, bisa nggak kita bahas nanti? Aku udah laper banget,” jawab David kalem.
“Oke, kita makan aja dulu!” sahut Nyonya Priska mengalah.
Drama? Sialan! Naga-naganya pak bos menjadikanku kambing hitam untuk memenuhi tuntutan keluarganya!
Diana mendekatkan wajahnya ke Lisa, lalu mulai berbisik-bisik, “Kamu ikut kesini bukan karena dijebak bosmu, kan?”
“Aku rasa kakakmu sudah gila, ngajak main sinetron tapi nggak pake latihan adegan! Bisa ‘take’ berkali-kali ini nanti,” keluh Lisa dengan wajah pura-pura antusias.
“Tenang saja, aku akan membantumu!” bisik Diana menyemangati. Meski ia sendiri tak yakin.
Sungguh, kali ini Lisa ingin memaki-maki David yang menempatkannya dalam situasi sulit. Ia dibayar dua puluh lima juta bukan untuk berakting menjadi kekasih pak bos di depan keluarganya.
Namun demikian, selama makan malam berlangsung, Lisa memberikan kesan baik dengan menjawab pertanyaan calon mertua abal-abalnya dengan santai tapi santun. Ia juga tertawa lepas saat diajak bercanda demi terlihat menikmati acara.
David sendiri lebih banyak diam. Hanya sesekali bicara dengan anaknya soal makanan, atau menjawab pertanyaan seputar pekerjaan dari ayahnya.
Tiba-tiba, Diandra yang juga banyak diam selama makan malam, mengeluarkan suara. Gadis kecil itu secara mengejutkan berani bertanya serius sambil menatap Lisa, “Daddy, kapan mommy akan tinggal bersama kita?”
Sekonyong-konyong tubuh Lisa kaku. Membeku. Ia menatap balik pada gadis kecil yang memiliki kemiripan enam puluh persen dengan pak bosnya. Akan tetapi, sebelum menjawab, Lisa mengalihkan pandangan terlebih dulu ke bapaknya si anak.
Sialnya, David memberi isyarat dengan anggukan samar, yang artinya Lisa diminta untuk mengikuti alur dramanya dulu.
Lisa pun tersenyum manis pada gadis kecil yang masih menunggu jawabannya. “Tante akan sangat senang kalau segera diizinkan tinggal sama kamu.”
“Dave, putrimu menginginkan Lisa sebagai ibunya, jadi bertindaklah segera! Kamu jangan kebanyakan main drama depan papi! Lamar Lisa pada orang tuanya, dan tentukan kapan kalian akan menikah!” tegas Pak Darius yang tak lain adalah ayah David.
“Iya, Pi!” jawab David singkat, padat, jelas, mencengangkan dan tentu saja menjengkelkan bagi Lisa.
“...?” Lisa merasa jantungnya berhenti berdetak saat itu juga.
Bersambung,
temen yg super konyol masabiya mau dipelet yg pke seumur hidup hadeh
lama kelamaan juga reza pasti nyesel lis apalagi kalo kualitas kamu makin bagus..
jd selama ajian belum berakhir pepet trroos mas dave nya jd pas ajian itu kadaluarsa mas dave udh ngerasa nyaman ama kamu lisa..dan kalaupun reza kembali hushus hempas jauh2 mantan bastard mu itu😆😆😆
salah soal masa expired tuh pelett. bener tak sih...
seratus juta little kiss hemm, gimna klo......