Cita-cita adalah hal mutlak yang harus dicapai. Sedangkan, prinsipnya dalam bekerja adalah mengabdi. Namun sebagai gadis miskin tanpa pendidikan penuh ini — pantaskah Meera menjadi sasaran orang-orang yang mengatakan bahwa 'menjadi simpanan adalah keberuntungan'?
Sungguh ... terlahir cantik dengan hidup sebagai kalangan bawah. Haruskah ... cara terbaik untuk lepas dari jeratan kemalangan serta menggapai apa yang diimpi-impikan — dirinya harus rela menjadi simpanan pria kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sintaprnms_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20 : Pertemuan Dengan Nailah Syakilah.
...20 : Pertemuan Dengan Nailah Syakilah....
Abhimana — selaku saudara kembarnya. Meminta Abhimata yang sangat sibuk ini, untuk menjemput Nailah Syakilah di Bandara. Pria bajingan satu itu, memintanya menjemput seorang wanita yang digadang-gadang menjadi selingkuhan! Bisa gila gue! Ngapain sih gue harus ngurusin percintaan orang kayak dia? Sama aja, kan?! Sama aja dia juga ngerepotin gue! Padahal gue berencana mau ajak Dahayu jalan-jalan. Bikin badmood aja. Sialan!
Suara deheman wanita, membuat Abhimata yang tertunduk, seperti orang penuh derita — seketika sadar, dan mendongak.
Rambut panjang itu — milik Nailah, menyentuh wajahnya. Wanita dengan paras yang lumayan cantik serta tinggi sekitar 163 cm berdiri dengan menundukkan kepala ke bawah. Posisi apa ini? Mengapa seakan-akan sudah berkenalan dengan lama?
“Ah, sorry. Rambutku kena wajah, ya? Kamu … saudara kembarnya Abhimana bukan?” ucap Nailah, dengan mundur dan menyelipkan anak rambut itu.
Sialan, dia ini kelihatan centil banget. Pantesan Bella cemburu minta ampun, batin Abhimata yang mencium bau-bau wanita gatal.
“Nailah Syakilah?” ujar Abhimata.
Wanita itu tersenyum. “Benar.”
“Selingkuhannya Abhimana?”
Nailah tiba-tiba tertawa. Abhimata memilih berdiri dan berjalan lebih dulu. Dan wanita itu mengikuti dari belakang, telah berpindah kesamping. Lalu berkata, “Kamu salah.”
“Daripada menjadi selingkuhan saudara kembarmu yang bodoh itu. Gimana kalau aku jadi pacarmu aja? Kebetulan. Aku single. Kamu juga single, kan?” imbuh Nailah.
Otak cewek ini kebentur pasti. Dan sejak kapan orang Jakarta aku-kamu-an gini? Salah satu konten dia sama temannya pernah lewat, dia ngomong lo-gue lo-gue. Jadi berhenti sok manis dengan gue sialan! batin Abhimata yang mencoba abai dengan terus berjalan menuju parkiran.
“Oh atau, kita menikah aja? Menghindari zina.”
Mendengar itu Abhimata terkejut dua kali lipat. Cewek gila!
“Aku dengar kamu punya Kakak tiri perempuan yang … tertutup, dan Pemilik Panti Asuhan. Pasti kamu belajar banyak dari dia,” sambung Nailah.
Abhimata menggeleng. Cewek ini stalker. Ngeri banget. Abhimana tolol mending Bella kemana-mana. Malah selingkuh sama nih cewek!
📍 Apartemen yang berpusat di Surabaya.
Penjemputan yang dilakukan oleh saudaranya — Abhimata berjalan lancar. Pria itu sedikit mengeluh, tetapi Abhimana abaikan saja. Nailah langsung ia minta untuk makan lebih dulu dan setelahnya berbicara.
Wanita itu benar-benar sudah menjadi sahabat. Orang-orang memang tidak akan percaya. Karena beberapa fakta berkata bahwa pria dan wanita, tidak bisa murni berteman.
Padahal, bukti nyata ada di sini. Dan fakta di mana Nailah adalah pemberi saran yang baik, dan juga penjaga rahasia yang baik — membuat Abhimana meyakini, bahwa persahabatan bisa mungkin terjadi.
Pertemuan dengan Nailah pun tidak terduga. Dulu di Jakarta, sebagai Adiwangsa yang … ya masih awam untuk mendatangi acara. Abhimana pernah terjebak di — ah sialan, mengingat itu, jujur saja membuatnya merasa lemah.
Di lift.
Ya, ia pernah terjebak di lift.
Saat itu pula ia baru menyadari bahwa, ia memiliki gangguan kecemasan dengan ketakutan yang intens terhadap tempat sempit dan tertutup. Sialan. Ini menjadi kelemahan terbesarnya, apabila ada orang-orang yang tahu.
Dan Nailah — menjadi orang asing yang pertama tahu. Perkenalan mereka terjadi di lift, dimana lift itu memiliki gangguan, dan sebagai orang asing Nailah pun melakukan pertolongan pertama.
Demi apapun. Gue kalau inget-inget kejadian itu, berasa jadi manusia paling lemah, batin Abhimana.
“Bhi!”
Dugh. Nailah melempar sendok, dan jatuh dengan nyaring di lantai. Dasar kurang ajar!
“Ngelamun apasih lo? Kayak berat banget punya hidup. Padahal warisan lo kelihatan dimana-mana,” ujar Nailah.
Abhimana mencoba sabar. Ia menatap dengan tajam. “Ambil, Nai.”
“Iya-iya! Biasa aja dong, ngeri banget tatapan lo kayak Singa!” Nailah berdiri dan memungut sendok, lalu meletakkan di wastafel. Setelahnya duduk di sofa yang berhadap-hadapan.
“Ada apa sih? Lo suruh-suruh gue datang! Mana dituduh-tuduh jadi selingkuhan lagi.” Bibir Nailah mengerucut. Rambut panjang pun dikibas kebelakang, dengan tangan bersedekap. “Image centil, baik hati dan imut, yang dua tahun gue bangun supaya menginspirasi cewek-cewek — jadi hancur seketika. Belum lagi mereka nyenggol-nyenggol jabatan Momma gue! Lo tahu juga, nggak? Komenan disebagian besar sosmed gue adalah kata murahan, dan cewek gatel.”
“When i heard the news, i was at a loss for words.” Nailah membuang napas. Dan menatap dengan tuntutan jawaban.
“Bella aja yang ribet. Dia yang nggak percaya kalau lo sahabat gue,” jawab Abhimana singkat.
“Hughh …” Lagi, tangan kanan Nailah mengibas rambut. “Gue ya, meskipun agak nggak suka sama Bella Bella itu. Tapi gue kalau jadi dia jelas cemburu sih. Tapi kan! Yang ngotak dikit lah, segala bikin rumor nggak jelas! Segala merasa tersakiti, padahal DM gue aja nggak dibales. Serba salah lah gue, klarifikasi pun tetep di hujat. Capek gue lama-lama!”
“Bukan lo aja. Gue lebih capek,” jawab Abhimana.
Nailah berdiri, berjalan menuju meja makan untuk mengambil ponsel yang tergeletak di sana. Tangannya mengotak-atik sejenak, lalu memberikan pada Abhimana. “Lihat. Gue udah DM dia. Udah minta maaf juga dengan sangat sopan. Tapi lo lihat? Akun gue — diblokir.”
Abhimana membaca pesan yang dikirimkan Nailah pada Bella. Gue gak ada hubungan apa-apa sama Abhimana. Sorry kalau itu bikin lo ngerasa curiga sama dia. Kedatangan gue ke Apart dia pun, pure cuma buat numpang nginep doang. Abhimana bukan selera gue. Lo sebagai tunangannya masa gak tahu tempat tinggal tetap dia itu, di Villa yang ada di Batu. Bukan di Apart Surabaya ataupun Malang. Seperti itu, pesan singkat dan jelas yang diberikan Nailah. Sempat dibaca oleh Bella, sebelum diblokir.
“Udahlah, Anj*ng. Batal yaudah batal! Siapa yang ngebet kawin juga!” seru Abhimana.
Nailah mengusap hidung, menatap dengan prihatin. “Sorry ... kalau gue … jadi penyebab —“
“Nggak. Bukan. Lo diem Nai, nggak usah sok ngerasa bersalah. Nggak pantes,” potong Abhimana yang mencoba menghibur Nailah. Supaya wanita itu tidak merasa terbebani.
Keheningan tiba-tiba memenuhi ruangan. Suara notifikasi dari ponsel Abhimana memecahkan sepi. Namun masih tidak ada obrolan lagi.
“Bhi …” Nailah membuka suara.
Abhimana menatap.
“Lo milih nikahin Bella. Emang dia udah tahu — kalau lo punya gangguan kecemasan? Lo bisa perbaiki hubungan lo sama dia. Kalau lo yakin. Setelah Bella tahu, dia nggak nganggep kelemahan lo itu sebagai bentuk kekurangan. Jelas bakalan gue dukung, meski gue nggak begitu suka banget sama dia,” jelas Nailah.
Tidak ada jawaban.
“Gue nggak menilai dia buruk. Setiap cewek bebas punya sifat dan perilaku apapun. Tapi Bella, terlalu manja. Dia terlalu bergantung. Gue takut, sewaktu-waktu ada kejadian yang nggak diinginkan, Bella nggak bisa ngelakuin pertolongan pertama atau sekedar menenangkan lo pun — dia nggak bisa,” imbuh Nailah.
Ya, lo ada benernya, batin Abhimana yang masih enggan membuka suara.
“Menikah itu. Kata ceramah-ceramah yang pernah gue denger ya … bukan cari pasangan yang bisa menerima kekurang kita aja. Tapi juga mau memahami dan mengerti kekurangan kita. Karena konteks menerima, memahami dan mengerti itu beda, Bhi. Kalau menerima semua orang bisa, semua orang gampang ngomong ‘gue terima’. Tapi kalau memahami dan mengerti, itu masuknya kedalam jiwa dan hati kita — ke jiwa dan hati kalian berdua sebagai masing-masing pasangan.”
“Gimana cara dia memperlakukan lo? Gimana cara dia menenangkan lo dan gimana juga cara lo merasa nyaman disamping dia? Bahkan tanpa bikin lo merasa dan ngebatin ‘gue takut jadi nggak berguna kalau trauma gue timbul, dihadapan dia.’ Dan kalau lo sendiri aja ragu, nggak usah diterusin, nggak usah kasih tahu dia. Lo boleh ambil keputusan pernikahan dibatalkan, tapi lo sebagai cowok. Datang. Minta maaf. Balikin anak cewek orang dengan bener, Bhi.”
Katakan saja Abhimana perasa, dan Nailah adalah orang yang pandai bicara. Karena bola matanya berkaca-kaca, ia merasa tersentuh dengan segala ucapan itu.
“Cukup. Lo bilang udah cukup kan? Cukup rasa malu yang dimiliki keluarga lo. Yang datang dari Bokap dan Kakak lo sendiri. Lo nggak mau Tante Cecilia malu dan merasa sakit lagi atas keputusan-keputusan orang yang nggak bertanggung jawab disisi beliau. Lo nggak mau beliau sedih, kan?”
“Nai …” Abhimana menutup wajahnya. Ia menengadah. Air mata sudah jatuh namun tidak boleh tumpah dibawa pipi. “Bisa gila gue, Nai.”
Nailah mendekat. Ia berkata dengan pelan, “Sebagai sahabat. Gue dukung apa pun keputusan lo, Bhi. Gue tahu kok. Lo sama saudara kembar lo itu, cowok baik-baik. Kalau enggak, ya gue pasti … udah lo apa-apain sih.”
Disela air mata sedihnya — mendengar ucapan Nailah, Abhimana jujur saja tertawa terhibur. “Sialan lo! Awas aja lo nggak bantu doa.”
“Gue bantu, Bhi. Gue paham betul kok, doa anak yatim pasti terkabul. Jasa doa ini terbuka dua puluh empat jam khusus lo seorang.” Nailah mengipas rambut panjangnya ke wajah Abhimana saat tangan itu sudah turun. “Ekhm, nomor rekening gue, masih sama ya. Ditunggu transferannya. See you later, and good luck with everything. Senyum! Cowok nggak boleh lemah!”
Kedua sudut bibir Abhimana tertarik.
“Nah gitu, Ganteng. Bay, Bhi!” akhir Nailah.
Dia … cocok jadi ipar gue, batin Abhimana yang terus menatap Nailah yang mulai hilang setelah pintu Apartemen tertutup.
...[tbc]...
1430 kata, Kak. Jangan lupa tekan like dan komen. Dukung MENGABDI terus ya! 😭🤏🏻🤍
Pure. Mereka pure sahabatan. Ingat nggak alasan Abhimana minta sopir Hotel buat ikut ke atas? Selain karena Vas Bunga, juga sebenarnya Abhimana takut naik lift sendiri. Terus juga kamar Abhimana di Villa itu nyatu sama ruangan kerja jadi kayak disekat-sekat biasa bukan, beda-beda yang ada pintunya — salah satu alasan itu, karena emang Abhimana ngerasa gabisa berada di tempat yang terlalu kecil dan sempit.
Insya Allah aku kasih flashback pertemuan pertama sama Nailah, atau kalau enggak penyebab trauma Abhimana. Sejak kapan muncul? Siapa aja yang tahu? Mungkin akan kalian ketahui di chapter berikutnya.
btw abhimata kocak banget si😂, cocok nih iya sama lu nai, jodoin bhi mereka, btw lagi udah akrab banget lagi sama dahayu romannya🤭
pesannya, yg nerimah sama faham beda ya bi🤭
btw iya juga ya, gak mungkin juga kan langsung jatuh cinta, untuk yg setara juga gak selalu apalagi ini beda kasta,, selalu menarik cerita KA Sinta😊, ok KA Sinta lanjut, penarikan ini jalan cerita bakal gimana,
ini demam kecapean+liat Meera kembenan🤦🤣
btw bhi baju begitu malah lucu bagus Anggunly, estetik, dan syantik 🥰 KA Shinta banget ini mah🤭
Abhimana semangat makin susah ini romannya buat deketin kalo begini ceritanya 🤭
tapi kita liat KA Shinta suka ada aja jalannya🤭😅