Jingga Purwati dan Ruben Karindra adalah pasangan yang beda strata sosial, tetapi memiliki ikatan batin yang sangat kuat, jika Jingga berada dalam bahaya, Ruben bisa merasakan tanda bahaya didadanya akan berdenyut ngilu dan sakit, begitu juga Jingga dia bisa merasakan apa yang Ruben rasakan.
Perasan cinta mereka yang kuat terhalang oleh keinginan Bramantyo untuk segera menikahkan Ruben dengan Alisa. Mereka pun menikah secara resmi sedangkan Ruben hanya menikahi Jingga terlebih dulu secara sirih.
Keteguhan hati Jingga Purwati yang mampu mengatasi rasa kecewa pada sikap Ruben yang tidak memberitahukan kepada dirinya bahwa dia sudah menikah lagi dengan pilihan Bramantyo membuat Jiingga memilih memaafkan dan kuat menghadapi tekanan dari sang mertua yang galak dan sering menyiksanya.
Akankah Jingga Purwati dapat menaklukan hati sang mertua?
Ikuti kisah cinta mereka ... !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanie Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Rencana baru Alisa dan Kiara.
Pagi harinya,
Alisa bergegas menuju kamar Kiara yang saat itu Kiara sedang tidur mendengkur karena kelelahan untuk menyelesaikan tugas dari kampusnya.
Alisa mengetuk pintu kamar secara perlahan-lahan, namun Kiara tetap pada mimpi indahnya.
Tok
Tok
Tok
Alisa pun mengetuk kembali kamar Kiara secara keras, namun tetap tak ada sahutan dari dalam kamar.
Alisa pun tak ada cara lain, ia pun menerobos masuk begitu saja kamar Kiara.
"Kiara, bangun ...," ucap Alisa sambil mengguncang bahu.
"Ish, mom. Masih ngantuk nanti sepuluh menit lagi deh aku mandi," ucap Kiara.
"Idih, aku ini Alisa bukan mommy kamu. Bukankah mommy kamu sudah meninggal?" tanya Alisa.
Kiara tersentak mendengar ucapan Alisa yang tak terkendali oleh bibir
merahnya, sehingga mata Kiara terbuka lebar dengan mulut yang mengerucut.
"Jaga bicara kamu, kak. Aku tahu mom-ku memang sudah tidak ada. Tadi itu aku reflek," ucap Kiara.
"Maaf, aku tadi hanya keceplosan saja. Tak ada maksud apapun juga untuk mengingatkan," ucap Alisa.
"Iya-iya, sudahlah lupakan. Sekarang untuk apa kak Alisa datang kekamarku" tanya Kiara.
"Aku datang kemari untuk rencana kita yang baru," ucap Alisa
"Rencana apa?"tanya Kiara
"Rencana menyingkirkan si Jingga dari paviliun belakang ini," ucap Alisa.
"Kak Alisa saja ya, aku lelah. Aku mau fokus kuliah," tolak Kiara.
"Idih, sekarang kamu nggak asyik. Apa sekarang kamu sudah membelok arah untuk bela si Jingga?" tanya Alisa.
"Bukan begitu, kak. Tapi aku sedang banyak tugas dari kampus," ucap Kiara.
"Kalau kamu bantu aku, nanti aku kasih uang jajan deh," bujuk Alisa.
"Wah, kalau ini nggak bisa nolak deh," ucap Kiara sambil terkekeh.
Kiara yang terbujuk akan uang jajan pun, matanya mulai berbinar ia memang membutuhkan uang jajan tambahan karena ingin membeli produk kecantikan yang selama ini dia selalu incar.
Alisa pun mulai membisikan rencana baru pada daun telinga Kiara.
"Jagi begini rencananya ...," bisik Alisa.
Kiara hanya mengangguk." oke, siap aku akan lakukan. Tapi ingat ya kak uang jajanku itu tak murah harus dua kali lipat dari uang jajan Daddy."
"Oke, kamu tinggal chat nominal yang kamu inginkan saja dan kirim nomer rekeningmu," ucap Alisa.
"Siap, kak Alisa cantik. Aku senang deh punya kakak ipar yang pengertian seperti kakak," ucap Kiara.
"Ya ampun, sial banget ini adik iparku sekarang jadi pemerasan, tapi aku masih butuh bantuan dia," batin Alisa.
"Sebenarnya males sama rencana kak Alisa, bisa-bisa Kak Ruben memarahiku lagi. Tapi demi aku dapat Kak Arga dan dapat uang jajan besar, aku rela deh melakukan apapun demi menyingkirkan Jingga yang menjadi penghalang aku dapat Kak Arga," batin Kiara.
********
Sementara itu Bramantyo yang sedang bertekuk dengan proposal bisnis ingin segera menyelesaikan pekerjaannya yang sangat menyita waktunya.
Bram tiba-tiba saja teringat masa lalu tentang mendiang sang istri yang selalu saja menghampirinya kekantor memberikan makan siang.
Flashback on.
Seorang wanita paruh baya yang cantik berkonde membawa sebuah rantang empat susun berisi nasi, sayur-mayur, dan lauk-pauk. Wanita itu berjalan secara gontai dilorong perkantoran dengan melirik kearah jam yang melingkar ditangan kirinya.
Semua karyawan yang melihat istri pemilik perusahaan berusaha tersenyum ramah, lalu menundukan kepala mereka untuk menghormati kedatangan beliau.
Sesampainya wanita paruh baya itu dalam kantor sang suami.
Klik!
(Pintu terbuka)
"Mas Bram, maaf aku ganggu kamu bekerja. Ini aku bawain kamu makan siang," ucap Jesi sambil menaruh rantang dimeja kerja sang suami.
"Menu makan siang kali ini apa?" tanya Bram sambil memeluk pinggang sang istri.
"Ini makanan kesukaan kamu teri ikan asin, sayur lodeh, dan juga ayam panggang," ucap Jesi.
"Wah, istriku memang tahu selera makanku, terima kasih ya," ucap Bram sambil tersenyum manis.
Bram dan istrinya pun duduk didekat meja kantor. Mereka berdua saling menatap penuh cinta.
Jesi pun membuka satu persatu rantang yang dia bawa dari mansion, lalu menyuapi sang suami dengan penuh cinta.
"Sudah tua masih pengen dimanja," keluh Jesi sambil menyuapi sang suami.
"Biarin saja, walaupun aku sudah tua tetapi jiwaku masih muda," ucap Bram sambil mengunyah makanan.
"Idih, sudah mau bau tanah juga masih saja menganggap jiwanya muda. Apa tidak malu sama anak-anak kita?" tanya Jesi.
"Disini kan hanya kita berdua, sayang. Ngapain mikirin anak-anak kita yang sudah beranjak dewasa," ucap Bram.
"Maka dari itu, kalau anak-anak kita sampai tahu kelakuan Daddy-nya yang masih manja. Mereka pasti menertawakan kamu. Seorang yang otoriter dan punya wibawa, tapi kenyataanya masih dimanja sama istri," cibir Jesi.
"Ih, biarin saja. Aku tak pernah malu sama mereka. Yang penting itu kebersamaan kita," ucap Bram.
"Memang urat kemaluanmu itu sudah tidak ada mas Bram," ucap Jesi.
"Iya, tidak apa-apa kamu cibir aku seperti itu, yang penting aku bahagia bisa terus bersama kamu, apalagi disuapin terus seperti ini," ucap Bram.
"Dasar kamu si besar yang sukanya dimanja, tapi kok tumben tidak komentar sama masakanku?" tanya Jesi.
"Enak banget rasanya seperti masuk surga, jadi apa yang perlu dikomentari lagi," ucap Bram.
"Idih, si mas Bram sekarang jadi raja gombal. Ingat umur ya, terus jangan suka marah-marah sama anak-anak kasian dia, terutama Kiara. Mas Bram tidak boleh ngatur jurusan kuliah yang dia mau. Biarin saja dia memilih yang dia sukai," ucap Jesi.
"Ish, dasar ya kalau menyangkut anak kesayangan saja langsung deh aku mau diterkam," ujar Bram sambil terkekeh.
"Bukannya kamu yang selalu saja menerkam aku ditempat tidur, sampai aku melahirkan dua orang anak," ucap Jesi.
"Ah, jadi pengen melakukan itu disini," ucap Bram dengan nada manja.
"Jangan gila kamu mas, ini dikantor," ucap Jesi.
"Yasudah aku mengalah, tapi nanti dimansion kamu siap-siap saja aku terkam sama seharian," ucap Bram.
Flashback off.
Semua canda-tawa itu, kini hanya kenangan saja. Bram hanya bisa menatap tempat kerja yang sepi. Tak ada lagi sang istri yang selalu memperhatikannya.
"Aku merindukan kamu, Jesi. Andai kamu masih disini. Aku pasti selalu makan semua masakan kamu," ucap Bram sambil memegang figura foto pernikahannya.
Bram pun teringat kepada Jingga yang telah membuat istri tercinta dan terkasihnya pergi untuk selamanya.
"Ini semua karena kesalahan gadis miskin itu, harusnya Jesi tidak perlu menolong dia. Dia saja tak ada rasa bersalah sama sekali, bahkan lupa sama kejadiannya," batin Bram
Bram berjanji pada dirinya akan membuat Jingga menderita, bahkan ia juga berjanji akan membuat hidup Jingga seperti didalam neraka.
TBC
(To be continued)
Tinggalkan jejak berupa like, vote, dan komentar.
buat cerita baru lagi ajah..
kok bisa Alisa melakukan hal bodoh