Juminten dan Bambang dari namanya sudah sangat khas dengan orang desa.
Kisah percintaan orang desa tidak ada bedanya dengan orang kota dari kalangan atas hingga bawah.
Juminten, gadis yang ceria dan supel menaruh hati kepada Bambang kakak kelasnya di sekolah.
Gayung bersambut, Juminten dan Bambang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka.
Pernikahan yang Juminten impikan seperti di negeri dongeng karena dapat bersanding dengan pria yang dia cintai hancur berkeping-keping. Disaat Juminten berbadan dua, Bambang lebih memilih menemui cinta pertamanya dibandingkan menemaninya.
Apakah Juminten akan mempertahankan rumah tangganya atau pergi jauh meninggalkan Bambang dan segala lukanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa Mulachela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Pagi pun menjelang, sosok pertama yang Juminten lihat ketika bangun tidur adalah wajah suaminya. Paha kanannya ditindih kaki suaminya, dan tangan kanan suaminya menempel erat di perut Juminten.
Juminten yang menjunjung tinggi nilai hormat kepada Emaknya, menunjukkan bukti bakti anak yang solehah. Dengan. men-selfie kegiatan romantis di ranjangnya saat ini.
Ckrek!
Juminten : [ Selamat pagi,Mak. Mulai beberes kamar Juminten, ya! Adek bayi bakal otw 😚]
Centang biru muncul di layar ponsel, berarti Rohaya sedang membuka WhatsApp. Juminten pun menunggu balasan dari Emaknya.
Tuling!
Emak : [Alhamdulillah, cita-cita Emak buat rica-rica Si Sueb terkabulkan! Terima kasih, ya Allah 😭]
Juminten : [ Punya Emak cita-cita kok tinggi amat 😱. Awas Mak, kalo ceblok sakit! ]
Emak : [Udah, sono masak! Malah hp-an 😒 Gue mau ngelonin bapak lu lagi. Sekolah hati-hati, setia ma suami! Awas aja meleng. Emak siap kutuk lu via hp 😎]
Juminten pun bergegas membuat roti bakar sesuai idenya kemarin siang. Berbekal wajan teflon, mentega dan susu coklat. 12 lembar roti tawar selesai.
Lanjut memasak bekal untuk mereka, Juminten menggoreng tahu dan tempe. Juga memanaskan tumisan semalam.
Bambang dengan muka bantalnya menghampiri Juminten.
"Eh, tumben udah bangun!" Juminten pun mengambilkan 1 gelas air putih untuk suaminya. Bambang meminumnya hingga tandas.
"Cucian bajunya semalam udah aku jemur. Aku mandi dulu ya!"
"Alhamdulillah. Makasih ya, Pap" Bambang hanya menganggukkan kepalanya.
Bambang pun memasuki kamarnya, namun sebelum membuka pintu kamar. Tangannya di tarik Eka untuk masuk ke kamarnya. Bambang tak kaget, dia sudah memprediksi akan ada kejadian ini.
Cklek!
"Ada masalah apa, Bang? Kok main tarik-tarik aku, kesini?" tanya Bambang yang pura-pura tak tahu masalahnya.
Eka menarik nafas panjangnya, "Tolong, kamu sadar siapa status kamu sekarang, Mbang! Kalau kamu lupa, biar Abang ingatkan! Kamu adalah suami SAH, Juminten! Abang mohon, tolong jaga sikapmu! Abang kalau kemarin nggak ngerti dulu motor mu yang kamu parkiri di MERAH SWALAYAN, Abang yakin Juminten pasti akan kecewa, lihat kamu lebih memilih bersama cewek itu! "
"Asal kamu ingat juga, bukan hanya Juminten yang kecewa! Semua juga kecewa sama kamu! Emak, Bapak juga Abang! Jangan sampai, kamu menyesal melepaskan Juminten!"
"Iya, Bang. Sorry. Bambang masih belum bisa lepasin dia."
"Belum bisa lepasin? Please, Mbang! Jaga kesetiaan kamu sama istri kamu! Bagaimana sakitnya dia mengetahui orang yang dekat sama kamu ternyata teman dekatnya sendiri. Pasti dia kecewa juga sedih! Kamu belajar lupain dia mulai sekarang. Ab--"
Omongan mereka terhenti ketika mendengar ketukan dari luar.
Tok!
Tok!
"Iya, Jum?"
"Udah pake baju belom? Juminten mau bersihin kamar Abang, nih!"
"Belom, Jum! Biar abang bersihin sendiri. Kamu siap-siap ke sekolah, aja!"
"Oke, deh!"
"Yaudah sana, hampiri istri kamu. Pasti dia cari di kamar!"
Bambang pun menganggukkan kepalanya dan menyusul Juminten di kamar.
🍓🍓🍓🍓
4 sekawan makan bersama di kantin sambil membeli es teh kesukaan mereka. Mereka duduk di spot mereka biasanya.
Tak lama kemudian, terlihat anggota osis datang ke kantin. Juminten yang melihat suaminya juga datang ke kantin membawa bekal yang di bawakan, menyapa dengan melambaikan tangannya di sertai senyum nya yang lebar.
Dan Bambang menjadi diri Bambang yang asli, hanya menatap datar Juminten tanpa meresponnya. Farid yang melihat Juminten di acuhkan Bambang hanya menepuk bahu Juminten.
"Udah, yang sabar!" Resti mengelus bahu kiri Juminten.
"Halah, udah biasa aku di cuekin si Bambang!" jawab cuek Juminten.
"Fighting Juminten!" Mala menyemangati sahabatnya dan dibalas senyuman juga anggukan kepala Jumintenm
"Udah, yok ke kelas!" Farid yang mulai kepanasan mengajak sahabatnya kembali ke kelas.
Mereka meninggalkan kantin dan menuju kelasnya. Bambang yang melihat mereka pergi, masih saja terpaku dengan keberadaan Mala.
Bambang gegana, memikirkan bagaimana caranya melupakan Mala. Dia sendiri belum menyatakan perasaannya pada Mala. Bahkan dirinya, lebih terpesona dengan Mala di bandingkan Juminten saat mereka berdua ada di depan matanya. Tak bisa dipungkiri, nama Mala masih ada di dalam hatinya.
Pengen gebukin Bambang yang plin-plan, dosa nggak😒
Saat sampai di kelas, Mala terkaget mendapatkan pesan dari Bambang.
Bambang : [ketemu di taman toga bisa?]
Mala yang sedang fokus dengan ponselnya, tak mengetahui Juminten yang sudah pergi lebih dulu membawa komik pinjaman Resti ke taman toga.
Mala:[bisa, Bang. Jam?]
Bambang : [sekarang!]
Mala pun segera melangkahkan kakinya ke taman toga yang terletak di belakang sekolah. Juminten yang sudah sampai duluan, sudah asyik membaca komik yang dipinjam Resti di Taman Toga.
Taman toga setiap hari memang sangat sepi. Bahkan, jarang ada murid yang datang kesana. Kecuali, murid mode hemat yang belum punya modal mengajak pacarnya kencan (bokek).
Juminten yang memang tak suka membaca komik di ganggu, memilih duduk di belakang batu besar. Agar bisa fokus membaca komik pinjamannya, juga bisa sambil nguping murid yang lagi pacaran.
Mala yang sudah janjian dengan Bambang, berjalan terlebih dahulu kesana. Mala memilih tempat duduk di gazebo. Bambang yang melihat tempat duduk Mala langsung mendekatinya.
"Abang Lama, nggak?" tanya Bambang.
"Nggak kok! Ada apa?"
"Mal!" Mala menatap intens mata Bambang, obrolan kali ini sepertinya serius.
"Biasanya juga ngomong. Kok pake ketemuan di taman segala." Mala berusaha mencairkan ketegangan suasana.
Bambang mengambil tangan mala, "Mala, abang sayang ma kamu. Kamu mau gak jadi cewek Abang?"
Mala kaget dengan ucapan Bambang.
"Jujur. Abang suka sama kamu dari SMP. Dari kita sekelas! Kamu adalah cinta pertama Abang. Orang selalu Abang cari pas sekolah, pulang sekolah. Juga orang yang selalu Abang tanya kabar setiap hari. Bahkan Abang bisa gila kalau nggak ada balasan WhatsApp dari kamu. Mal, mau nggak ngebales perasaan Abang?" Bambang menatap mata mala dengan mimik muka serius.
Mala masih dengan mode kaget mendengarnya. Dengan menghembuskan nafas kasar, Mala menggelengkan kepalanya.
" Sorry, Bang. Mala nggak bisa jadi cewek Abang! "
Bambang berusaha kuat untuk tidak kecewa, "Alesannya? "
"Mala sahabat deket Juminten. Aku nggak bisa hianati dia, Bang. Aku gak bisa hianati persahabatan ini. Abang tau sendiri di SMP, Mala nggak pernah punya temen. Mala nggak mau sia-siain punya teman sebaik dia, Bang."
"Kamu kenapa malah mikirin Juminten? Yang jalani kan kita, Mal. Bukan dia! Bahkan Abang sendiri lebih kenal sama kamu di bandingkan dia!"
"Maaf Bang, Mala nggak mau kehilangan sosok seperti mereka. Aku mohon bang, abang lupain rasa sayang Abang sama aku. Dan maaf, Mala nggak bisa nerima, Abang."
Mala pun meninggalkan bambang yang masih duduk di gazebo taman. Juminten yang berada di balik batu menangis tersedu ternyata selama ini Bambang suka sama Mala. Bambang benar-benar tega menghianati pernikahan mereka.
Juminten juga kecewa dengan Mala. Kenapa Mala tega menyembunyikan hubungan mereka demi, demi dia. Harusnya dari awal dia terbuka tentang kedekatan mereka. Dan Juminten tak akan menikah dengan Bambang.
Bambang yang mendengar tangisan seseorang mendekati arah suara. Dirinya terkaget melihat istrinya yang ada di belakang batu. Dengan kebaranian besar, di pegangnya bahu sang istri.
Juminten yang merasakan bahunya di pegang seseorang menoleh, suaminya ada di samping nya. Tak banyak bicara, Bambang memeluk istrinya. Juminten menangis tersedu di pelukan Bambang, sesakit ini rasanya mencintai dan tak terbalas.
Bambang jgn galau gitu,noh Rena sdh siap jd masa depanmu. tinggal kedipkan matamu buat othor. biar bisa dpt daun muda😁✌️🏃🏃🏃💨💨💨💨