Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Nasehat Bapak
Subuh telah menyapa. Suara adzan yang berkumandang perlahan terdengar di pendengaran Naira. Naira membuka mata perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata dari lampu tidur yang terpasang. Setelah menunaikan kewajibannya Naira melihat kearah Bima yang masih tidur.
" Mas!!! Mas!!! Mas!!!"
Di panggilan yang ketiga terlihat Bima mulai membuka mata. Bima menatap Naira dalam balutan mukena. Semakin ditatap membuat jantung Bima berdegup kencang. Menatap wajah anggun dalam keteduhan.
"Sudah subuh ya Nai",
"Sudah Mas, nggak sholat Mas?".
"Saya boleh pinjam sarung Nai?"
"Baik Mas".
Bima masuk kedalam kamar mandi. Naira keluar kamar untuk meminjam baju Koko milik Nazlan. Naira meletakkan sarung dan baju Koko diatas sajadah.
Naira turun ke bawah bergabung dengan para perempuan untuk membuat sarapan. Kedatangannya mengundang perhatian Bunda.
"Udah turun menantu Bunda?.
"Udah Bun".
"Apa yang bisa Naira bantu Bun?".
"Gak usah bantu sayang, entar kamu capek. Pengantin baru gak boleh capek cukup duduk manis melayani suami".
"Gak kok Bun, sekalian Naira belajar sikit tentang masak Bun".
Ibu menimpali, "biar saja Sis, biar Naira belajar juga".
Setelah semua masakan telah selesai dan semua anggota keluarga berkumpul acara sarapan pagi ini pun dimulai. Tak ada percakapan yang terjadi selama sarapan. Selesai sarapan Bima pun berbicara kepada mertuanya. "Bapak, Ibu, kisaran jam sepuluh nanti Bima akan membawa Naira, boleh kan pak?".
Bima tetap meminta izin kepada mertuanya untuk membawa Naira.
"Baiklah, sebagai orang tua Bapak berharap kamu bisa membimbing Naira sebagai istri yang baik. Sekarang kamu adalah orang yang paling berhak atas diri Naira. Bawalah dia kemana tujuan yang seharusnya menjadi tempat kalian berdua. Tegur lah dia dengan cara yang bijak sayangilah dia karena disana ada ibadah sebagai penyejuk hati dan pikiran. Namun jangan pernah sakiti dia. Bila kamu tidak mampu lagi untuk membimbingnya kembalikan lagi dia kepada kami maka pintu rumah ini terbuka lebar untuk menerima dia kembali", nasehat Bapak kepada Bima.
"Baik pak". Hanya itu jawaban yang bisa Bima berikan kepada Bapak Erlangga. Hatinya berdenyut mendengar nasehat yang diberikan mertuanya dia tidak bisa menjanjikan apapun karena dia sangat tahu kondisi apa yang akan dia hadapi dalam rumahtangga kedepan nanti nya. Kemudian Mertuanya memberikan nasehat kepada Naira
"Dan untuk kamu Naira anak ku ikutlah kemana suami mu pergi patuhilah perintahnya selagi itu dijalan Allah. Jangan pernah membuat hati suamimu marah karena malaikat akan melaknat kamu selagi kemarahan itu masih di hatinya. Jadilah istri yang menjaga nama baik suamimu apalagi bila suami pergi mencari nafkah untuk keluarga. Jadilah pakaian untuk nya dimana kenyamanan selalu ia dapat dari dirimu.
Namun bukan berarti kami tidak membuka pintu rumah ini bila kamu merasa tersakiti. Berbagilah dengan Ayah dan Bunda sebagai tahap pertama sebelum melangkah kerumah ini, karena apabila kamu melangkah maka nama baik suamimu yang harus kamu jaga.
"Baik Bapak Naira akan ingat nasihat Bapak".
"Sekalian juga kami pamit ya Erlangga mungkin besok kami juga akan berangkat ke Bandung. Dan kemungkinan kemari akan lama karena Bima udah ada yang ngurusin".
Ayah berpesan sekalian berpamitan kepada Bapak dan Ibu.
Semua keputusan sudah di ambil dan hari ini juga Naira akan pindah kerumah suaminya. Naira pun bersiap-siap untuk berangkat karena Doni telah tiba di kediaman Naira.
Naira berpamitan dengan semua anggota keluarganya yang berkumpul diikuti Bima. Setelah semua selesai mereka pun berangkat menuju kediaman Bima yang akan menjadi kediaman Naira kelak.