Maura terpaksa menyetujui ajakan Elvano yang memintanya untuk melakukan pernikahan palsu setelah mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabat baiknya sendiri.
Elvano sendiri adalah seorang pengusaha sukses yang masih betah menyendiri karena sedang menunggu kekasihnya kembali. Tekanan dari keluarga membuat Elvano terpaksa harus mengikat perjanjian dengan seorang gadis yang baru saja dikenalnya.
Apakah mereka mampu menjaga rahasia pernikahan palsu mereka, ataukah cinta sejati akan mengubah rencana mereka?
Simak kisahnya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 : Mencuri ciuman.
Ruangan VVIP di rumah sakit itu nampak tenang dan sunyi pada tengah malam. Cahaya lampu yang lembut dan hangat menerangi ruangan. Suara-suara yang biasanya terdengar di siang hari telah mereda, hanya suara derasnya hujan diluar sana yang terdengar sampai kedalam ruangan.
Suara napas Maura terdengar teratur, meskipun matanya masih enggan untuk terpejam. Keberadaan Elvano disampingnya membuat Maura sulit untuk memejamkan mata. Maura sengaja berbaring miring supaya tidak menyenggol Elvano karena brankar yang mereka tiduri sekarang tidak seluas ranjang milik Elvano.
Disampingnya, Elvano pun masih terjaga. Tiga bulan lalu sebenarnya Karina sempat mengirimkan email padanya dan mengatakan jika wanita itu akan segera kembali dalam waktu dekat meskipun tidak tahu kapannya. Melihat bagaimana perlakuan Omanya dan bagaimana Omanya sangat menyayangi Maura, hati Elvano mendadak bimbang. Bagaimana jika suatu saat nanti dia mengakhiri pernikahan palsunya dengan Maura dan memperkenalkan Karina sebagai calon istrinya, apakah keluarganya akan mau menerimanya?
"Kak..."
"Hem, kenapa kamu belum tidur?" Elvano menoleh, sudah hampir empat jam Maura tidur memunggunginya dan masih bertahan dengan posisi yang sama.
"Kakak sendiri kenapa belum tidur?" tanya Maura balik.
"Aku belum mengantuk, kamu? Apa perutmu masih sakit karena datang bulan?" tanya Elvano sedikit khawatir.
"Ah, tidak, sudah tidak terlalu sakit." jawab Maura. "Hanya saja tanganku mulai kebas karena tidur miring kesini terus, aku ingin berbalik tapi ada kamu."
Elvano tersenyum, "Kalau begitu berbalik saja, memangnya aku menggigit."
Elvano mengangkat sedikit tubuhnya, tangannya terulur dengan lembut untuk menyentuh bahu Maura. Namun, tepat saat itu, Maura membalikkan badannya, membuat gerakan Elvano terhenti di udara. Keduanya saling terkejut saat mata mereka bertemu.
Mereka saling menatap dalam waktu yang lama, seolah-olah waktu berhenti sejenak. Debaran jantung mereka semakin kencang, seperti ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka. Tatapan itu begitu intens, membuat keduanya merasa seperti ada koneksi yang kuat di antara mereka.
Suasana menjadi tegang, namun juga penuh dengan emosi yang tidak terucapkan. Elvano dan Maura saling menatap, seolah-olah mencari jawaban atas pertanyaan yang tidak terucapkan.
"Aku akan pindah ke sofa supaya kamu bisa tidur dengan nyenyak," suara Elvano memecahkan keheningan diantara keduanya.
Tiba-tiba terdengar suara petir yang keras menembus sampai kedalam ruangan, membuat Maura terkejut dan secara reflek membenamkan wajahnya di dada Elvano sambil menjerit ketakutan.
"Akh! Jangan pergi Kak, aku takut. Suara petirnya sangat keras, aku tidak akan bisa tidur sendirian." masih dalam dekapan Maura memohon, tangannya mencengkram kuat kemeja yang dikenakan oleh Elvano.
Elvano tertegun sejenak, merasakan debaran jantungnya yang kian cepat. "Kalau begitu tidurlah, aku akan menjagamu disini." ucapnya mencoba terlihat tenang.
Maura mengangkat wajahnya dan mengangguk kecil, lalu kedua matanya terpejam secara perlahan. Rasa kantuk yang sudah menghinggapi membuat Maura langsung terlelap tanpa membutuhkan waktu lama.
Pandangan Elvano masih terkunci pada wajah Maura, ada perasaan aneh yang tidak bisa dia utarakan melalui kata-kata. Keberadaan Maura disampingnya mulai membuatnya merasa nyaman dan terbiasa tanpa dia sadari.
Entah sudah berapa lama Elvano memandang wajah Maura yang sudah terlelap sejak tadi, ketika pandangannya tertuju pada bibir Maura, Elvano menelan salivanya kasar. Mengapa bibir itu terlihat menggoda dimatanya, seolah sedang menantangnya untuk minta disentuh.
"Astaga, apa yang sedang aku pikirkan." Elvano mengusap wajahnya kasar, memalingkan pandangannya dari wajah Maura.
Sebelum pikirannya berkelana terlalu jauh, Elvano menggeser tubuhnya dan berniat untuk tidur dengan memunggungi Maura. Namun geraknya kembali tertahan saat tangan Maura melingkar di perutnya dengan kepala menempel di dadanya. Kepala gadis itu yang sedikit menengadah ke atas membuat Elvano bisa menatap wajah Maura dari jarak yang sangat dekat sekali.
Cup...
Entah mendapatkan dorongan dari mana, Elvano berani mengecup bibir Maura. Sejenak dia bertahan dengan posisinya, pikirannya mulai berkecamuk saat menyadari apa yang sudah dia lakukan. Buru-buru Elvano menjauhkan wajahnya dengan cepat saat menyadari kesalahannya.
"Apa yang sudah aku lakukan, bisa-bisanya aku..."
Elvano menurunkan tangan Maura dari atas perutnya dengan gerakan lembut supaya tidak membangunkan tidur gadis itu. Dengan gerakan hati-hati Elvano turun dari atas brankar dan masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan kran untuk membasuh mukanya dan menatap dirinya dalam pantulan cermin dalam waktu yang lama dengan kedua tangan yang dia letakkan disamping wastafel sebagai penyangga.
"Apa yang sudah kamu lakukan, El? Kamu yang meminta Maura untuk tidak bermain perasaan tapi malah kamu sendiri yang tidak bisa menahan diri!" gumamnya merutuki kesalahannya yang telah lancang mencuri ciuman Maura.
...------------...
"Perkenalkan, Tante. Nama saya Rina, sahabat baiknya Maura."
Rosa meminta Rina masuk dan mempersilahkannya untuk duduk. Rina mengutarakan kedatangannya yang ingin bertemu dengan Maura sekaligus berbasa-basi menanyakan tentang pernikahan Maura dan Elvano yang terjadi secara mendadak dan bahkan tanpa ada pemberitaan di media.
Kedatangan Rina tentunya memang disengaja, bahkan Alex sendiri yang mengantarkan Rina sampai ke depan gerbang kediaman utama keluarga Ferdinand demi untuk mencari tahu kebenaran pernikahan Maura dan Elvano.
"Memang sangat mendadak dan kami juga terkejut awalnya. Tapi karena mereka sudah menikah jadi ya sudahlah biarkan saja, toh Maura juga anak yang baik dan sangat cocok berdampingan dengan El putra saya." terang Rosa.
"Kamu sahabatnya Maura, memangnya Maura tidak bercerita sama kamu kalau dia sedang dekat dengan El pada saat itu?" lanjutnya bertanya.
Rina menggeleng, "Tidak, Tante. Saya malah baru tahu kemarin pas saya main kerumah Maura dan mamanya Maura bilang kalau Maura sudah menikah dan sekarang tinggal bersama keluarga suaminya. Makanya saya meminta alamatnya dan sengaja datang berkunjung kesini untuk bertemu dengan Maura." kilah Rina yang terpaksa harus berbohong demi melancarkan maksud kedatangannya.
"Oh, begitu." Rosa manggut-manggut.
"Oya Tante, ngomong-ngomong Maura kamana? Kok sepi. Atau... dia sudah berangkat ke toko bunganya?" Rina hanya ingin memastikan jika Maura sedang tidak ada dirumah supaya dia bisa menggali informasi lebih banyak dari Rosa terkait pernikahan Maura dan Elvano.
"Loh, kamu nggak tahu ya kalau Maura sekarang sedang ada dirumah sakit. Maura kan mengalami keguguran," terang Rosa.
Rina terkejut mendengarnya, belum ada satu bulan menikah, mungkinkah Maura sudah langsung hamil?
"Ini maksudnya gimana ya, Tante? Maura... dia pernah hamil?"
...
...
...
Bersambung...
..pertama dan terakhir😏😏😏
emang kenapa?
kepo deh🤣🤣
mau gak?
🤣🤣
up lagi Thor 😭😭
semangat Thor updatetan ya
selalu ditunggu
mudah mudahan terjadi yg diinginkan 🤣🤣
keguguran ni jgn jgn alesannya
begitulah kalau udah bohong sekali
kita harus menutup dengan kebohongan yg lain