Hal yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita adalah bertemu dengan orang yang selama ini kita benci akan menjadi seseorang yang menemani hidup kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Senyuman Anna tak pernah pudar dari sudut bibirnya. Bahkan ketika dia sedang berjalan menjauhi Aldi dan Indra yang masih betah beradu mulut karena Anna. Anna melangkahkan kakinya ke arah balkon hotel yang berada di pojok ruangan. Dia menghirub dalam dalam udara malam yang menurutnya indah. Ya, hari ini memang cukup indah dan tenang bagi Anna.
"Anna?" ucap seorang wanita dari belakang tubuh Anna. "Bagaimana kabarmu?" tanya wanita tadi sambil berjalan mendekat ke arah Anna.
Anna yang merasa namanya di panggil dia membalikkan tubuhnya, dan betapa terkejutnya dia ketika dia melihat sosok yang selama ini dia benci hadir di hadapannya. "Mila?" yah, Mila. Sosok yang membuat Anna keguguran dan kehilangan anak yang bahkan belum dia ketahui keberadaannya di dalam tubuhnya.
Mila berjalan mendekat, gayanya yang masih terbilang angkuh masih dia patenkan dalam dirinya. "Kau, Aldi, dan Vio tak akan bisa membuatku mendekam di dalam penjara, Anna." ucapnya dengan nada congkak. "Kenapa? Kau tak percaya? Anna, Anna. Kau hanya membuang buang waktumu jika kau ingin menjebloskanku ke dalam penjara. Kau harus tahu, ayahku bisa membuatku bebas kapan saja yang aku mau." ucapnya lagi dengan nada yang sama.
"Yah, aku tahu jika anak seorang Dewan tak akan bertahan lama di dalam penjara. Awalnya aku tak percaya.. Tapi, sekarang aku percaya. Jika hukum di Indonesia ini memang tumpul ke atas." ucapan Anna yang benar adanya membuat Mila geram. Yah, dia tahu dengan kekuasaan ayahnya dia bebas kapanpun yang dia mau. Karena uang dan uang yang betjalan maka semua akan terasa lebih mudah. Tapi, bukan Mila namanya jika dia mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Anna. "Jika aku menjadi dirimu, aku tak akan berkata demikian Nona Mila yang terhormat." Anna menjeda ucapannya. "Dan jika kau masih punya hati, kau tak akan pernah berada di depanku dengan nada congkak yang kau miliki. Kau seharusnya berlutut di hadapanku dan meminta maafku. Itupun jika kau manusia." imbuh Anna lalu dia masuk kedalam dan menemui Suami dan Sahabat yang dia sayangi dan dia cintai.
"Kau ternyata masih belum kenal aku dengan baik Anna. Kau akan merasakan hal yang sama persis dengan apa yang aku rasakan ketika Aldi meninggalkanku dan memilih menikahimu. Aku bersumpah kau akan merasakannya." ujar Mila dengan mengepalkan tangannya sambil melihat punggung Anna yang sudah menjauh dari pandangannya.
Anna kembali ke dalam Ballrom hotel, dia menghembuskan nafas beratnya. Dia tak menyangka jika dirinya akan bertemu dengan Mila. Seseorang yang sangat dia benci.
"Kau dari mana?" sebuah pelukan dari belakang tubuhnya membuat Anna terjingkat kaget. Dia kaget karena sang suami tiba tiba berada di belakangnya dan memeluk tubuh rampingnya.
"Aku, aku dari balkon. Mencari angin."
ucap Anna dengan nada tenang dan tersenyum membuat Aldi ikut tersenyum.
"Aku takut kau pergi." ucap Aldi sambil membalikkan tubuh Anna agar menghadap kepadanya. "Bagaimana kondisimu sekarang? Apa kau sudah baikan?" tanya Aldi dengan raut wajah penuh kecemasan.
"Kenapa kau berbicara seperti itu? Aku baik baik saja." Bahkan ketika aku bertemu dengan Mila pun aku masih baik baik saja. Imbuhnya dalam hati.
"Alasanku mengajak kau kesini, karena aku tak mampu melihatmu terus terusan meratapi kehilangan anak kita. Jadi aku sengaja datang kesini agar kau bisa tersenyum, walau itu hanya senyuman tipis." ujar Aldi panjang lebar dan itu membuat Anna tersenyum lagi.
"Aku baik baik saja, Sayang. Terimakasih atas perhatianmu." Anna membalas sambil mengecup pipi Aldi yang sebelah kiri.
Aldi yang merasakan kecupan dari Anna membuat jantungnya berdetak sangat cepat. "Aku mencintaimu, Anna." ujar Aldi sambil memeluk tubuh Anna dan menaruh kepala Anna kedalam pelukannya.
"Aku tahu, Al.." Anna menjawab dengan gumaman dalam dada bidang Aldi. Mereka tenggelam dengan fikiran mereka masing masing tanpa perduli dengan tatapan luka dari Mila yang berada di ujung Ballrom hotel. Mila dengan tatapan tajam itu berbalik dan menuju ke taman yang ada di samping Ballroom Hotel.
Dia duduk di bangku taman dan memukul dadanya yang sesak karena melihat seseorang yang dia cintai memeluk istrinya. "Kau kenapa disini?" tanya seorang pria yang kini sudah menyentuh bahu Mila. Mila mendongak ke arah pria itu dengan buliran air mata yang menetes di pipinya. Dia tak menjawab, hanya menatap wajah sang pria dengan tatapan sendu penuh luka. "Aku kan sudah bilang kepadamu, jika kau akan terluka." ucap Pria tadi sambil mengusap air mata yang menetes di pipi Mila. "Sudah, lupakan mereka. Kau akan bertunangan denganku. Kau sudah berjanji kepadaku." ujarnya lagi mencoba mengingatkan atas apa yang Mila ucapkan saat dia berada di dalam jeruji besi.
"Shut Up, Andre. Aku tak suka kau selalu mencoba mengingatkanku atas janjiku. Kau harus percaya jika aku akan bertunangan denganmu, Tapi, nanti." Setelah aku membalaskan dendamku kepada sepasang suami istri itu. Ucapnya dalam keadaan marah yang tak dapat dia tutupi dari sudut matanya yang menatap tajam Anna dan Aldi yang sekarang mereka sudah masuk kedalam mobil Aldi.
"Kalau begitu. Lupakan mereka berdua." ucap Andre yang mengikuti arah tatapan Mila. "Kau boleh menggunakan diriku sebagai alat balas dendam mu kepada mereka. Tapi, kau harus ingat. Jika aku tak suka di bohongi. Kita akan bertunangan Dua bulan lagi dan akan menikah sebulan setelah kita bertunangan." ujarnya tanpa jeda membuat Mila sedikit geram. "Dan aku tak menerima kata 'Tidak'. Ayo, ini sudah malam." ucapnya lagi sambil menarik kasar pergelangan tangan Mila agar masuk kedalam mobilnya untuk diantar pulang.
Andre menjalankan apa yang Mila perintahkan kepada dirinya. Setelah percakapan mereka berdua di taman, Mila menyuruh agar Andre mendekati Anna dan membuat skenario licik. "Hanya itu saja?" ucapnya sambil memperhatikan beberapa foto Anna yang dia dapat dari Informannya. "Baiklah, aku akan melakukannya. Nanti datang ke kantorku jika kau tak datang maka-"
"Baiklah, brengsek!!"
"Ku tunggu."
Klik.. Andre mematikan telfonnya dan menatap foto yang dia pegang sambil mengelus bulu halus yang ada di rahangnya, dia tak mau mengecewakan calon tunangannya. Dia akan melakukan apapun yang Mila katakan, tapi dia tak akan jatuh ke dalam pesona yang dimiliki oleh Anna.
Andre Aditama seorang anak dari Hendra Aditama yang tak lain adalah Dewan Perwakilan Rakyat yang ada di Jakarta, Hendra dan Amang ayah Mila bertemu di ruang tahanan, ketika Amang sedang mencoba membujuk kepala polisi agar membebaskan anaknya yang mendekam di penjara.
Karena putus asa, maka dia menerima tawaran dari Hendra, untuk menjodohkan anak mereka berdua, Mila yang memang punya ambisi tak akan berhenti sebelum melihat kehancuran Aldi dan Anna hanya berkata 'Iya' saat sang Ayah berkata, "kau bisa ku bebaskan, tapi kau harus bertunangan dengan Andre Aditama, karena hanya Hendra Aditama-lah yang bisa membebaskanmu hari ini." dan tanpa pikir panjang Mila langsung menganggukkan kepalanya pertanda jika dia setuju dengan syarat yang diminta oleh sang ayah.
"Lo kenapa?" tanya Tommy orang kepercayaan yang Andre punya. Andre yang tersadar dari lamunannya langsung memandang Tommy dengan cengiran. "Lo kenapa?" Tommy bertanya lagi dengan Alis yang dia tautkan.
"Gue gak apa apa. Memangnya gue kenapa?" tanya Andre tanpa dosa kepada orang kepercayaannya.
Tommy yang melihat foto yang di pegang oleh Andre langsung mengeluarkan pendapat, "jangan lakuin itu, Ndre!" ujar Tommy sambil mendudukkan pantatnya ke kursi yang ada di hadapan Andre. "Lo akan menyesal suatu saat nanti, ikuti omongan gue jika Lo masih anggap Gue sahabat sekaligus orang yang Lo percayai." pungkas Tommy sambil meraih foto yang Andre pegang. "Dia nggak salah, dia mencintai Aldi sejak lama. Dan prang tua mereka menjodohkan mereka, itu bukan kesalahan Anna, Ndre. Itu sudah takdir." imbuhnya lagi sambil menatap dalam wajah Anna yang menurutnya sangat cantik.
"Lo harusnya tahu kalau Gue ngelakuin ini semua demi--"
"Demi siapa? Mila? Come on dude, Lo fikir Mila akan berpaling dengan mudah? Jangan gila Dude. Dia tak akan secepat itu berpaling. Cinta tak seperti itu." ucapan Tommy membuat Andre tersentak, bukan karena dia tersinggung. Tapi, dia tak menyadari akan hal itu, Cinta tak akan secepat itu berubah ke orang lain. "Jangan lakukan ini, jika kau lakukan hal ini. Aku berani bersumpah kalau kau akan terluka." imbuh Tommy lalu dia berdiri dan merapikan jas yang dia kenakan lalu berlalu meninggalkan Andre yang tak menjawab apapun atas apa yang di ucapkan oleh Tommy.
"Gue benar benar sudah gila." gumamnya tanpa perduli jika dia sudah di tinggalkan oleh Tommy. "Maaf, Tom. Ini demi Mila." anggap saja Andre bodoh, karena menurutnya, disini Anna yang salah, bukan Mila. Mila hanya memperjuangkan cintanya, dan itu terhalang oleh adanya Anna, jadi dia ingin menaklukkan hati Anna dengan semua pesona dan perhatian yang dia miliki. Tapi, di dalam hati yang peling dalam dia bertanya pada dirinya sendiri. Jika Mila saja tak bisa berpaling karena cinta yang dia miliki, lalu apa kau fikir Anna akan semudah itu berpaling dari cintanya?
BERSAMBUNG