Brakk
"Tidak becus! aku bilang teh hangat. Kenapa panas sekali? kamu mau membakar tanganku?"
Alisa tidak mengatakan apapun, hanya menatap ke arah suaminya yang bahkan memalingkan pandangan darinya.
"Tahunya cuma numpang makan dan tidur saja, dasar tidak berguna!"
Alisa menangis dalam hati, dia menikah sudah satu tahun. Dia pikir Mark, suaminya adalah malaikat yang berhati lembut dan sangat baik. Ternyata, pria itu benar-benar dingin dan tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Kedatangan Dokter Amara
Karena dituntut oleh Mark. Dokter Amara sendiri bahkan langsung datang dengan 6 orang tim pengacara ke perusahaan Mark. Dimana pria itu sampai saat ini masih berada di luar klinik bersama dengan ibunya dan juga wanita simpanannya.
Kedatangan Dokter Amara, cukup mengejutkan. Karena selain 6 orang pengacara yang dia bawa di belakangnya juga ada beberapa penjaga dengan pakaian seragam dari perusahaan penjaga terkenal di kota A. Tentu saja, 4 orang menjaga itu adalah orang-orang Joyce. Bahkan 6 orang pengacara itu adalah 6 orang pengacara paling terkenal di kota A.
Begitu melihat dokter Amara datang, Mark segera menghampiri wanita yang juga sedang berjalan ke arahnya dengan ekspresi tenang dan cara jalan santai itu.
"Selamat malam tuan Mark Austin!" sapa dokter Amara dengan sangat tenang.
"Selamat malam, seorang dokter yang bahkan menolak seorang pasien!" balas Mark.
Dokter Amara terkekeh pelan. Dan hal itu membuat Berta merasa sangat kesal. Bagaimana bisa, setelah menolak Rena di rumah sakitnya wanita itu masih bisa tertawa seperti itu.
Berta yang memang sudah sangat emosional segera melangkah maju menghampiri dokter Amara.
"Kamu, kamu itu sangat keterlaluan! bagaimana bisa kamu biarkan seseorang merasakan sakit! kamu itu dokter! bagaimana bisa kamu menolak pasien?" tanya Berta.
Berta sudah hampir mendorong dokter Amara. Tapi penjaga dokter Amara dengan cepat menghadang sehingga biar tak mundur beberapa langkah karena tidak berani. Bagaimana Berta berani, tubuh penjaga itu bahkan tiga kali lebih besar daripada tubuhnya.
Mendengar Berta marah. Dokter Amara kembali tersenyum.
"Jadi, menurutmu aku tidak punya hati?" tanya dokter Amara.
Mark yang melihat apa yang dilakukan dan dikatakan oleh dokter wanita di hadapannya itu merasa kalau, ada yang tidak benar disini.
"Dokter, anda adalah seorang dokter kenapa anda main-main dengan nyawa seorang pasien?" tanya Mark dengan sangat tegas, dan setiap kata-katanya, Mark mengucapkan itu dengan penuh penekanan. Benar-benar terlihat sekali kalau pria itu sedang mengintimidasi dokter Amara secara emosional.
"Aku bertanya sekali lagi? apa kalian merasa aku tidak punya hati?" tanya dokter Amara pada Mark dan Berta.
Karina juga sudah sangat gemas. Memangnya siapa wanita di depannya itu. Kenapa sok sekali, pikirnya.
Maka itu, Karina pun melangkah maju dengan cepat. Dan segera membentak dokter Amara.
"Sudah tahu, kenapa bertanya? apalagi namanya kalau bukan tidak punya hati? kenapa masih bertanya? kamu itu dokter jahat ya!" Karina mencoba menarik perhatian semua orang yang ada di tempat itu.
Tapi, dokter Amara sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapan dari ketiga orang yang ada di hadapannya itu.
"Aku jahat? aku tidak punya hati? oke... aku kembalikan pada kalian? apa kalian punya hati. Mau menuntutku silahkan! aku punya 6 pengacara dari kota A. Dengan bayaran masing-masing 3 milyar perorang. Lalu, aku benar-benar bisa menghadirkan saksi yang sangat akan dapat menguntungkan pihakku dan merugikan pihak kalian. Bahkan, aku bisa dengan mudah mengambil alih saham perusahaan tuan Mark Austin, karena aku punya 10 triliun di satu rekening tabunganku. Jadi... masih mau melanjutkan tuntutan?" tanya dokter Amara dengan begitu santai.
"Kamu..." Karina merasa begitu geram.
Anggun segera memberikan tab nya pada Mark. Disana, satu persen saham perusahaan benar-benar telah di beli oleh PT. Medika, dimana rumah sakit Medika bernaung.
"Tuan, mencari masalah dengannya sepertinya tidak baik!" bisik Anggun pada Mark.
Tapi, tetap saja sebagai seorang kakak. Mark sama sekali tidak bisa menerima apa yang terjadi kepada adiknya.
"Tapi apa yang kamu lakukan ini tidak benar! dengan alasan apa, kamu mem-blacklist nama keluargaku dari rumah sakit. Apalagi ketika rumah sakit yang lainnya juga melakukan hal yang sama. Apa maksudmu?" tanya Mark yang sudah sedikit tidak bisa mengendalikan emosinya.
"Aku akan kata-kata yang terbuka dan terus terang dihadapan tuan Mark Austin. Rumah sakitku, hanya menerima orang-orang yang memiliki hati nurani. Tuan Mark mengabaikan istrinya, menyimpan selingkuhan di dalam rumah, bahkan meminta istrinya mencabut laporan yang sudah rumah sakit buat, aku sama sekali tidak bisa menerima orang seperti itu dan keluarganya masuk ke rumah sakit ku!" tegas dokter Amara.
"Ini masalah nyawa seseorang, kenapa kamu melibatkan masalah pribadi ke urusan profesionalisme pekerjaan?" tanya Mark lagi.
"Rumah sakit itu milikku, aku mau melibatkan masalah pribadi. Itu urusanku. Itu hakku! aku datang kemari, karena seseorang masih berkata kepadaku untuk jangan mengganggu Tuan Mark Austin. Jika, orang itu tidak melarangku untuk mengganggumu. Adikmu mungkin sudah aku suntik mati!"
"Kamu!" pekik Mark marah.
Tapi dokter Amara malah tersenyum.
"Aku sudah mengatakan apa yang seharusnya aku katakan! jika masih ingin menuntutku secara pribadi dan juga rumah sakitku. Silahkan! tapi aku bisa menjamin kalau Tuan Mark Austin pasti akan kalah! aku akan pergi!" kata dokter Amara berbalik.
Tapi, baru melangkah beberapa langkah. Dokter Amara kembali berbalik.
"Oh ya, jangan lupa carikan obat yang bagus secepatnya! karena mungkin seluruh apotek di kota ini juga akan menolak keluarga Austin membeli obat!" ucap dokter Amara sambil tersenyum.
Setelah mengatakan hal itu, dokter Amara segera pergi meninggalkan tempat itu dengan cepat.
Mark mengepalkan tangannya. Dia benar-benar marah.
"Dia hanya seorang dokter. Dia tidak mungkin bisa mendatangkan 6 orang pengacara dari kota A sekaligus seperti itu. Anggun, cari tahu...."
"Tuan" sela Anggun yang sepertinya sudah mendapatkan sesuatu yang ingin diketahui oleh Mark, "Dokter Amara, memang tidak memanggil semua pengacara itu. Pengacara itu datang secara pribadi dari kota A. Mungkinkah, orang yang ada di belakang dokter Amara adalah orang penting di kota A?" tanya Anggun.
Mark terdiam. Dia masih sangat kesal.
"Mark, tapi kenapa Dokter wanita itu begitu perduli pada wanita gelandangan itu?" tanya Karina.
Mark menoleh ke arah Anggun.
"Mungkin, dokter Amara punya pengalaman yang sama seperti yang dialami nyo.. nya" Anggun sungguh gugup mengatakan kebenaran itu.
Mark mendengus kesal.
"Cari obat yang paling bagus untuk Rena. Aku akan bicara dengan Alisa. Dia harus menjelaskan pada dokter Amara. Luka Rena ini cukup serius. Dia harus di bawa ke rumah sakit!" kata Mark yang langsung pergi dari tempat itu.
"Mark, aku ikut!" kata Karina berlari menyusul Mark.
"Kamu temani ibu, dia butuh seseorang disampingnya!"
Karina segera menghentikan langkahnya. Dia tidak bisa membatah. Mark bisa ilfil padanya.
"Baiklah!" jawabnya terpaksa.
***
Bersambung...