NovelToon NovelToon
My Hot Partner In Berlin

My Hot Partner In Berlin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Konflik etika / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:18.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sheninna Shen

"Ketimbang jadi sadboy, mending ajarin aku caranya bercinta."

Guyonan Alessa yang tak seharusnya terucap itu membawa petaka.

Wanita sebatang kara yang nekat ke Berlin itu berteman dengan Gerry, seorang pria sadboy yang melarikan diri ke Berlin karena patah hati.

Awalnya, pertemanan mereka biasa-biasa saja. Tapi, semua berubah saat keduanya memutuskan untuk menjadi partner bercinta tanpa perasaan.

Akankah Alessa dapat mengobati kepedihan hati Gerry dan mengubah status mereka menjadi kekasih sungguhan?

Lanjutan novel Ayah Darurat Untuk Janinku 🌸

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Tolong Bahagiakan Alessa

...“Tolong bahagiakan Alessa, karena selama ini … aku tak pernah membahagiakannya.” — Luther Hoffner...

Melihat pria tua yang mengaku sebagai Luther Hoffner, Alessa langsung merogoh foto yang ada di mantel navy ia kenakan saat ini. Itu merupakan salah satu mantel yang Gerry belikan untuknya.

Wanita bermata biru itu melihat foto usang di tangannya. Kemudian ia angkat foto usang itu agar bersebelahan dengan pria tua di depannya. Ada satu yang sama di foto itu dengan pria di depannya. Mata biru dan hidung mancung yang ujungnya runcing.

Tanpa terasa, airmata membasahi pipi Alessa.

“Daddy?” lirih Alessa pilu dengan kerongkongan yang tercekat.

Sekujur tubuh wanita itu bergetar. Langkah kakinya terasa berat dan tubuhnya mendadak kaku. Ia ingin berlari memeluk tubuh pria tua di depan itu, tapi ia tak bisa akibat syok yang masih menguasai dirinya.

Luther melangkah maju ke depan dan bergegas memeluk tubuh Alessa. Pria tua yang persis seperti Santa Claus itu menangis pilu. “Jelita, aku bertemu dengan anak kita.”

Alessa balik memeluk tubuh pria tua itu saat mendengarkan pria itu menyebut nama ibunya yang sudah tiada. Dan ternyata, pria tua itu bisa berbahasa Indonesia.

“Daddy, aku hampir putus asa mencarimu.”

Dua beranak itu pun menumpahkan kesedihannya di depan Gerry. Pria berdagu terbelah itu memutuskan untuk sedikit menjauh, karena ingin memberikan waktu pada mereka berdua. Namun, Alessa langsung memanggilnya.

“Gerry ….” Alessa melepaskan pelukannya dengan Luther.

Pria tua itu tersenyum ke arah Gerry. Kemudian ia berjalan mendekat ke arah Gerry dan merangkul tubuh anak muda itu. “Ayo, ke rumahku dulu.”

Mendengarkan ajakan Luther, dua orang itu pun mengikuti ucapan pria tua tadi. Mereka membantu Luther menyimpan alat musik yang tadinya masih berada di tengah-tengah taman untuk di bawa pulang. Setelah semua tersimpan, mereka bertiga berjalan bersama.

Luther jalan berdampingan dengan Alessa, sementar Gerry jalan sendiri di belakang sambil mengabadikan memori Alessa dan Luther menggunakan ponselnya. Jauh di lubuk hatinya, ada perasaan rindu pada orangtua yang menyeruak di dada. Tapi sayang, kedua orangtuanya tak akur dan ayahnya juga sudah tiada.

“Halo. herr Luther!”

“Luther, wer ist er?” (Siapa dia?)

“Meine Tochter!” (Anak perempuanku!) Luther menjawab pertanyaan tetangga serta kenalannya yang ada di sana. Pria tua itu memamerkan Alessa dengan bangga pada para tetangga. Mungkin para tetangga merasa penasaran, dengan siapa pria tua itu berjalan berdampingan.

Kurang lebih 5 menit mereka berjalan, kini mereka tiba di sebuah rumah batu setengah kayu dengan gaya khas arsitektur kuno. Rumah dan lokasi yang sangat indah untuk peristirahatan di hari tua.

“Duduklah,” ucap Luther sambil menyuruh Gerry dan Alessa untuk duduk di kursi kayu yang sudah berusia puluhan tahun tapi masih terawat itu.

Interior rumah itu cukup menggambarkan seperti apa pria tua itu hidup. Tak banyak yang menarik perhatian selain tanduk rusa yang menjadi hiasan dinding di atas perapian yang ada dalam rumah itu. Dan tepat di atas tempat perapian, ada sesuatu yang menarik perhatian Alessa.

Wanita berambut coklat itu bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah perapian. Ia kembali merogoh foto usang di mantel navy miliknya. Kemudian ia meletakkan foto usang itu berdampingan dengan foto usang Jelita yang sengaja Luther pajang di rumah tua itu.

“Cantik,” lirih Gerry yang tiba-tiba bersuara dari belakang Alessa. “Seperti kamu.”

Alessa tertawa mendengarkan bualan Gerry. Ia menoleh ke arah Gerry dan mencubit hidung pria itu. “Nggak usah gombal!”

Gerry tertawa terbahak-bahak melihat tingkah menggemaskan Alessa. Hari itu, ia juga merasakan kebahagiaan yang wanita itu rasakan. Penantian dan pencarian panjang yang berbuah manis.

Luther keluar dari dapur dengan membawakan beberapa cookies, serta minum hangat dalam sebuah jar. Kemudian ada tiga gelas menemani di atas nampan kayu yang saat itu ia pegang.

Mereka bertiga duduk di kursi kayu itu sambil menghela nafas panjang. Tak ada pembicaraan selain suara nafas yang terdengar karena canggung.

“Alessa ….” Luther memanggil anaknya, memecah keheningan di ruang tamu. Kedua tangan keriput pria tua itu menyatu sambil wajahnya menunduk. “Es tut mir leid.” (Maafkan aku)

Alessa tak bertanya apa-apa. Ia membiarkan pria tua yang ia panggil ‘Daddy’ itu melanjutkan ucapannya.

“Maaf karena Daddy tak berada di sisimu selama ini. Semua karena keegoisan Daddy yang membuat ibumu kembali ke Indonesia.”

“Dulu, aku seorang pemabuk dan penjudi. Wajar saja Jelita tak percaya kalau aku akan menjadi ayah yang baik untuk anaknya.”

“Tapi, setelah dia pergi, aku menyesal dan tak bisa berbuat apa-apa. Karena aku tak tahu, di Indonesia, dia tinggal di mana? Dan aku juga tak tahu harus mengirim surat ke mana padanya.”

“Sekitar 10 tahun yang lalu, Jelita mengirimkan ku surat. Dia mengatakan bahwa aku memiliki seorang anak yang sangat mirip denganku. Namanya Alessandra Hoffner.”

“Itu lah yang membuatku bertekad kuat belajar bahasa Indonesia. Tiada hari tanpa berharap agar kita bertemu sebelum aku mati.”

Panjang pembicaraan mereka sore itu. Tak terasa, malam pun tiba. Luther beranjak ke dapur untuk mempersiapkan hidangan makan malam. Meskipun sebenarnya sudah larut untuk mereka makan malam, tapi Luther merasa harus masak sesuatu untuk anaknya.

“No. Kamu duduk saja di depan,” ucap Luther saat Alessa dan Gerry ingin membantu pria tua itu memasak. “Ini adalah impianku selama ini. Masak untuk anak perempuanku.”

Mendengarkan ucapan Luther, dua orang itu pun pergi ke ruang tamu dan menunggu.

“Al, aku ke toilet sebentar,” ucap Gerry kepada Alessa.

Alessa mengangguk, mengiyakan ucapan Gerry.

Setelah berpamitan pada Alessa, pria bertubuh tegap itu pun pergi ke dapur. Diam-diam, ia berniat ingin membantu pria itu. Yah, itung-itung ingin merebut hati calon mertua. Tak dapat hati anaknya, hati orangtuanya dulu yang akan Gerry curi.

“Hai, Luther,” sapa Gerry santai. Karena di Jerman lebih spesifik memanggil sesama dengan nama.

“Oh, Gerry!” ucap pria tua itu sambil mengupas bawang bombay. “Maaf ya, malam ini kita makan spaghetti aja. Soalnya, aku nggak tau hari ini aku kedatangan tamu istimewa.”

Gerry tertawa pelan mendengarkan ucapan Luther. Pria tua itu meletakkan pisau dan bombay yang sudah ia kupas tadi di atas talenan. Kemudian ia menghidupkan api yang sudah di lettak panci berisikan air dan dibubuhkan sedikit olive oil.

Dengan sigap, Gerry mengambil pisau dan bombay tadi. Kini ia yang memotong bombay tadi dengan sangat mahir.

“Wah, ternyata calon menantuku mahir dalam urusan dapur,” puji Luther sambil tertawa. Ia menaruh lidi spagetti ke dalam panci tadi. Kemudian, ia berbalik arah ke Gerry sambil melipat kedua tangannya ke dada.

“Tolong bahagiakan Alessa, karena selama ini … aku tak pernah membahagiakannya.”

Yes!

Mendengarkan ucapan Luther, ingin rasanya Gerry melompat dengan girang. Pasalnya, Luther sudah memberikan lampu hijau padanya. Permasalahannya saat ini adalah, Alessa akan menikah dengan seseorang? Tapi, calonnya belum pernah bertemu dengan Luther sekalipun. Ia yang lebih dulu sudah menggaet hati Luther.

“Urusan mengambil hati orangtua, memang aku rajanya,” girang Gerry dalam hati. “Tapi, apa aku bisa mencuri hati Alessa?”

...🌸...

...🌸...

...🌸...

...Bersambung …....

1
Rika Adja
sisain satu orang yang kayak Gerry 😍😍😍
eh tapi udah punya suami Deng🤣🤣🤣
Thor lanjut ceritanya bagus banget 👏🏻👏🏻
Rika Adja: aku udah punya suami Deng 🤣
total 1 replies
Susi Akbarini
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
sabaarrrr...
masih banyak jaln menuju Roma..
😀😀😀😀❤❤❤❤❤
Kim nara
Gerry sweet banget
Siti Amyati
akhirnya terwujud semuanya
Rika Adja
mantap kakak 👍🏻
Susi Akbarini
❤❤❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kok luther..
Alessa kan kak??
❤❤❤❤❤
Siti Amyati
sama"punya luka TPI akhirnya bahagia menanti
Susi Akbarini
yaa..
ampuuunnn..
manis sekali lhoooo..
jadi teehura..
berkaca2..
❤❤❤❤❤❤
Nana Colen
aku bahagia sekali tapi aku nangis bacanya 😅😅😅
Siti Amyati
akhirnya si dokter playboy bisa dapat cewek yg di dambakan
Nana Colen
akhirnya terungkap juga perasaan mereka... kenapa hatiku yang lega dan bahagia 😏😏😏
💜⃞⃟𝓛 ˢ⍣⃟ₛ EmohDimaru💃
wah mulai mencair pertemanan mereka ini,, apakah ini awal dari benih2 cinta 🤭
Susi Akbarini
makanya perlu saling terbuka dan bertanya terus terang daripada menduga duga gak jelas..

akhirnya mumer sendiri..

😀😀😀😀😀❤❤❤❤
Asphia fia
sweet bgt
Asphia fia
wah pd akhirnya alessa ketemu ayahnya sih kayaknya
Kim nara
Aduh thor manis sekali deh
Kim nara
Uh manisnya ak jadi senyum senyum sendiri thor😘😘😘😘
Kim nara
Semangat berjuang ger
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!