Follow Ig ~ Mom_tree_17
Tik Tok ~ Mommytree17
Sebuah pernikahan seharusnya menjadikan sepasang kekasih hidup berbahagia. Tapi apa jadinya jika pernikahan itu terjadi karena sebuah perjodohan? Dan yang lebih parahnya lagi jika dijodohkan dengan teman semasa kecil dulu. Itulah yang terjadi dalam kehidupan Ryu dan Ivy.
Karena kejadian satu malam panas yang mereka lewati saat acara pesta topeng, akhirnya mereka pun dinikahkan dengan paksa. Akankah perasaan cinta monyet yang pernah dirasakan Ryu pada Ivy dulu akan kembali bergelora membuat pernikahan mereka bahagia? Ataukah justru pernikahan itu akan kandas saat Inara yang merupakan kekasih dari Ryu kembali datang ke Jakarta. Ditambah dengan hadirnya Elbar, pria yang disukai oleh Ivy.
Yuk kepoin keseruan pernikahan Ryu dan Ivy ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Siapa bilang aku hanya bisa belanja dan bermanja?" Ivy berkacak pinggang tidak terima dihina seperti itu oleh Ryu Arbeto. "Aku bisa melakukan apapun termasuk memasak, tapi untuk apa memasak jika sudah ada pelayan?"
"Kalau begitu sekarang masaklah! Apa kau lihat disini ada pelayan?" Ryu menepis tangan di pinggang Ivy sembari menghela napasnya dengan kasar.
"Kan ada kau..." cicit Ivy dengan tersenyum kaku.
"What? Kau pikir aku ini pelayananmu?" sentak Ryu dengan kesal. "Dan tadi kau memanggilku apa?"
"Ka..u..." jawab Iy dengan ragu.
"Kau.., kau.. Tidak sopan!" Ryu menjitak kepala Ivy karena memanggilnya dengan sebutan kau bukan kak seperti biasanya. Walaupun ia tidak suka juga dengan panggilan kakak tapi setidaknya itu lebih baik.
"Habisnya kau.., eh maksudku kak Ryu membuat kesel saja. Aku ini lapar bukan ingin diajak berdebat."
Keduanya pun terdiam saling menatap satu dan lainnya, hingga akhirnya Ryu menghela napasnya dengan kasar.
"Sudahlah kau tunggu disini biar aku yang membuat makan malam untuk kita."
Walaupun merasa kesal mau tak mau Ryu pun melangkahkan kakinya ke dapur untuk membuat makan malam untuk mereka berdua, walaupun ia sendiri bingung karena tidak bisa memasak namun jika harus mengandalkan Ivy sudah pasti mereka tidak akan bisa tidur nyenyak karena kelaparan
Beberapa menit kemudian.
"Kenapa diam saja? Cepat makan!" ucap Ryu setelah menaruh piring ke atas meja makan.
Ivy yang sejak tadi kelaparan langsung bersemangat menatap piring yang ada di hadapannya, namun rasa semangat itu berganti dengan kebingungan saat melihat apa yang ada di atas piring tersebut.
"Mana makanannya?" tanyanya dengan bingung.
"Yang ada di atas piringmu itu apa?" Ryu balik bertanya sembari duduk di samping Ivy.
"Apel...?"
Ivy mengangkat buah berwarna merah itu dengan wajah yang masih bingung. Bagaimana tidak bingung saat melihat hanya ada buah apel di atas piringnya, dan rasa bingung itu berubah menjadi kesal saat melihat wajah Ryu yang dengan santainya menggigit buah apel yang ada di tangan pria tersebut.
"Pintar! Sekarang makan apel itu jika kau laper."
"Tapi Kak, tadi kau bilang ingin membuat makanan untuk kita?" protes Ivy yang semakin kesal.
"Sudah jangan banyak protes! Di dalam lemari pendingin tidak ada apa-apa, hanya ada buah-buahan jadi makan saja apa yang ada!" ucap Ryu dengan berbohong, karena sebenarnya di dalam kulkas tadi ada banyak sekali telur, daging, dan sayur lainnya.
"Ck.., sudah lama menunggu tapi yang datang diluar ekspektasi," gerutu Ivy. Namun meskipun menggerutu Ivy tetap memakan apel tersebut karena lapar.
"Sudah jangan banyak protes, cepat habiskan!"
Ivy yang kesal semakin menggerutu dalam hati. Kalau saja tak mengingat Ryu adalah kakak sepupu sekaligus pria yang berstatus sebagai suaminya, maka sudah sejak tadi ia akan mengumpat dengan nama-nama yang ada di dalam kebun binatang.
"Eh.., kau mau kemana?" Ryu menarik tangan Ivy setelah melihat wanita tersebut berdiri hendak melangkah ke dalam dapur.
"Aku ingin mengambil buah yang lain, perutku masih lapar."
"Di sana sudah tidak ada apa-apa, sekarang kita tidur saja!"
Ivy yang hendak protes justru tak bisa berkutik karena sudah lebih dulu ditarik ke dalam kamar, dan mau tidak mau mereka akhirnya tidur di atas ranjang yang sama karena baik Ivy maupun Ryu sudah sama-sama lelah untuk beradu argumen tentang siapa yang berhak tidur di atas ranjang.
"Ingat jangan melebihi batas ini!" Ivy memberi jarak untuk mereka berdua dengan sebuah bantal.
"Iya.. iya."
Ryu yang tak perduli lebih memilih memejamkan kedua matanya. Namun baru beberapa detik kedua matanya terpejam, ia langsung terbangun saat mendengar suara Ivy.
"Kak sebelum tidur dimasukin dulu dong!"
"Serius dimasukin sekarang?"
Dengan semangat empat lima Ryu ingin membuka celana yang dikenakannya, tanpa perlu bersusah payah membuka pakaian karena sejak tadi ia memang sudah bertelanjang dada.