NovelToon NovelToon
Cinta Orang Kantoran : Part Satu

Cinta Orang Kantoran : Part Satu

Status: tamat
Genre:Romantis / Duda / CEO / Janda / Kehidupan di Kantor / Office Romance / Tamat
Popularitas:580.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Septira Wihartanti

Aku belum pernah bertemu atau pun berbicara dengan Komisaris di kantorku. Sampai kami bertemu di Pengadilan Agama, dengan posisi sedang mengurus perceraian masing-masing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berbunga-Bunga

Aku dihadapkan dalam keputusan yang lumayan berat, seminggu setelah itu.

“Sudahlah Mbak, pindah saja ke Malang. Tinggal sama aku di sini. Kan di sini juga ada cabang Garnet Bank, malah banyak di mana-mana. Mbak tinggal pilih pasti langsung jadi Kepala Cabang deh,”

Adikku menghubungiku suatu hari.

Pihak Rumah Sakit dan polisi akhirnya bertanya mengenai keluarga kandungku, yang bisa mereka hubungi. Aku juga tidak enak mengganggu Pak Felix terus-terusan.

Jadi kuberikan nomor telepon adikku di Malang.

Terang saja mereka kaget mendengar kabarku selama ini.

Dengan terburu-buru mereka bahkan langsung terbang ke Jakarta untuk membantuku mengurusi semuanya.

Ini yang kutakutkan, aku tak ingin membebani mereka. Kami bukan dari keluarga kaya, jadi kami disibukkan dengan berbagai pekerjaan. Bahkan adikku memiliki dua pekerjaan untuk menghidupi istri dan anak-anaknya.

Karena kebutuhan Tommy, aku tidak pernah mengirimi adik-adikku uang. Aku merasa gagal menjadi kakak. Yah mereka berdua memang laki-laki, tapi tetap saja sebagai anak tertua, aku merasa berkewajiban membantu perekonomian mereka.

Dan kini mereka harus terbebani dengan adanya diriku?

Eh...

Tunggu.

Bukankah itu jalan terbaik?

Pindah ke Malang, mencari rumah tinggal sendiri, dan tetap bisa bekerja di Garnet? Dari pada di sini, aku terus-terusan diteror oleh Tommy dan keluarganya. Ada saja kejadian yang di luar nalar berkaitan dengan mereka. Aku capek hati dan pikiran.

Semakin aku bisa bangkit, semakin mereka benci padaku.

Atas laporan dariku, akhirnya Rani dimasukan ke rumah sakit jiwa untuk membantu memulihkan kondisi kejiwaannya. Menurut petugas Rutan, Rani kerap berteriak-teriak memaki dengan kata-kata kotor, menyebut-nyebut nama Tommy.

(FYI, Mereka yang ditahan di Rutan adalah seseorang yang belum terbukti melakukan tindak pidana atau orang yang belum dijatuhi hukuman oleh pengadilan tetapi, diduga kuat telah melakukan suatu tindak pidana. Sedangkan, Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan).

Proses pengadilan belum berjalan, kuharap tindakan itu bisa meringankan beban Rani dan keluarganya.

Sementara Tommy... boleh dibilang aku sudah tidak peduli lagi padanya.

Yang kutakutkan, akan ada lagi teror-teror lain setelahnya.

Bukankah lebih baik mereka mulai mencari pekerjaan untuk menghidupi rumah tangga mereka dibandingkan harus sibuk dengan urusanku? Aku sudah tidak mau lagi membiayai semua pengeluaran mereka.

Kalau mau protes ini itu, aku sudah dihimbau untuk menyerahkannya ke Pak Pengacara. Aku dilarang berbicara langsung dengan mereka.

Aku juga belum bertemu dengan Pak Felix setelah keluar dari rumah sakit.

Tampaknya dia sangat sibuk.

Saat pagi, saat kami kebetulan bertemu di Lobby Gedung, dia juga hanya melewatiku sambil tersenyum.

Pak Dimas habis-habisan memberikan ‘pelayanan’ padaku. Dia mengetik sendiri semua Memo Internal yang berkaitan dengan semua perusahaan yang ada hubungannya dengan Mantan Istri Pak Felix.

“Itu pekerjaan saya Pak,” keluhku suatu hari. Masa dia yang menyetujui dia juga yang bikin, sih? Kan tidak masuk akal.

Sambil menyeringai dia berujar, “Request dari Felix, dia tidak ingin kamu menangani Kredit atas nama mantan istrinya. Padahal kami belum memiliki orang yang sekompeten kamu,” kata Pak Dimas.

“Bagaimana kalau saya diam-diam membantu?” bisikku sambil menundukkan kepalaku.

“Tenang saja, saya dulu juga karyawan kayak kamu, sekitar 10 tahun lalu, sih,”

Aku mengernyit sebal.

Rasanya tidak enak kalau pekerjaan kita malah dikerjakan orang lain.

Aku merasa tidak berguna...

Tampaknya...

Aku harus bicara dengan Pak Felix. Tapi waktunya tidak pernah tepat.

Seakan dia sedang menghindariku.

Apakah dia tersinggung karena aku tidak menanggapinya mengenai ‘pacar’ itu?

“Pak Dimas...” dengan hati-hati aku bertanya, “Kalau Garnet Bank yang di Malang, butuh Marketing, tidak?”

Pak Dimas menatapku sambil tertegun.

“Mohon dipertimbangkan lagi,” desisnya langsung. Ia langsung tahu maksudku bertanya begitu.

“Pak, di Malang ada adik-adik saya. Di Jakarta saya diteror terus oleh keluarga mantan suami, Pak. Bukan tak mungkin setelah ini ada kejadian lagi. Saya sudah menyusahkan banyak orang,” rayuku.

“Memangnya kamu pindah ke Malang ada jaminan bebas dari teror?”

“Setidaknya di sana ada keluarga kandung saya. Kalau di sini saya sendirian,”

Pak Dimas menarik nafas. “Yah bukan hak saya larang-larang kamu. Ada lowongan jadi kepala cabang, dan saya yakin kamu bisa dapat prospek di sana. Tapi masalahnya...” dia pun menghentikan kata-katanya.

“Masalahnya?” aku menunggu kalimat selanjutnya.

“Kamu minta izin dulu deh ke Felix sana,”

“Kenapa jadi ke Pak Felix? Kan atasan saya Pak Dimas,”

Pak Dimas melipat kedua tangannya di depan dada, “Yah, kamu tahu kenapa.” Ia pun menyeringai penuh arti padaku.

**

Malamnya, aku membuka ponselku bolak-balik. Di layarnya ada nomor Pak Felix.

Aku ragu.

Pikiranku dipenuhi banyak pikiran negatif.

Apakah aku mengganggu kalau kukirimkan pesan mengenai niatku pindah ke Malang?

Apakah dia malah akan tak acuh denganku?

Bagaimana kalau sebenarnya dia tak peduli lagi padaku?

Lagi pula, apa kepentingannya dengan kondisiku? Kami kan sebenarnya orang lain yang kebetulan saja memiliki nasib yang sama.

Di lain pihak aku teringat akan ciumannya waktu itu

Genggaman tangannya

Senyumnya.

Cara bicaranya yang sarkas

Astaga...

Aku Kangen.

Conteng dua kali, warna conteng biru.

“Hah?” Ya Ampun!!

Astaga!!

Apa yang baru saja kulakukaaaan?!

Ya Tuhan aku ngirim WA ke dia tulisannya ‘Aku Kangen?!’

Udah dibaca pula!!

Gimana nih!! Gimanaaa!!

Hah, tunggu...!

Dia proses mengetik.

Duuuh gawat niiih!

Dia mau ngetik apa niiih?!

“Aku juga kangen kamu.”

Hm.

Oke.

**

Almarhum ibuku pernah berkata, Satu pikiran positif dipagi hari saat bangun, akan mengubah seluruh harimu.

Terus terang saja aku tidak pernah mempraktekkannya. Sepanjang hidupku, saat terbangun yang pertama di pagi hari adalah pertanyaan : mau apa aku  hari ini?

Pun di hari pernikahanku, hal yang terbersit saat bangun pagi adalah : aku harus hubungi MUA.

Saat hari pertama jadi istri, pikiranku saat bangun : Harus segera Masak dan bersih-bersih.

Intinya, aku selalu terburu-buru dengan jadwal.

Tapi...

Pagi ini berbeda.

Seingatku ini hari Rabu.

Aku bangun jam 4 pagi.

Lalu aku duduk di ranjangku, dan kembali mengecek ponselku.

“Aku juga kangen kamu.”

Ya Ampun, ini bukan mimpi!

Aku langsung diliputi perasaan aneh. Seperti perutku serasa diaduk.

Dan jantungku berdebar kencang.

Ku amati sejenak tulisan itu, kupastikan itu dari Pak Felix. Kuperiksa nomornya.

Ya, positif dari dia.

Dan kali ini pakai ‘Aku-Kamu’ bukan ‘Saya-Kamu’.

Aku duluan yang mulai sih.

Tapi itu gara-gara human error. Seharusnya kuucapkan dalam hati tapi malah jariku otomatis mengetik sendiri.

Hanya...

Rasanya aku jadi lebih bersyukur.

Aku jadi tahu isi hatinya.

Dan tahu kalau dia tidak marah padaku.

Mungkin ibuku benar. Semoga hari ini, seharian sampai malam, aku dipenuhi keberkahan.

Kuberanikan diriku mengetik beberapa kata balasan.

“Pagi, sudah bangun?”

Kutunggu beberapa lama, hanya conteng dua. Belum di baca.

Aku galau.

Akhirnya aku memutuskan pergi ke kamar mandi, menyelesaikan urusanku dan menjalankan lima waktu.

**

Saat aku mengeringkan rambutku bersiap ke kantor, kulirik ponselku, sudah muncul balasan.

Dan balasannya banyak sekali. Ada 10 obrolan.

“Bu Cin, ini maksudnya apa mau pindah ke Malang?”

“Aku tahu dari Dimas, Aku nggak acc ya. Lebih baik aku bayar dobel gaji kamu daripada kamu harus pindah ke sana,”

“Aku sudah urus itu dua mantan ipar kamu, mereka dalam pembebasan bersyarat,”

“Aku juga sudah carikan kamu tempat tinggal, kamu tinggal pilih. Nanti aku bawakan optionnya,”

“Sori selama ini aku agak sibuk dengan proses likuidasi, pihak mantan cari masalah terus,”

“Kupikir kamu marah padaku, aku seenaknya mengakui kamu sebagai pacar,”

“Maaf kalau tersinggung,”

“Tadinya setelah mengurus dokumen notaris, aku mau ajak kamu bicara,”

“Tapi kamu malah WA aku duluan,”

“Aku juga kangen kamu, tolong jangan tinggalkan aku,”

Dan dia sedang mengetik kalimat terahir.

“Aku OTW Jemput kamu, sudah di Trisakti, tinggal putar balik.”

Ini masih jam 6 pagi.

1
sukensri hardiati
ngulang baca ah....
Risma Wati
bagus ceritanya..to the point,ga banyak drama.,sukaaaa
Reni Novitasary
so sweet
Nining Chili
😁😁😁
Ena Ariani
kerenn
Febi Chan😍
aq baca lagi di bulan Mei 2025
sesuka itu aq pada karyamu thor
☠𝓐𝑑𝑠𝑡𝑧𝑒𝑎ᴳᴿ🐅🍒⃞⃟🦅
wkwk bu cin mikir apaan sih 🤭
☠𝓐𝑑𝑠𝑡𝑧𝑒𝑎ᴳᴿ🐅🍒⃞⃟🦅
buset dah mokondo pedofil pula
☠𝓐𝑑𝑠𝑡𝑧𝑒𝑎ᴳᴿ🐅🍒⃞⃟🦅
njirr beda ye perlakuan cowok mateng ama abg tanpa babinu langsung hap
☠𝓐𝑑𝑠𝑡𝑧𝑒𝑎ᴳᴿ🐅🍒⃞⃟🦅
sekali" merakyat pak
☠𝓐𝑑𝑠𝑡𝑧𝑒𝑎ᴳᴿ🐅🍒⃞⃟🦅
dunia kerja keras say, diatas difitnah dibawah di injek, yang tau kerja keras kita cuma diri sendiri
☠𝓐𝑑𝑠𝑡𝑧𝑒𝑎ᴳᴿ🐅🍒⃞⃟🦅
goblok tom, si Rani juga gendeng banget dikibulin mau aja gusti 🤦🏼‍♀️
☠𝓐𝑑𝑠𝑡𝑧𝑒𝑎ᴳᴿ🐅🍒⃞⃟🦅
lah malah main ancem"an belom tau kebenarannya kek gitu
☠𝓐𝑑𝑠𝑡𝑧𝑒𝑎ᴳᴿ🐅🍒⃞⃟🦅
wow gini cara mainnya kek, pak artha ye di lepas semua dulu kalau kelilit tinggal di ambil lagi 🤭
☠𝓐𝑑𝑠𝑡𝑧𝑒𝑎ᴳᴿ🐅🍒⃞⃟🦅
udah mokondo selingkuh pula, emang anjing tu cowok 👊🏻
@yu£€$ta®i
👍👍👏👏♥️
S𝟎𝖋𝖎𝖆 𝖇𝖆𝖌𝖆𝖘𝖜𝖎𝖗𝖞𝖆
"Sebentar lagi , tolong sabar."

cuma 4 kata tapi paham kan maksudnya apa/Facepalm//Facepalm/

cari novel dengan gaya penulisan seperti ini yg susah, makanya sambil nunggu update novel terbaru aku baca ulang novel yg dah tamat.
S𝟎𝖋𝖎𝖆 𝖇𝖆𝖌𝖆𝖘𝖜𝖎𝖗𝖞𝖆
perempuan itu harus menghasilkan.

aku terlalu dimanjakan , gk kerja , mau belanja di kang sayur tinggal teriak dari luar rumah " mas habis segini , bayarin ya.." belanja kebutuhan pokok , beli skincare, aku yg ambil dia yg bayarin. gk pernah ngerti harga beras berapa sampai harga gincu aku gk tau.. suami yg bayarin.
aku gk takut dia selingkuh tapi aku takut dia gk ada di bumi untuk selama lamanya.. telat aku mau mandiri , suami yg ambil alih sini aku aja.
definisi UJIAN yang mengENAKkan
S𝟎𝖋𝖎𝖆 𝖇𝖆𝖌𝖆𝖘𝖜𝖎𝖗𝖞𝖆
keren Cintya jawab nya

Tommy : kamu bekerja juga atas ridho dariku
Cintya : ya karena klo aku gk kerja kamu yg mati

Tommy udah mokondo , toxic, manipulatif pula
S𝟎𝖋𝖎𝖆 𝖇𝖆𝖌𝖆𝖘𝖜𝖎𝖗𝖞𝖆
ngulang lagi aku baca yg ini☝️☝️

novel ini dibuat tahun 2023, tahun 2025 ada kasus yg mirip banget , kasus perselingkuhan suami dilan janiar.
wes mokondo(modal Ko**ol doangl) gak kerja, ngikut istri kerja minta digaji , digugat cerai karena ketahuan selingkuh , malah minta harta Gono gini. kevarat bener lakik nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!