Dira, Luna dan Nisa adalah tiga gadis yang bersahabat, mereka berteman sejak SMA.
Dira adalah seorang gadis yang bar-bar sering berantem dengan teman kampusnya. Tetapi dia gadis yang cukup mandiri walaupun terbilang dari keluarga yang berada.
Luna sejak kecil adalah anak yang paling memprihatinkan, dia tinggal bersama ibunya di rumah yang sangat sederhana, bahkan untuk mencukupi kebutuhannya ibunya harus berjualan makanan. Luna gadis yang pintar bisa masuk kampus terbaik di kota itu dengan bantuan beasiswa.
Nisa adalah gadis yang ceroboh, tukang makan, kalau bicara asal benar.
Buat Nisa yang penting ada makanan semua beres.
Arkan dan Elang siapa ya mereka????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Sesampainya di rumah Elang berteriak mencari kakaknya. Tetapi Arkan belum pulang dia masih berada di kantor.
"Kakak, kak Arkan!" teriak Elang.
"Ada apa, El? kamu cari kakak kamu? dia tadi balik ke kantor lagi!" kata, bunda Sinta.
"Bunda, kapan pulang?" tanya Elang, balik bertanya bukannya menjawab pertanyaan bunda Sinta.
"Tadi siang, El! di jemput Arkan di bandara," ucap bunda Sinta.
"Elang ke kamar dulu, bun!" pamit Elang, lalu meninggalkan bunda Sinta.
Beberapa menit kemudian Arkan datang, dia langsung menuju ke dapur dan duduk di meja makan.
"Arkan, kamu bikin kaget bunda saja!" kata bunda Sinta, sembari mengaduk masakannya.
"Bunda, masak apa? baunya bikin lapar!" ucap Arkan
"Kesukaan anak-anak bunda, dong tentunya!" ucap bunda Sinta, sambil tersenyum ke arah Arkan.
"Bunda, Arkan sudah lapar ini!" ucap Arkan.
"Sabar, bentar lagi juga matang, sana kamu panggil Elang dulu! kita makan bareng!" ucap bunda Sinta.
"Elang di mana, bun?" tanya Arkan.
"Ada di kamarnya, tadi Elang nyari kamu!" kata bunda Sinta.
Arkan lalu meninggalkan bunda Sinta yang sedang memasak, untuk memanggil adiknya. Dia lalu mengetuk pintu kamar Elang.
Tok... tok... tok..
"Masuk" sahut Elang dari dalam kamar.
"El, ayo kita makan dulu!" ajak Arkan.
"Kak, boleh aku tanya sesuatu?" ucap Elang, yang baru saja bangun dari tidur.
"Boleh, kamu mau tanya apa!" ucap Arkan, lalu masuk ke dalam kamar Elang dan duduk di tempat tidur.
"Kakak, beri hukuman Sisil ya?" tanya Elang.
"Iya, karena dia hampir menghilangkan nyawa seseorang!" jelas Arkan.
"Maksudnya?" tanya Elang.
"Dia yang sudah mengunci pintu toilet saat Nisa di dalam toilet itu!" kata Arkan.
"Kakak, kok bisa tau?" tanya Elang lagi.
"Di depan toilet ada kamera cctv, El!" ucap Arkan.
"Pantesan Sisil tadi marah sama Dira, Luna dan Nisa!" ucap Elang.
"Lain kali kalau dia berbuat seperti itu bisa di do," ucap Arkan.
"Ya, mungkin sudah kebiasaan kak!" kata Elang.
"Ayo kita makan dulu! aku sudah lapar!" ajak Arkan.
Mereka berdua lalu menuju ke ruang makan, bunda Sinta sudah menyiapkan semua di meja makan, lalu mereka makan bersama.
###
Di kediaman Dira, saat ini Dira dan mamah Meri sedang berkumpul di ruang keluarga.
"Dira, papah kamu tadi telepon, dia bertanya apa kamu masih berkerja," kata mamah Meri.
"Lalu mamah jawab apa?" tanya Dira, sedikit khawatir tidak di perbolehkan untuk berkerja.
"Iya, mamah jawab masih! berbohong dengan keluarga tidak baik!" ucap mamah Meri, tersenyum ke arah Dira.
"Papah marah tidak, mah?" tanya Dira lagi.
"Tidak, dia hanya khawatir kalau kamu kerja pulang malam!" ucap mamah Meri.
"Mah, apa Dira masih boleh berkerja?" tanya Dira.
"Dira, lebih baik kamu berhenti berkerja," ucap Mamah Meri.
"Tetapi, Dira tidak punya kesibukan, mah!" ucap Dira.
"Kamu bisa bantuin mamah di butik!" ucap mamah Meri.
"Dari pada bikin khawatir mamah sama papah lebih baik Dira keluar kerja!" ucap Dira.
"Iya, itu lebih baik," kata mamah Meri.
"Besok Dira, pamit ke tempat pak Dhimas mah!" ucap Dira.
"Bagaimana kalau mereka tau, aku anak pemilik butik yang terkenal di kota ini, apa mereka masih mau menerima aku sebagai teman?" ucap Dira dalam hati.
Dira kelihatannya menyembunyikan sesuatu, teman siapa? Luna dan Nisa sudah tau dari dahulu kalau Dira adalah anak orang berada.
Mamah Meri lalu menyuruh Dira untuk beristirahat, karena waktu juga sudah malam.
###
Keesokan harinya Dira pergi ke cafe untuk berpamitan pada pak Dhimas, dan juga teman-teman kerjanya. Terutama Mimin teman kerja Dira di cafe yang paling akrab dengannya. Dira juga menyuruh Mimin untuk datang ke rumahnya kalau ada waktu.
"Pak, maafkan Dira! sepertinya Dira harus berhenti berkerja!" ucap Dira.
"Ada apa Dira?" tanya pak Dhimas.
"Papah sudah tidak mengizinkan Dira untuk berkerja!" jelas Dira.
"Tidak apa-apa, Dira! terimakasih sudah membantu saya selama ini!" ucap pak Dhimas.
"Justru Dira yang berterimakasih pada bapak, karena sudah memberikan Dira pekerjaan!" jelas Dira.
"Ini gaji kamu bulan ini!" ucap pak Dhimas, memberikan sebuah amplop berisi gaji Dira.
"Terimakasih, pak! kalau begitu Dira pamit dulu!" kata Dira, lalu menjabat tangan pak Dhimas dan pergi ke dapur cafe untuk berpamitan pada teman-teman kerjanya.
Setelah dari cafe Dira pergi ke suatu tempat, tidak lupa dia membeli oleh-oleh terlebih dahulu. Dira pergi naik angkot, setelah sampai di tempat tujuan dia turun dari angkot lalu berjalan menelusuri sebuah gang kecil.
Dia berhenti dan masuk ke dalam rumah yang bertuliskan panti asuhan.
"Dira!" sapa seorang wanita paruh baya.
"Ibu, maaf Dira baru sempat berkunjung sekarang!" ucap Dira, lalu menjabat tangan dan mencium punggung tangan wanita itu.
"Ayo, masuk! kita bicara di dalam!" ajak wanita itu, dia adalah bu Mia pengasuh panti asuhan.
Dira lalu masuk dan memberikan oleh-oleh yang dia bawa ke ibu Mia. Ibu Mia mengucapkan terimakasih kepada Dira, Dira biasanya berkunjung ke panti ini seminggu sekali dengan membawa makanan dan uang. Itu salah satu alasan mengapa Dira berkerja.
"Bagaimana kabar anak-anak, bu?" tanya Dira.
"Alhamdulillah mereka sehat semua!" ucap bu Mia, tersenyum ke arah Dira.
Dira sangat senang mendengar keadaan anak-anak yang sehat.
"Dira!" sapa Elin, salah satu anak panti yang seumuran dengan Dira. Elin juga sudah berkerja di sebuah toko yang tidak jauh dari cafe tempat Dira berkerja.
"Elin, kamu apa kabar?" tanya Dira.
"Aku baik, Dira! kamu bagaimana?" tanya Elin balik.
"Seperti yang kamu lihat! kebetulan ada yang ingin aku bicarakan, Elin!" ucap Dira, dengan wajah sedihnya.
"Ibu lihat anak-anak dulu ya! kalian silahkan ngobrol!" ucap Ibu Mia lalu meninggalkan Dira dan Elin.
"Iya, bu!" jawab mereka berdua.
"Dira, tadi kamu mau bicara soal apa?" tanya Elin.
"Apa kamu masih mau berteman dengan aku?" tanya Dira, membuat Elin terkejut.
"Maksudnya apa, Dira?" tanya Elin, heran tiba-tiba Dira bilang seperti itu.
"Sebenarnya aku.... ucapan Dira terpotong, ada yang memanggilnya.
"Kakak Dira, kapan datang?" tanya seorang anak kecil.
"Baru saja," jawab Dira, sambil mencubit gemas pipi anak kecil tadi.
"Maaf, Tita lari kesini!" ucap Ibu Mia, lalu mengendong anak kecil itu dan membawanya pergi.
Dira dan Elin tersenyum, melihat tingkah anak kecil yang lucu dan mengemaskan.
Elin berpamitan pada Dira jika dirinya sedang bekerja, sehingga Dira tidak harus membicarakan kedatangannya.
🌹🌹🌹🌹
Terimakasih buat yang sudah membaca 🤗 bab ini adalah bab yang paling spesial, karena sudah nulis hampir 1000 kata salah pencet jadi terhapus dan mengulang kembali 🤧🤧 Akhirnya selesai juga😭🤗🤗
baik benar jadi teman❣️❣️❣️❣️
masih z suka menyalahkan orang lain 🙄🙄🙄🙄