Perjalanan takdir siapa yang tahu. Itulah yang tengah di rasakan oleh Alula, seorang remaja polos berusia 18 tahun yang harus mengalami penderitaan karena terjebak di sebuah hotel bersama seorang pria asing yang tengah mabuk dan hamil anak orang tersebut lalu di usir oleh ibu tirinya karena di tuduh membawa aib, belum lagi ia harus putus sekolah karena tidak mau membuat sekolah nya malu akan kelakuan nya yang hamil di luar nikah.
Namun, Siapa sangka sebulan kemudian tiba-tiba ia di bawa paksa oleh beberapa orang berpakaian hitam dan terbangun sebuah kamar mewah bernuansa hitam dan mendapatkan keberadaan seseorang yang telah merenggut harta berharga yang ia jaga selama ini dan berkata akan membahagiakan dirinya dan anak yang ia kandung. Seseorang tersebut bernama ' Nathan darendra Alexander' .
Gimana kelanjutannya? jangan lupa baca, like komen and vote sayang
⚠️ cerita ini asli dari pemikiran sendiri ⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wdy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps 19
Alula mengerjabkan mata nya ketika sinar matahari menyorot dirinya. Ia bangkit dari tidurnya dan bersandar di kepala brankar. Mata nya menyorot Nathan yang sedang tidur meringkuk di atas sofa, sepertinya ia kedinginan.
Lula turun dari brankar seraya membawa selimut. Ia menyelimuti tubuh Nathan yang sedikit menggigil karena kedinginan sampai batas leher. Alula berjongkok di samping Nathan dan mengusap pipi nya dengan lembut. Ia jadi merasa bersalah terhadap suami nya ini, karena ingin menjaganya ia jadi kedinginan begini.
" Kasihan Pasti dingin. " Ucap nya lirih.
Tidur Nathan sedikit terusik karena usapan lembut di pipi nya. Ia membuka matanya sedikit, ketika mendengar suara lirih di dekat nya. Ia menahan senyum ketika melihat Alula mengusap lembut pipi nya. rasa nya jantung nya berdetak dengan kencang merasakan sapuan lembut dari ibu hamil tersebut.
Alula yang belum menyadari kalau Nathan sudah bangun, terus menerus mengusap pipi Nathan berharap rasa dingin itu akan hilang.
Grepp.
Alula tersentak ketika tangan nya di cengkram lembut oleh tangan kekar Nathan. " kamu Uda bangun?. Dari kapan?." Tanya Alula yang masih terkejut.
Nathan tersenyum lalu mencoba duduk dan menyingkap sedikit selimut yang mungkin Alula yang meletakkan nya.
" jam berapa sekarang?. " Bukannya menjawab pertanyaan Alula, Nathan malah kembali bertanya.
Alula mendongak menatap jam yang terpampang di dinding yang menunjukkan pukul 07.00 pagi. " Jam tujuh. " Sahut nya seraya menatap Nathan.
" kamu ngapain jongkok gitu nanti anak kita kegencet. " Seakan sadar apa yang ia lakukan membahayakan sang anak, Alula langsung bangkit dan duduk di samping Nathan.
" Maaf. "
Nathan mengelus puncak kepala Alula. " Gak papa. Lain kali hati-hati yah. "
Alula mengangguk lalu kepalanya ia sandarkan di pundak Nathan. " Kapan kita pulang?. " Tanya Alula yang saat ini sedang memainkan jari tangan Nathan.
Nathan menunduk menatap Alula. " Besok. " Sahut nya singkat.
Alula langsung mendongak. " kok besok. Hari ini aku ada kuis sama ibu Jesi. "
" Hari ini kamu libur dulu belajar nya karena kondisi kamu masih lemah Al. " Ucap nya mencoba memberi pengertian.
Alula menunduk lesu. " Yah padahal aku Uda hapalin materi untuk kuis hari ini. "
Nathan mengusap lembut kepala Alula. " Besok kan bisa. Hari ini kamu harus istirahat kasian dede nya. ".
Alula mengangguk lalu tangannya mengelus lembut perut nya. Seharusnya ia tidak boleh egois karena saat ini ia tidak sendirian.
Nathan tersenyum lembut dan ikut mengelus lembut perut Alula.
...****...
Alula mengerucutkan bibirnya kesal. Bagaimana tidak kesal, Tadi ia meminta seblak pedas level 5 dan malah di belikan seblak yang tidak ada pedas nya sama sekali. padahal ini kan juga keinginan anak nya.
" jangan cemberut gitu. Ini masih rasa seblak kok. " bujuk Nathan yang saat ini sedang duduk disampingnya.
" gak mau!. " Alula membuang wajahnya ke samping. Ia sangat kesal dengan Nathan. p
Nathan menghela nafas nya. " Al kamu tahu kondisi kamu gimana. kamu gak boleh makan makanan yang yang pedes-pedes gitu. "
Alula mencebik kan bibir kebawah, matanya berkaca-kaca siap untuk menangis. " A-aku cu-cuma minta itu aja hiks ta-tapi kamu hiks marah. " Ucap nya terbata-bata.
Nathan mencoba meredam emosi nya. percayalah Nathan adalah orang yang handal menjaga emosi, namun sekarang entah mengapa emosi seakan ingin memuncak begitu saja.
" jadi ini mau kamu makan atau enggak?!. " Ucap nya terkesan dingin dan datar dengan nada penuh penekanan.
Alula hanya terisak. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan Nathan. Mood nya saat ini sedang tidak baik-baik saja. Dan juga ia tidak memperdulikan nada suami nya yang berubah. Bumil satu ini seperti nya sedang masa sensitif.
Brukk.
Nathan melemparkan plastik yang berisi seblak tersebut ke dalam tempat sampah yang di ujung ruangan. Untung lemparan nya tepat sasaran.
Alula tersentak kecil. Ia melirik Nathan yang Masih menampilkan wajah datar dan dingin nya. Ia sedikit takut melihat wajah Nathan yang menahan amarah.
" Terserah kamu mau apa, saya capek. " Nathan bangkit dari duduk nya dan melangkah pergi keluar dan tak lupa menutup pintu ruang rawat dengan sedikit kencang.
Alula terisak kuat melihat Nathan pergi. Ia membaringkan tubuhnya menghadap jendela dan terus menangis. Ia takut Nathan marah dan meninggalkan nya saat ini. Ia akui ia sedikit kekanakan tadi, namun itu bukan mau nya. Hormon kehamilan lah yang membuat nya seperti itu.
...****...
Nathan menghela nafas nya. Sudah berjam-jam ia meninggalkan Alula. Sekarang sudah menunjukkan pukul lima sore. Setelah pergi dari ruangan Alula, Nathan pergi menuju kantor nya untuk mengurusi beberapa masalah yang ada.
Sebenarnya ia tidak ingin berbuat seperti tadi kepada Alula, Namun emosi nya tidak bisa ia tahan tadi karena sebelum itu Nathan mendapat kabar bahwa ada penggelapan dana di perusahaan nya membuat emosi nya memuncak. Ia paling tidak suka ada yang berbuat curang di perusahaan.
Tok tok tok.
" masuk. "
Bagas masuk ke dalam ruangan Nathan seraya membawa beberapa dokumen di tangan nya.
" ini daftar orang-orang yang patut di curigai. " Bagas memberikan dokumen tersebut kepada Nathan yang langsung di baca Nathan satu persatu.
Nathan tersenyum smirk. Ia tidak menyangka orang-orang bodoh ini bisa-bisa nya bermain-main dengan nya.
" Kumpulan mereka besok di ruang rapat. Saya akan pulang sekarang. " Ucap nya membanting dokumen tersebut di meja.
Bagas mengangguk lalu mata nya mengikuti pergerakan Nathan yang memasang jas nya. " Lula masih di rawat?. " Tanya Bagas.
Nathan hanya mengangguk lalu ia mengambil ponsel nya di dalam meja. " Gue pergi dulu. " Nathan beranjak pergi keluar untuk kembali ke rumah sakit yang pasti nya saat ini Alula sedang menunggu nya.
Sesampainya di depan ruangan Alula, Nathan membuka perlahan pintu tersebut. Ia masuk ke dalam dan melihat Alula yang tengah terlelap menghadap jendela.
Nathan melangkahkan kakinya mendekati Alula. Ia berjongkok tepat di hadapan Alula. Nathan menatap sendu wajah sembab Alula yang sehabis menangis itu. seharusnya ia tidak boleh terbawa emosi karena masalah kantor nya, lihat sekarang, ia menyakiti wanita yang sedang mengandung anak nya itu. Ia mengusap pelan bawah mata Alula, sangat pelan karena ia takut membangunkan tidur istri nya yang nampak lelah tersebut.
" Maaf. " Ucap nya lirih seraya mengecup kening, kedua mata Alula dan terakhir di bibir, ia mengecup lembut permukaan tersebut sedikit lama lalu kembali menegakkan tubuhnya.
Nathan berjalan keluar untuk mencari makan, karena sedari pagi ia belum mengonsumsi makanan apapun sebab masalah nya dengan Alula dan masalah di kantor nya yang membuat ia pusing dan sampai melupakan makan nya. perut nya saja sudah berbunyi sedari tadi.
BERSAMBUNG...
JANGAN LUPA LIKE KOMEN AND VOTE READERS.....