Anak Genius : First Night With CEO

"Pesawatnya tak akan terbang, karena aku yang menahannya!" Tiba-tiba Gavin sudah berada di belakang Ellea dan Daniel.

DEG. Jantung Ellea berdebar hebat. Ia mengenal suara berat di belakangnya.

Sontak saja Daniel dan Ellea berbalik, "K-kau! K-kenapa kau bisa ada disini?" mata Ellea melotot saking kagetnya.

Daniel terlihat senang, "Uncle? Kenapa kau bisa ada di sini, Uncle?"

"Ellea, jangan lari lagi, karena aku bisa menemukanmu. Dengarkan aku, akan kukejar ke mana pun kau pergi ... walau ..., ke ujung dunia sekali pun!" Ucapan Gavin benar-benar nyata.

Oh Tuhan ... kenapa pria ini selalu saja menemukanku? Aku ingin sekali menghindar darinya. Aku tak ingin dia menggangguku dan Daniel. Tapi, kenapa lagi-lagi dia menemukanku? Aku harus apa dan bagaimana, Tuhan? Batin Ellea dengan tangan dan kaki yang gemetar karena kaget.

"Uncle, kenapa Uncle bisa ada di sini?" tanya Daniel polos.

"Karena aku merindukanmu!" mata Gavin refleks berkaca-kaca ketika menatap Daniel.

"Uncle merindukanku? Kau laki-laki, Uncle! Aku pun laki-laki, kau tak boleh merindukan sesama laki-laki. Apa Uncle merindukan Mommy? Uncle ingin bertemu Mommy? Iya?" Daniel begitu polos.

"Astaga, Daniel. Jaga ucapanmu!" Ellea kesal.

"Jangan memarahinya, dia tak salah. Bandara ini tidak akan berfungsi, Daniel ... apa kau ingin makan burger dan steak? Aku akan membelikan burger yang paling enak untukmu!" Gavin merayu Daniel.

"Wah, tentu saja aku ingin, Uncle. Di mana aku bisa mendapatkan makanan enak itu?"

"Daniel!" Ellea mencegah Daniel untuk sok akrab dengan Gavin.

"Ellea, kau keterlaluan! Come here, boy! Ayo, ikutlah bersamaku! Kita makan enak sekarang." Gavin mengulurkan tangannya.

Daniel sedikit ragu, karena ia melihat Ellea seperti tak suka melihat kedatangan Gavin. Ellea tak menunjukkan wajah ramahnya pada Gavin. Namun, di sisi lain Daniel sangat tergiur dengan ajakan Gavin. Daniel mencoba untuk mencairkan hati Ellea, agar sang Mommy mau bersahabat dengan Gavin.

"Mommy ... aku ingin burger dan steak! Bolehkah aku ikut dengan Uncle?"

Ellea terdiam.

"Mommy ...,"

Gavin mendekat, ia ikut duduk di kursi tunggu bandara. Gavin tahu, jika Ellea ingin menghindarinya. Gavin bisa merasakan perasaan tak nyaman Ellea karena kehadirannya. Tapi, Gavin tak akan tinggal diam Perjuangannya mencari Ellea bukanlah hal yang mudah. Gavin benar-benar kelelahan sampai ia melupakan makan siangnya.

"Ellea, aku ingin berbicara pada Daniel. Aku juga ingin berbicara empat mata denganmu. Sudahlah, tak perlu menghindar, aku hanya ingin dekat dengan Daniel, juga denganmu ..." ucapan Gavin begitu tulus dan hangat.

Hati Ellea bereaksi mendengar ucapan Gavin yang begitu tulus. Ia menghindar tentu saja memiliki alasan, tapi Gavin pun ternyata punya tekad yang kuat untuk menemukannya kembali. Ellea menatap Gavin, walau Ellea kesal, tapi tak dapat dipungkiri kehadiran Gavin membuatnya sedikit bersimpati.

Ellea beranjak dari duduknya, "Baiklah, kita perlu berbicara empat mata. Kuberi kau waktu satu jam bersama Daniel."

"Yeayyyy, Mommy mengizinkan aku makan siang bersama Uncle?" Daniel senang.

"Satu jam? Kenapa tak selamanya, Ellea?" Gavin melihat Ellea yang berlalu.

"Uncle, ayo kita makan burger dan steak yang enak!" Daniel sudah tak sabar.

Ellea dan Daniel berjalan lebih dulu. Namun Gavin heran, dua koper milik Ellea dan Daniel, ditinggalkan begitu saja oleh Ellea. What happened, Ellea? Ia tak menyadari bahwa kopernya tertinggal. Mungkinkah harus Gavin yang membawanya? Ia celingukan, mencari keberadaan Aaron dan pengawal tak kasat matanya.

Mereka tak ada, mereka bahkan tak terlihat sedikitpun. Terpaksa ... sungguh terpaksa, Gavin membawa dua koper milik Ellea dan Daniel. Dalam hatinya, Ellea tertawa puas karena bisa mengerjai Gavin untuk membawakan kopernya. Akhirnya, mereka berhenti di sebuah restoran cepat saji di sekitar Bandara.

Gavin yang sudah kelelahan, semakin lelah karena membawa dua koper berat milik Ellea dan Daniel. Sesampainya di restoran, Gavin segera menjatuhkan tubuhnya ke sofa restoran. Kebetulan ada sofa yang kosong, jadi Gavin bisa merebahkan tubuhnya yang kelelahan.

"Apa isi dalam koper itu? Batu? Kenapa berat sekali!" Gerutu Gavin.

"Membawa koper saja kau sudah keberatan, bagaimana membawa tanggung jawab!" Sindir Ellea.

"Bukan begitu maksudku, koperku tak pernah seberat itu! Baru kali ini aku membawa koper yang beratnya seperti puluhan kilo gram!" keluh Gavin lagi.

"Pantas saja, karena orang kaya sepertimu hanya bisa menyuruh orang lain!"

"Mommy, sudah ... kenapa memarahi Uncle terus? Uncle kan baik hati, dia mau membelikan aku burger dan steak!" rayu Daniel.

"Ah, terserahlah!"

Hanya bisa memaki dan menggerutu Gavin. Ellea sesungguhnya tak nyaman. Ia ingin lari dari pria itu. Bukan tanpa alasan, jika menatap wajah Gavin, bayangan demi bayangan saat mereka bercinta dulu selalu teringat di kepala Ellea. Ia dalam keadaan sadar, ia bisa mengingat betapa bergairahnya malam itu.

Malam yang memalukan, hal yang tak pernah Ellea bayangkan akan tidur dengan seorang CEO yang arogan dan menyebalkan seperti Gavin. Ia tak menyesali semua itu, ia justru bahagia memiliki Daniel dalam kehidupannya. Namun, melihat Gavin kini ada di sampingnya ... Ellea sangat takut, ia ketakutan.

Gavin bukan orang sembarangan. Apalagi ia tahu, Daniel adalah anaknya. Ellea tak ingin Gavin ikut campur urusannya dengan Daniel, karena Ellea juga tak ingin merusak kehidupan Gavin. Mendengar ucapan Eric, bahwa Gavin akan segera menikah. Tentu saja, Ellea tak ingin dirinya dan Daniel jadi penghancur hubungan Gavin dan calon istrinya.

Kini, masalahnya adalah ... saat Ellea hendak menjauh dan melarikan diri, sialnya Gavin selalu saja menemukannya. Ellea tak punya apa-apa, jika dibandingkan dengan Gavin, yang mampu melakukan semua apa yang diinginkannya. Untuk menghindar pun, selalu saja usaha Ellea gagal.

Saat ini, Gavin tengah memandangi Daniel yang sedang fokus makan. Melihat Daniel makan dengan sehat, dan ceria seperti itu, membuat Gavin sangat merasa berdosa. Entah mengapa, ia tak mampu mengatakan bahwa ia adalah Daddynya. Masih belum siap, dan dirundung rasa bersalah yang begitu dalam.

"Ellea, aku ingin berbicara denganmu." Ucap Gavin tiba-tiba.

"Katakan saja." Jawab Ellea polos.

"Tanpa Daniel mendengar," Gavin menatap Daniel yang tengah asyik makan.

"Lalu di mana?"

"Ikutlah ke apartemenku, tak jauh dari Bandara ini." Pinta Gavin.

"Aku tak ingin."

"Kita harus meluruskan semuanya, Ellea." Gavin terus memohon.

Ellea berpikir keras. Ia memang belum menuntaskan pembicaraannya dengan Gavin. Tempo hari, obrolan mereka terputus karena sekretaris Gavin berkata bahwa Cellyn datang. Sejujurnya, Ellea ingin mengatakan agar Gavin hidup dengan tenang, dan tak terbebani dengan kehadiran Daniel, karena sesungguhnya Daniel adalah tanggung jawab Ellea pribadi, dan Ellea tak ingin Gavin ikut campur.

Ellea ... aku akan mengaku pada Daniel, bahwa aku adalah Daddy-nya. Aku juga akan mengakui kalian, sebagai bagian dari hidupku. Aku tak mungkin mengatakan semua itu di sini, karena aku ingin mengatakan di tempat yang semestinya aku katakan. Aku akan meluruskan semuanya, agar Daniel dan kau, ada dalam kehidupanku. Aku memang belum mencintai Ellea, aku tak mengenal Ellea. Tapi, ada Daniel yang membuat aku terikat dengan Ellea. Jika aku mengambil Daniel, tak mungkin aku membiarkanmu. Batin Gavin sembari menatap Ellea.

"Kuharap tak lama, dan itu hanya sebentar." Pinta Ellea.

"Baik, terima kasih kau telah mengizinkan." Gavin begitu bahagia.

Tak lama, selang obrolan hangat itu, tiba-tiba ponsel Gavin berdering. Aaron ternyata memanggilnya. Gavin pun segera mengangkat telepon Aaron, ingin rasanya Gavin memaki Aaron, karena saat dirinya membawa koper Ellea, Aaron tak menampakkan batang hidungnya sama sekali.

"Apa? Di mana, Kau?" sahut Gavin secepat kilat.

"Bos, gawat. Keluarga Santika akan datang ke rumah besar untuk makan malam bersama ketua. Mereka akan datang malam ini," suara Aaron terdengar khawatir.

"Ya sudah, biarkan saja."

"Bukan begitu masalahnya, Bos. Keluarga Santika akan datang bersama Cellyn, dan sepertinya mereka akan membahas hari pernikahanmu!" Ucap Aaron gugup.

Deg. Gavin sedikit kaget. Ia menatap Ellea dan Daniel yang tengah asyik makan bersama. Hal itu tak mungkin terjadi, karena sekarang Gavin akan berbicara serius pada Ellea. Tapi, semua keinginannya tak mudah, karena ada Cellyn yang membuatnya muak. Gavin pun tak membuat Ellea curiga, ia mengatakan sesuatu yang mencengangkan pada Aaron.

"Aku sibuk, katakan pada mereka aku tak bisa hadir dan tak menyetujui apapun yang terjadi!"

Tut, tut, tut ... ponsel pun dimatikan. Gavin tak ingin ada yang mengganggunya. Baginya, Daniel lebih penting dari apapun yang ada di dunia ini, sekalipun itu kekayaan dan perusahaannya.

*Bersambung*