Luna Evelyn, gadis malang yang tidak diinginkan ayah kandungnya sendiri karena sang ayah memiliki anak dari wanita lain selain ibunya, membuat Luna menjadi gadis broken home.
Sejak memutuskan pergi dari rumah keluarga Sucipto, Luna harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga suatu malam ia bertemu dengan Arkana Wijaya, seorang pengusaha muda terkaya, pemilik perusahaan Arkanata Dinasty Corp.
Bukannya membaik, Arkana justru membuat Luna semakin terjatuh dalam jurang kegelapan. Tidak hanya menginjak harga dirinya, pria itu bahkan menjerat Luna dalam ikatan rumit yang ia ciptakan, sehingga membuat hidup Luna semakin kelam dan menyedihkan.
"Dua puluh milyar! Jumlah itu adalah hargamu yang terakhir kalinya, Luna."
-Arkana Wijaya-
Bagaimana Luna melewati kehidupan kelamnya? Dan apakah ia akan berhasil membalas dendam kepada keluarga Sucipto atau semakin tenggelam dalam kegelapan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Salah Besar, Tuan
Beberapa hari kemudian...
Ponsel Luna berbunyi. Gadis itu mengambil benda pipih tersebut dari tasnya dan memperhatikan nama yang tertera di sana.
Radika.
Terakhir kali bertemu dengannya adalah di perusahaan Arkana. Luna tidak lagi membalas pesan Radika karena ia malas berurusan lagi dengan Arkana Wijaya.
Karena tidak kunjung diangkat, Radika pun mengirimkan pesan kepadanya.
[Luna, apa aku salah padamu? Kenapa aku merasa kau sedang menghindari ku?]
Luna pun membalas pesan Radika.
[Tidak Dik, aku hanya sedang sibuk mencari tempat magang yang baru]
[Baiklah, bagaimana jika nanti malam kita bertemu?]
Luna terdiam sejenak, ia ingin menolak, tetapi ia sudah melakukannya beberapa hari ini. Radika adalah pria yang baik, sepertinya tidak enak jika terus mengabaikannya hanya karena Arkana.
Luna pun mengiyakan ajakan Radika untuk bertemu.
Hingga malam telah datang, Radika menjemput Luna di apartemennya, hanya di lobi. Pria itu menunggu hingga akhirnya Luna keluar dari lift dengan penampilan anggunnya.
Sejenak Radika terpana, beberapa detik berikutnya ia pun menghampiri Luna.
"Mau kemana kita hari ini?" tanya Radika.
"Makan malam bagaimana?"
"Boleh, aku akan membawamu makan di restoran bintang lima yang terkenal di kota ini."
"Kau serius?" tanya Luna.
"Tentu nona, untuk wanita secantik kamu, aku akan melakukan yang terbaik," ucap Radika.
Luna pun tersenyum dan menepuk pelan bahu Radika.
"Gombalan mu kurang oke."
"Hahahaha, sepertinya aku harus banyak belajar ya?" sahut Radika tersenyum.
Luna mengangguk kemudian Radika pun menggandeng tangannya untuk segera pergi dari sana.
...----------------...
Beberapa puluh menit berlalu, Luna dan Radika telah tiba di Carne Ristorante restoran, tempat makanan western yang banyak menyediakan aneka steak dan juga pasta.
Tanpa mereka tahu, bahwa di sana telah duduk sepasang kekasih yang sedang menikmati makanannya.
"Kak, lihat. Itu bukannya Kak Luna Ya?" ucap Maya pada Arkana seraya menunjuk Luna dan Radika yang baru saja tiba.
Arkana menoleh. Ia melihat Luna yang tampil dengan gaya berbeda dari biasanya. Terlihat anggun dan manis, tidak bar-bar seperti saat bersama dengannya.
Radika menarik kursi dan mempersilahkan Luna untuk duduk. Pria itu tersenyum hangat kala Luna menduduki kursi tersebut.
"Itu lelaki yang waktu itu. Apa dia memang kekasih Luna? Kenapa Luna menjalin hubungan dengan pria yang lebih muda sih? Apa jangan-jangan Luna telah menghabiskan malam dengan pemuda itu?" tutur Maya panjang lebar.
Wajah Arkana pun berubah muram. Tangan yang sedang mengiris daging seketika berhenti. Matanya terpaku pada sosok wanita yang pernah memiliki transaksi kotor dengannya selama setahun itu.
"Ah memang ya, Kak Luna dari dulu nggak berubah. Dia senang sekali berganti-ganti pacar, nggak tahu berapa banyak yang sudah tidur dengannya," ucap Maya sambil memakan pastanya.
"Apa?"
"Ya, ibuku bilang begitu," sahut Maya.
Arkana terdiam. Matanya kembali menatap Luna dan Radika yang tak jauh darinya.
"Dari dulu Kak Luna susah sekali diatur. Hidupnya bebas, bergaul dengan pria manapun yang ia sukai. Mungkin dia sudah ketagihan dengan hubungan seperti itu bersama pria, jadi semakin hari Kak Luna akan mencari yang lebih muda untuk menjadi partner ranjangnya."
Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras garpu yang berbenturan dengan piring. Arkana menghentikan makannya dan meletakkan garpu dengan kasar.
"Aku ke toilet dulu," ucap Arkana lalu ia pun beranjak dari duduknya.
Matanya menatap Luna sejenak sebelum akhirnya ia benar-benar pergi dari sana.
Di dalam kamar mandi, Arkana terdiam di depan cermin. Ia tidak mengerti mengapa hatinya begitu terusik.
Beberapa detik berikutnya ia pun membasuh wajah dengan air pada wastafel. Ia berusaha meredam amarah yang sedang bergejolak di hatinya.
Setelah puas melakukan hal tersebut, Arkana pun keluar dari toilet. Tanpa sengaja matanya melihat Luna yang juga baru keluar dari toilet wanita. Kebetulan toilet wanita dan pria letaknya bersebelahan.
Arkana merasa darahnya berdesir panas. Ia segera menghampiri Luna dan menarik tangannya menjauh dari sana.
Luna tercekat. Ia menatap pria yang kini sedang membawanya dengan paksa.
"Arkana?!"
Pria itu tidak bicara, hanya rahangnya yang mengeras serta tatapan dingin menusuk relung hati siapapun yang melihatnya.
Arkana membawa Luna ke satu ruangan kosong di balik exit room. Tangga darurat dimana tidak ada seorang pun yang akan masuk ke sana.
"Arkana, apa-apaan sih?" sentak Luna.
Pria itu pun melempar tubuh Luna dengan kasar hingga membentur dinding.
"Awww.."
"Gadis jalang! Sudah aku peringatkan agar tidak mendekati Dika! Tapi ternyata kamu tidak mendengarkannya ya?" teriak Arkana seraya mencengkram leher Luna.
"Kenapa kau begitu marah hah? Kau katakan saja pada keponakan mu untuk tidak menghubungiku!"
Arkana tersenyum tipis. "Dia tidak akan menghubungimu jika kau tidak menggodanya, Luna!"
"Brengsek! Lepasin aku!"
"Dengar ucapanku, jangan pernah menggoda Radika. Bukankah kamu hanya menyukai uang?? Aku bisa berikan berapapun yang kamu mau asal kamu meninggalkan Dika."
Luna pun tersenyum mengejek.
"Arkana Wijaya, kamu pikir semua yang aku lakukan itu karena uang?"
Arkana terkejut mendengarnya. Ia mendelik menatap Luna tak menentu.
"Radika adalah pria yang baik, muda dan tampan. Kamu pikir aku berada di sisinya karena uang seperti saat aku bersama kamu?" sahut Luna tersenyum mengejek.
"Apa??"
"Nggak semua hubungan aku bangun karena uang, Arkana! Kau harusnya mengerti, mengapa wanita yang ada di sekitar mu hanya membutuhkan uangmu?"
"Pernahkah kau berpikir bahwa ada seorang wanita yang menerima semua kekuranganmu tanpa membahas transaksi soal uang denganmu?"
"Atau pernahkah kamu merasa dibutuhkan oleh seseorang bukan soal uang, tetapi butuh apa yang ada di dalam dirimu. Pernahkah kau berpikir begitu?"
Arkana pun terdiam, merasa tertegun dengan ucapan Luna. Selama ini tak pernah ada seorang pun di sisinya yang membutuhkan dirinya kecuali uang. Bahkan termasuk Luna.
Ia pun melepaskan cengkraman di leher Luna dengan perlahan. Tatapan matanya menjadi rumit.
"Kamu lihat pasangan di luar sana, termasuk aku dan Radika. Dibandingin dengan bersama kamu, pria matang berusia 36 tahun yang selalu memberiku uang tanpa bertanya keinginanku apa, tapi Radika, tanpa bertanya dia bahkan bisa memberi apa yang aku butuhkan. Dia kasih aku kehangatan yang nggak aku dapat dari kamu."
"Kamu pikir aku butuh uang berada di sisinya? Kamu salah besar, Tuan!"
Arkana terhenyak. Ia pun mengeratkan rahangnya. Ia berusaha sangat keras untuk menahan amarah dan gejolak di hatinya terhadap wanita di hadapannya.
"Apa kalian sudah tidur bersama?" tanya nya dengan suara yang serak.
tekan kan juga sama arka kalau dia tidak boleh menikahkan maya selama kamu di sisi nya atau sampai kamu lulus kuliah...
dan buat Arkana mengejarmu sampe tergila2.