NovelToon NovelToon
Perjodohan Tidak Sesuai Naskah

Perjodohan Tidak Sesuai Naskah

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:634
Nilai: 5
Nama Author: Romanova

Yue menerima perjodohan itu dengan satu kata singkat. "Ya."

Bukan karena cinta, jauh dari itu. Dia hanya berpikir hidupnya akan seperti kisah di film atau novel yang sering dia tonton, klasik, klise, dan penuh drama. Seorang pria kaya raya yang dingin dan tak acuh, yang diam-diam mencintai wanita lain, dan hanya menikah karena tekanan keluarga. Lalu Yue akan menjalani hidup sebagai istri formal, tidak dicintai, tapi tetap hidup mewah. Simple.

Satu-satunya alasan Yue setuju hanyalah karena satu kata sakral, UANG. Dia realistis, bukan romantis. Tapi yang terjadi, sungguh berbeda.

Pria itu, Raymon Sanchez tidak sesuai skrip. Sejak hari pertama mereka bertemu, bukan tatapan datar yang dia terima, melainkan pandangan tajam seolah dia adalah teka-teki yang ingin dia pecahkan. Bukan sikap acuh, tapi perhatian yang menusuk hingga ke tulang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Romanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Apa ini semacam pengepungan?

"Bagaimana kabar-"

Belum sempat Gevan menyelesaikan ucapannya, suara langkah tergesa di belakangnya membuat Yue mengangkat alis.

"Gevan!"

Dan muncullah dua sosok wanita yang paling tidak ingin dia lihat hari ini atau mungkin selamanya.

Lili, si kekasih baru Gevan sekaligus sahabat masa kecil mereka dulu.

Si polos yang katanya selalu mengagumi hubungan Yue dan Gevan, sampai akhirnya mencuri Gevan dengan senyuman manis dan air mata palsunya. Dan satu lagi, Helena tentu saja siapa lagi!

Wanita yang bahkan tak punya hubungan langsung dengan cerita cinta masa lalu Yue, tapi selalu hadir membawa energi pahit dan sinis.

Helena, si penonton hidup orang lain yang tak pernah puas, dan Lili, si peran pendukung yang lupa diri.

"Bagus." gumam Yue nyaris tanpa suara, mata menyipit menahan kesal.

"Apakah ini semacam pengepungan atau apa?"

Lili langsung memeluk lengan Gevan, dengan gaya seolah dia tidak melihat Yue berdiri hanya beberapa meter di depan mereka.

"Sayang, kamu kok ninggalin aku? Oh! Yue ya? Lama tidak bertemu!" kata Lili.

Yue tersenyum, tajam. "Iya, sudah lama, kupikir kau sibuk menghancurkan hubungan orang lain lagi." sindirnya.

Lili tertawa kecil, palsu. "Ih, masih bercanda kayak dulu. Tapi lihat kamu sekarang, dewasa dan cantik. Wah, aura istri orang kaya banget deh." ucapnya.

Yue mengangguk pelan, membalas senyum itu dengan versi yang lebih mematikan.

"Dan kau, masih aura orang ketiga ya?"

Lili tercekat, tapi sebelum sempat membalas, Helena ikut maju.

"Oh come on, Yue. Harusnya kau sudah move on. Masih saja drama-drama. Toh sekarang kau punya semuanya, kan? Atau belum cukup?"

Yue menatap Helena sejenak, lalu menatap mereka satu-satu.

"Tahu tidak kenapa kalian selalu datang berkelompok?"

Lili dan Helena saling berpandangan.

"Karena sendirian kalian terlalu kecil untuk membuat aku goyah." lanjut Yue tenang. "Satu pencuri, satu pembenci. Lengkap, kalian bisa buat klub manusia tanpa otak."

Gevan menunduk, entah malu atau sekadar ingin lenyap dari tempat itu. Yue mengangkat kopinya, menyeruput sisa terakhir dengan santai.

"Tapi hari ini aku sedang murah hati, jadi kutinggal kalian dengan reputasi masing-masing." ucapnya.

Dia melangkah melewati mereka, tanpa menoleh, tanpa terburu-buru. Yue duduk di tangga darurat mall, membiarkan udara pengap dan tembok dingin menjadi satu-satunya yang menenangkannya sekarang.

Tas kerja tergeletak di samping, lututnya ditekuk, dagu bertumpu di atasnya. Nafasnya pendek-pendek, bukan karena lelah, tapi karena dadanya terasa sesak.

Sial.

Sakit hatinya kambuh, dia pikir sudah selesai.

Sudah dikubur dalam-dalam di bawah lapisan pernikahan mewah, rutinitas kantor, dan cumbuan Raymon yang terlalu mudah mengalihkan segalanya.

Tapi nyatanya, luka itu belum sembuh.

Bertemu Gevan, melihat Lili dan Helena lagi, semuanya seperti kunci pembuka kotak yang seharusnya tak lagi disentuh.

Mata Yue berkaca-kaca, tapi dia tak menangis.

Belum, masih bisa ditahan. Masih bisa diredam, seperti biasa. Tapi ingatan itu terlalu kuat.

Malam-malam saat Gevan tidak mengangkat teleponnya. Hari di mana dia tahu Lili mengisi waktu yang seharusnya jadi miliknya.

Tatapan orang-orang saat mereka tahu Yue ditinggalkan, bukan karena tak cukup baik, tapi karena yang lebih lembut dianggap lebih pantas.

"Kau terlalu kuat, Yue." kata Gevan, suatu hari.

"Kau membuatku merasa kecil." itu kata Gevan.

Dan sekarang, setelah bertahun-tahun, Yue masih di sini menyembunyikan diri, menahan tangis, sambil jadi istri pria yang lebih posesif daripada siapa pun yang pernah dia kenal.

Dia tertawa getir, air matanya akhirnya jatuh satu, pelan.

"Kuat, ya?" gumamnya pada dirinya sendiri. "Lucu sekali."

Yue memeluk lututnya lebih erat, membiarkan seluruh beban yang sejak tadi dia tahan runtuh begitu saja.

Isakannya mulai terdengar, pecah di antara dentingan logam tangga darurat dan gema ruang sempit di sekitarnya.

Tangis itu akhirnya lolos. Tangis yang selama ini dikurung dengan senyum, dengan keanggunan, dengan jawaban

"Aku baik-baik saja." setiap kali dunia menuntut ketegaran darinya.

Yue menangis. Bukan karena Gevan saja, tapi karena semua yang ikut tumbuh dari luka itu, rasa ditinggalkan, rasa tak cukup, rasa dicintai hanya jika dia menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain.

Bahkan orang tuanya sendiri melakukan hal yang sama, menuntut, membuatnya harus patuh dan mengubur dalam-dalam kebahagiannya sendiri demi kepentingan mereka.

Dia menangis karena dia lelah jadi kuat. Dan saat isakannya mulai melemah, dia melihatnya. Sepasang sepatu hitam mengilap, berdiri tegak di beberapa anak tangga di bawahnya.

Yue mendongak perlahan.

Matanya masih basah, hidungnya memerah, dan napasnya belum stabil.

Raymon berdiri di sana. Dengan kemeja biru tua yang kini agak kusut di bagian lengan, dasi dilepas, dan wajahnya.

Wajah itu tak menunjukkan marah, tidak juga dingin. Hanya tatapan kosong, tapi bukan kosong karena tak peduli. Kosong, karena menahan terlalu banyak reaksi sekaligus.

Yue membeku.

Tubuhnya masih di lantai, tangannya masih menggenggam lututnya, rapuh dan kacau.

Raymon menaiki dua anak tangga, lalu berjongkok di depannya, pelan-pelan.

Tanpa berkata apa pun, dia mengangkat tangannya dan menyentuh pipi Yue yang masih basah dengan air mata.

Sentuhannya bukan obsesi kali ini, bukan penguasaan dan bukan tekanan.

Hanya, keheningan yang mengerti.

"Siapa yang membuatmu seperti ini hm?" tanyanya akhirnya, suaranya pelan, dalam.

Yue tak menjawab, karena dia sendiri belum tahu.

Apakah jawaban itu Gevan, Lili, orang tuanya, dunia, atau Raymon sendiri.

Tbc

1
Syaquilla Mbull
author aku suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!