NovelToon NovelToon
If I Life Again

If I Life Again

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Mafia / CEO / Time Travel / Fantasi Wanita
Popularitas:807
Nilai: 5
Nama Author: Ws. Glo

Apakah kamu pernah mengalami hal terburuk hingga membuatmu ingin sekali memutar-balik waktu? Jika kamu diberikan kesempatan kedua untuk hidup kembali di masa lalu setelah sempat di sapa oleh maut, apa yang akan kamu lakukan terlebih dahulu?

Wislay Antika sangat mengidolakan Gustro anggota boy band terkenal di negaranya, bernama BLUE. Moment dimana ia akhirnya bisa datang ke konser idolanya tersebut setelah mati-matian menabung, ternyata menjadi hari yang paling membuatnya hancur.

Wislay mendapat kabar bahwa ibunya yang berada di kampung halaman, tiba-tiba meninggal dunia. Sementara di hari yang sama, konser BLUE mendadak dibatalkan karena Gustro mengalami kecelakaan tragis di perjalanan saat menuju tempat konser dilaksanakan, hingga ia pun meregang nyawanya!

Wislay yang dihantam bertubi-tubi oleh kabar mencengangkan itu pun, memilih untuk mengakhiri hidup dengan melompat dari gedung. Namun yang terjadi justru diluar dugaannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ws. Glo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

IILA 17

Beberapa waktu sebelumnya... di Three Entertainment.

Gedung megah berlantai tiga belas itu berdiri angkuh di pusat kota, dipenuhi para pemuda dan pemudi penuh impian. Di salah satu lantai tertinggi, tepatnya di ruang direksi tim perekrutan, seorang pria berkacamata tampak berlari tergesa-gesa, membawa setumpuk berkas yang hampir terlepas dari pelukannya. Nafasnya memburu saat ia mendorong pintu ruangan Mr. Han, sosok berpengaruh yang terkenal sebagai kepala perekrut idol di agensi tersebut.

"Tuan Han! Ini darurat!" seru pria itu sembari meletakkan berkas di atas meja.

Mr. Han yang semula tengah menyeruput kopi, menghentikan gerakannya. Ia memicingkan mata, lalu mengambil berkas tersebut dan mulai membacanya perlahan. Matanya menyipit ketika menemukan satu nama yang membuatnya terkejut seketika.

“Gustro Velgrant…?” gumamnya lirih, lalu mendongak. “Kau yakin dengan ini?”

“Data itu sudah diverifikasi tiga kali, Tuan. Ia adalah anak kandung dari Edward Velgrant, presiden Velgrant Corp. Tapi ia tidak menggunakan nama keluarganya dalam formulir pendaftaran. Sepertinya ia ingin identitas aslinya tidak diketahui.”

Mr. Han terdiam. Ia menelusuri lembaran portofolio itu dan semuanya menunjukkan potensi luar biasa. Bukan hanya dari tampilan fisik yang karismatik, namun kemampuan vokal, rap, serta visual-nya nyaris sempurna.

Senyum perlahan merekah di wajah Mr. Han. Namun bukan senyum kebahagiaan, melainkan senyum licik penuh perhitungan.

“Ini… adalah kesempatan langka,” bisiknya. “Jika aku berhasil merekrut putra dari Edward Velgrant ke dalam agensi ini, maka Three Entertainment akan melesat.”

Ia lantas mengambil jasnya dan meninggalkan kantor, memutuskan untuk menyambangi kantor Velgrant Corp pada hari berikutnya untuk bertemu langsung dengan sang ayah.

Kini, kembali ke ruang presiden utama Velgrant Corp.

Negosiasi antara dua pria kuat itu telah berlangsung panjang. Mr. Han telah menyampaikan maksudnya—ia ingin menjadikan Gustro sebagai trainee prioritas dengan Velgrant Crop sebagai sponsor utamanya.

Namun, Edward tidak tinggal diam. Ia menatap Mr. Han dengan mata tajam nan dingin, seakan menguliti batin pria itu.

“Aku hanya akan mengizinkan ini dengan satu syarat mutlak, Tuan Han.”

“Silakan sebutkan,” jawab Mr. Han, masih menyimpan senyumannya.

“Identitas Gustro tidak boleh terungkap. Tidak pada stafmu, trainee lain, bahkan publik. Jika satu suara saja menyebutkan bahwa ia adalah anakku, maka bukan hanya kontraknya yang putus— tetapi Three Entertainment akan kuhapus dari peta industri hiburan. Dan kau, Tuan Han—akan kuburu sampai ke ujung dunia.”

Suara Edward rendah, namun mengandung ancaman yang terasa seperti pedang menggantung di leher.

Mr. Han menelan ludah. Senyumnya goyah sejenak, sebelum ia mengangguk perlahan.

“Saya mengerti, Tuan Edward… Dan saya bersumpah, akan menjaga rahasia ini. Bukan hanya demi Anda, tapi demi agensi kami juga. Karena, terus terang…” ia berhenti sejenak, menatap Edward lurus-lurus. “Gustro bukan hanya bakat emas. Ia adalah wajah masa depan kami.”

Edward mendengus kecil, menyandarkan tubuh ke kursi eksekutifnya.

“Kalau begitu, jalankan saja semua prosedur seperti biasa. Tapi jangan pernah mencoba memanipulasi anakku. Gustro mungkin tidak seperti aku… tapi dia bukan orang yang bisa kau kendalikan begitu saja.”

Mr. Han mengangguk. “Tentu.”

Edward kemudian menambahkan satu kalimat terakhir, lirih namun menusuk:

“Satu lagi. Jangan sekali-kali meremehkan kekuasaan seseorang yang pernah merasakan gelapnya kehidupan, Tuan Han. Karena aku tahu… bagaimana cara menghancurkan sesuatu dari dalam diam.”

Perkataan itu membuat tulang belakang Mr. Han merinding tipis. Meski ia seorang pengusaha licik, ia bukan orang bodoh. Ia tahu, Edward Velgrant adalah sosok yang memiliki jejak kelam sebelum menjadi taipan sukses seperti sekarang.

Dengan sedikit gugup, ia membungkuk dan berpamitan.

Saat pintu tertutup, Edward duduk terdiam. Pandangannya menatap foto lama Gustro saat kecil, bersama mendiang istrinya.

“Jika kau benar-benar ingin menjadi idol, Gustro… maka aku akan pastikan dunia itu tidak melukaimu...” bisiknya pelan, lirih namun berisi tekad baja.

...****************...

...****************...

Langit senja berubah kelabu, dan malam seakan datang lebih cepat di sudut kota yang tak terjamah cahaya kemewahan. Jalanan penuh genangan dan aroma besi karat, dinding-dinding kumuh berlumut berdiri lusuh, menyambut siapa saja yang cukup nekat melangkah ke dalamnya. Di tempat ini, hukum adalah lelucon dan keadilan hanya milik yang berkuasa.

Gustro melangkah mantap, membenamkan dirinya dalam bayang-bayang malam. Ia mengenakan jaket kulit gelap dan topi hitam yang menutupi sebagian besar wajahnya. Sepatunya bergemeretak pelan setiap menyentuh jalan berbatu kasar. Wajahnya tersembunyi, namun aura dinginnya tak mampu disamarkan. Ia seperti serigala di tengah kawanan hyena.

Di sekelilingnya, anak-anak kecil yang tak sempat mengenal arti mainan, duduk berpeluk lutut, mengemis kehidupan dari para pejalan yang sama suramnya. Di pojokan jalan, orang tua renta mengenakan pakaian compang-camping mengais sisa makanan dari tempat sampah berkarat.

Terdengar tawa berandal yang berisik dari tongkrongan gang seberang—suara lelucon vulgar, bau alkohol murahan, dan gemerincing rantai menjadi bagian dari orkestra tragis tempat ini. Namun Gustro tidak gentar. Langkahnya terus melaju menuju bagian terdalam, melewati jalan sempit yang remang, dinding bercoret dan lampu-lampu kedip sekarat, menambah suasana menyeramkan.

Akhirnya ia tiba di depan sebuah bangunan tua berlapis lumut, terlihat seperti rumah terlantar bagi mata awam. Namun dari balik jendela kayu yang pecah dan cat mengelupas, terdengar suara samar—musik jazz dekaden, tawa mencurigakan, dan bunyi kepingan logam saling bersentuhan.

Dua pria berbadan kekar menjaga pintu besi di sisi kiri bangunan itu. Salah satunya menatap Gustro dengan curiga. Gustro tanpa berkata-kata menyelipkan selembar uang besar ke tangan si penjaga. Si penjaga menerima, menatap sebentar wajah di balik bayangan topi, lalu mengangguk kecil dan membuka pintu.

Ceklekkk.

Begitu pintu terbuka, udara panas bercampur asap rokok langsung menghantam wajah Gustro. Dunia bawah tanah itu pun terpampang.

Di dalam ruangan yang gelap namun penuh kilauan dosa, pria dan wanita berpakaian mencolok tampak bersorak, minum, merokok, berjudi, dan berdansa. Di tengah meja besar berlapis beludru hijau, uang tunai, chip kasino, hingga perhiasan emas berlian berserakan bebas. Di sisi lain, beberapa pria bersenjata berdiri berjaga, mengawasi setiap langkah mencurigakan.

Gustro menarik kursi kayu usang dan duduk di salah satu meja kosong. Ia menurunkan topinya sedikit, membiarkan sebagian wajahnya terlihat, namun masih cukup samar untuk tidak dikenali. Ia memesan minuman dari seorang pelayan perempuan yang memakai rok mini dan wajah pucat karena kelelahan.

Sembari menyeruput minuman, matanya menelusuri sekeliling ruangan. Ia tidak hanya datang untuk melihat. Ia sedang mengincar informasi, sesuatu yang tak bisa ia dapatkan di permukaan.

Dan tepat saat itu, ia mendengar bisikan samar dari beberapa pria di meja belakang:

“Kau dengar soal sayembara Red Tiger?” suara serak lelaki tua dengan bekas luka di bibirnya.

“Yang soal kepala pemimpin Black Heart itu?” seorang lainnya menimpali.

“Iya. Gila memang… tapi imbalannya kabarnya tak main-main. Berlian, wanita, bahkan kekuasaan.”

“Wajar. Red Tiger dan Black Heart sudah jadi musuh abadi. Aku dengar sejak dua dekade lalu mereka saling memburu.”

“Tapi pimpinan Black Heart itu… katanya iblis. Tak ada yang pernah melihat wajahnya. Siapa pun yang mendekat, hilang tanpa jejak.”

Gustro yang mendengar semuanya, hanya menunduk, sorot matanya gelap. Alkohol di gelasnya mulai bergetar dalam genggaman.

“Hanya orang gila yang mau berpartisipasi dalam sayembara itu. Aku sendiri tidak gila,” lanjut pria botak dengan tato ular di leher. “Tapi… tetap saja, ada yang lebih gila lagi.”

“Siapa?”

“Orang yang baru mendaftar kemarin. Namanya Loki. Dia bilang—”

Tiba-tiba, dari arah pintu bar bagian samping, masuk seorang pria tinggi dengan jas merah mencolok dan rambut mohawk perak. Langkahnya congkak, dan wajahnya membawa sengit kesombongan. Ia menyusuri lantai dengan suara sepatu berderap keras, menghampiri kerumunan.

“Aku,” katanya nyaring, “adalah orang gila itu.”

Semua kepala menoleh.

“Aku akan menemukan siapa pun ketua Black Heart itu. Dan ketika aku menangkapnya… aku bakal memenggal kepalanya, menyayat-nyayat tubuhnya… dan sisanya, kujadikan santapan anjing liar!”

Tawa keras pria itu memecah suasana, disambut oleh sorak beberapa orang yang ikut terpancing adrenalinnya.

Namun… tidak bagi Gustro.

Tangannya terkepal. Wajahnya menunduk. Napasnya tertahan.

Ia tahu betul—orang yang disebut sebagai pimpinan Black Heart itu adalah ayah kandungnya. Dan meskipun masa lalu sang ayah diselimuti kesuraman dan darah, Gustro tak pernah bisa membiarkan siapa pun mencemarkan atau mengincarnya.

Krek!

Gelas di tangannya retak dan pecah seketika, cairan alkohol menyiram tangannya yang kini berdarah. Ia menggertakkan gigi, matanya menyala merah menahan amarah. Beberapa orang menoleh. Suasana menjadi canggung.

Tetapi dalam sekejap…

BRAK!

Dengan gerakan cepat, Gustro berdiri dan melempar kursi kayu ke arah meja si pria mohawk, membuat semua gelas berhamburan dan meja roboh keras. Orang-orang yang duduk pun terjungkal.

“Bajingan!” bentak Gustro penuh murka. “Kau terlalu banyak bicara, untuk sampah tak berguna sepertimu!”

Semua orang terdiam.

Beberapa detik kemudian, ruang kasino meledak dalam keributan.

“Hajar dia!” teriak pria botak yang tadi berbicara. Belasan orang langsung mengepung Gustro.

Pukulan pertama meluncur ke wajah Gustro. Ia menunduk cepat, menghindar, lalu memutar tubuh dan menghantam ulu hati lawannya dengan lutut. Lawan pertama ambruk.

Yang kedua datang dengan botol pecah. Gustro menyamping, kemudian menendang keras kaki pria itu, membuatnya tersungkur sambil menjerit kesakitan.

Namun jumlah mereka terlalu banyak. Gustro kewalahan. Tangan kirinya terkena pukulan keras, ia sontak terdorong ke belakang dan menabrak meja. Tapi dengan tekad serta kemampuan taekwondo yang telah diasah bertahun-tahun, Gustro terus melawan.

Pukulan demi pukulan dilayangkan. Tendangan cepat menghantam rahang, siku mematahkan tulang rusuk, lemparan keras menjatuhkan dua pria sekaligus. Hingga selepasnya, tubuh Gustro juga mulai lemah. Darah mengalir dari sudut bibirnya.

“Terlalu banyak lawan,” batinnya. “Aku harus keluar.”

Gustro melihat celah antara dua orang yang sedang sibuk membangunkan temannya yang tumbang. Tanpa pikir panjang, ia menendang meja ke arah mereka, lalu berlari cepat menerobos pintu belakang.

~

1
Anonymous
ceritanya keren ih .....bagus/Bye-Bye/
Y A D O N G 🐳: Makasih lohh🥰
total 1 replies
😘cha cchy 💞
kak visual x dong juga. ..👉👈😩
😘cha cchy 💞
ini tentang lizkook kan...??
😘cha cchy 💞
kak kalo bisa ada fotonya kak biar gampang ber imajinasi...😁
😘cha cchy 💞: minta foto visual x juga nanti kak..😁🙏🙏
harus lizkook ya KK..😅😃
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!