warning!!
terdapat umpatan dan **** ***** bijaklah dalam berkomentar
karya ini merupakan karya asli author!
jika ada kesamaan tempat, nama dan waktu itu bukan kesengajaan!!
Aurora steffani Leandra, seorang gadis yang terpaksa menerima takdir jika dirinya telah dijual oleh sang ibu tiri demi uang, dirinya dilelang pada sebuah perkumpulan mafia dan bos besar. hingga akhirnya seorang mafia kejam bernama Liam Emiliki Kyler membelinya. bagaimana nasib Aurora??
silahkan membaca kelanjutanya berikut..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Storyku_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Mereka yang sedang berada ditaman belakang membuat rosa bersembunyi pada pohon besar yang ada disana. Ia memperhatikan dari jauh demian melangkah, dan terlihat terkejut demian melihat brixton yang ada disana.
...****************...
Rosa melihat jika ada perdebatan diantara mereka berdua. Hingga perdebatan itu berujung dengan sebuah perkelahian, brixton mengeluarkan sebuah samurai panjang. Demian yang tak mempersiapkan apa apa, mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang bisa ia jadikan senjata.
Tubuh rosa mendadak bergetar saat sabetan demi sabetan yang diberikan brixton pada demian yang hanya bisa menghindar. Hingga akhirnya brixton menebas salah satu tangan demian membuat laki laki itu tersungkur dengan banyaknya darah.
Rosa keluar dari persembunyian nya dan menghampiri demian yang sudah berlumuran darah dengan satu tangan yang terputus dan parahnya lagi brixton mengambil tangan itu.
Demian sudah terlihat tak berdaya karena banyaknya darah yang mengucur dari luka lukanya. Hingga pada akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir.
Rosa diam ia bingung dengan kejadian itu yang sangat cepat. Laki laki yang ia rebut dari wanita lain kini sudah meninggal ditangan sang mantan kekasih.
Brixton memanggil salah satu anak buahnya
memberikan samurai yang sudah berlumuran darah serta satu tangan demian.
"awetkan tangan itu"
"baik tuan"
rosa beranjak dari duduknya tubuhnya kini sudah dipenuhi darah. Ia mendekat pada brixton yang kini sesang menyesap nikotin dan menghembuskan asapnya keatas seolah menikmati semua kejadian mengerikan itu.
"brixton aku sudah melakukan apa yang kau mau, apa kita bisa bersama lagi?"
Brixton tertawa nyaring, membuat rosa merasa jika keputusan yang ia ambil adalah sebuah kesalahan besar.
"rosa, kau itu terlalu naif, apa kau berfikir aku akan kembali setelah kau meninggalkan aku dulu. Hahaha... Kau lucu sekali aku hanya ingin menghancurkanmu, kini kau tak memiliki suami. Dan maaf aku tak bisa kembali denganmu.."
Rosa membelalak tak percaya yang ia dengar barusan "kau membohongiku brixton!! Kau bilang kau akan menerimaku kembali setelah meminta demian datang kesini!! Kau membohongiku... Brengsek kau brixton!!"
"hahaha...bukan kah kita seri?? Dulu kau yang membohongi ku... Tapi baguslah aku tak perlu menikahi wanita gila sepertimu..."
Brixton melangkah menjauh dari rosa yang menjerit histeris.
"BRIXTON AKU TAK AKAN MEMAAFKANMU!!"
Brixton tak mengacuhkan teriakan rosa ia berjalan gagah. Ia mendekat pada oscar yang kala itu masih belia namun ketangguhannya tak usah diragukan lagi.
"bungkus mayat itu dan antar wanita yang menangis itu pulang, bersihkan semua kekacauan dan satu lagi buat wanita itu tak mengaduhkan pada pihak kepolisian"
"baik tuan"
Oscar melangkah cepat dengan memanggil dua orang lainnya untuk memulai membersihkan kejadian serta membawa rosa pulang. tak ada yang bisa rosa lakukan lagi menurut saat oscar memintanya untuk masuk mobil.
Oscar mengantarkan rosa. Didalam mobil ia mulai mengintimidasi rosa agar semua masalah ini tak menjadi panjang. Rosa hanya bisa mengutuk dalam hati.
"kini ia harus hidup sendiri dengan dua orang anak.."
Sial kau brixton aku akan membunuh dirimu dengan tanganku sendiri" teriak rosa dalam hati.
*FLASBACK OFF
Rosa merobek surat yang sejak tadi ia genggam dengan tangan yang bergetar ia berteriak kencang.
"Aaaarghhh" dadanya berdetak kencang, amarah serta emosi dan dendam kini memenuhi rongga dadanya, terasa sesak dan akhirnya ia menangis sendiri merutuki semua kebodohan yang pernah ia lakukan.
Namun kini hanya penyesalan yang tak akan merubah apapun lagi.
......................
"keluarlah biar aku yang menemani" ucap liam sambil naik keatas tempat tidur.
"baik tuan permisi"
Laila melangkah keluar kamar, meninggalkan aurora yang kini berbaring bersama liam yang ada disampingnya.
Diluar laila sangat bingung banyaknya orang keluar masuk dalam kamar pribadi liam.
"pantas saja tuan liam masuk kedalam kamar lainnya, kira kira ada apa yaa?? Apa tuan liam akan menganti dekorasinya?? Ahh entahlah aku makan saja dulu" laila membatin
Didalam kamar liam menatap aurora yang masih memejamkan mata. Lalu ia mendongakkan kepalanya kearah belakang tubuh aurora, terlihat luka bekas cap yang ia lakukan saat itu kini sudah hampir sembuh. Liam juga memperhatikan luka bekas chip yang tertanam dalam tubuh aurora.
"kenapa kau sangat keras kepala??" ucap liam pelan sambil mengusap lembut wajah yang kini terdapat bekas luka.
"bahkan luka diwajahmu tak bisa menghilangkan kecantikan yang kau miliki"
Dengan kekagumannya itu, tiba tiba saja bianca membuka pintu kamar itu dengan wajah yang kesal.
"Liam!!! Apa yang kau lakukan!!" teriak bianca
dengan santai liam menatap pada bianca "kenapa kau belum pulang? Aku tak memerlukanmu lagi disini"
"apa kau sadar apa yang kau lakukan hah!! Apa kau lupa tuan brixton sudah menjodohkan kita. Itu berarti aku yang akan menjadi pendampingmu!!!"
"hahaha... Benarkah? Tapi aku belum menyetujui semuanya lalu apa lagi masalahnya??"
"kau jangan bodoh terjebak dengan wanita jalang itu!!"
dengan cepat liam beranjak dengan giginya yang mulai menggertak. Ia berdiri dihadapan bianca yang sudah mulai berani padanya. Lalu...
PLAKKK
"BERANI SEKALI KAU!! Kau tak ada hak mengatakan jika wanitaku adalah jalang, karna kau tak lebih baik darinya, ingat posisimu disini. Jangan besar kepala!! PERGI DARI SINI SIALLL!!!"
Malam kini sudah menjelang dori baru saja menyelesaikan misi dari sang majikan yang kini terlihat aneh menurutnya.
Kamar yang bernuasa gelan dan kelam kini sudah berganti begitu terang dan indah, layaknya pengantin baru, suasana putih dan biru itu semakin membuat siapapun yang masuk akan merasa betah. Namun tak tau itu berlaku untuk liam atau tidak.
Sebelum keluar tak lupa dori menghidupkan lampu proyeksi bintang bintang dan galaksi. Ia mengedarkan pandangan nya sesaat lalu melangkah keluar kamar.
Sementara itu liam yang duduk disofa dengan menatap aurora. Ia beranjak dengan cepat saat melihat aurora bergerak.
"kau sudah bangun??"
Tak ada jawaban, aurora dengan cepat melangkah turun dari tempat tidur namun tentu saja, liam mencegah pergerakan dari aurora.
"mau kemana?" tanya liam pelan
"aku mau keluar, aku tak mau disini bersamamu?"
"baiklah ayo kita keluar" dengan cepat liam mengendong tubuh aurora dengan gadis itu yang terus memberontak.
"berhenti memberontak, diamlah aku bukan orang yang sabar, jadi jangan membuat kesabaranku setipis tisu ini habis. Karna kau pasti akan menyesal."
Melangkah pelan, liam masuk kedalam kamar nya yang sudah dirubah sedemikian rupa, aurora menutup mulutnya tak percaya. Dengan pelan liam menurunkan aurora.
"ini indah sekali" ucap aurora tak percaya.
"apa sudah sesuai dengan keinginanmu??"
Tak ada jawaban aurora melangkah mengitari kamar dengan kekaguman yang terlihat jelas diwajahnya. Liam tersenyum bangga. Ia sangat senang sudah membuat wanitanya bahagia.
Namun seketika aurora terdiam menatap liam yanh berdiri disisi yang berbeda.
"aku tak mau tidur disini"
liam mengerutkan keningnya " kenapa? Apa ada sesuatu yang tak kau suka??"
"ini kamarmu..."
"ya lalu apa masalahnya?"
"aku tak mau tidur bersama mu..!"
Liam menggelengkan kepalanya, lalu mendekat aurora yanh melihat pergerakan itu sontak melangkah mundur, hingga tubuhnya menyentuh dindin yang kini berwarna putih.
Suasana kamar yang remang reman dan hanya dihiasi ribuan bintang itu membuat jantung aurora berdetak tak karuan. Liam menahan pergerakan aurora dengan kedua tangan nya yang kini menempel pada dindin.
"bukan kah sudah aku katakan, kau itu milikku. Jadi apapun yang akan ku lakukan maka itu bukan perkara yang besar atau begini saja kita buat sebuah kesepakatan"
Aurora mendongak menatap liam yang kini malah menunduk "kesepakatan apa??"
"bukankah kau ingin sekali pergi dari sini??" aurora mengangguk.
"emm... begini saja berikan aku waktu untuk membuatmu tidak ingin meninggalkan tempat ini dan jika waktunya habis aku masih tak bisa membuatmu bertahan maka kamu boleh pergi dari sini aku tak akan menahanmu. tapi selama itu kau harus tidur bersamaku... Bagaimana?"
"ti tidur bersama??"
"iya, tidur bersama aku tak akan memaksamu melakukan itu"
"berapa lama waktunya?"
"enam bulan saja!"
"apa kau berjanji?"
"ya aku berjanji... Bagaimana apa kau setuju?"
Aurora mengangguk pelan dengan mata bulatnya yang masih menatap liam.
"oke... Sekarang kau istirahat jadilah gadis baik, dan disini kau lah ratunya lakukan apapun yang kau inginkan"
Liam berbalik badan dan melangkah keluar kamar meninggalkan aurora yang masih terpaku.
Liam tersenyum senang akhirnya ia bisa mendekat pada aurora tanpa membuat gadis itu takut. Ia melangkah menuju ruang cctv pribadi miliknya. Duduk didepan layar besar itu dan mulai fokus melihat dan mendengarkan apa yang aurora lakukan tadi.