Mengulang Waktu: Menyelamatkan Keluargaku

Sepulangnya dari rapat tadi, pikiran Putra Mahkota Alexis masih dipenuhi dengan senyuman sinis Duke Caleste terhadap adik tirinya Pangeran kelima.

Padahal setau dirinya sang ayah Kaisar Aldrick begitu gencar ingin menjadikan Duke Caleste besannya dengan melalui pernikahan anak-anak mereka.

Sudah menjadi rahasia umum rakyat kekaisaran Venezia jika Kaisar Aldrick lebih condong kepada Selir Agung Janice dan anak-anaknya daripada Permaisuri Joanna Zoey Alberto dan anak-anak yang wanita itu lahirkan termasuk Putra Mahkota Alexis sendiri.

Karena sudah menjadi hukum tertulis jika anak yang lahir dari Permaisuri lah yang akan menjadi Putra Mahkota meskipun ia bukan anak pertama atau anak tertua. Sehingga begitu Alexis Zion Alonso lahir, pria itu langsung dinobatkan sebagai Putra Mahkota kekaisaran Venezia sejak berumur lima tahun.

Kaisar Aldrick dan Permaisuri Joanna menikah karena perjodohan dimana kala itu Permaisuri Joanna adalah putri tunggal Grand Duke Alberto yang tidak lain masih kerabat Ibu Kaisar Aldrick yaitu mendiang Ibu Suri Magdalena dari pihak ayahnya.

Karena putrinya sudah menikah dengan seorang raja, Grand Duke Alberto menyerahkan jabatan Grand Duke nya pada sang cucu yaitu Pangeran keempat Alaric Zean Alonso saat berusia delapan belas tahun nanti. Masih dua tahun lagi Pangeran keempat menyandang gelar Grand Duke warisan mendiang kakek dari pihak ibunda nya karena Pangeran keempat saat ini masih berumur enam belas tahun.

Sementara itu, Selir Agung Janice sebelumnya adalah kekasih Kaisar Aldrick saat mereka menempuh akademi kekaisaran bersama-sama. Dirinya juga bukan rakyat jelata karena ayahnya adalah wakil perdana menteri sayap kanan ketika sang kakek masih menjabat sebagai Perdana Menteri. Begitu kakeknya pensiun, ayahnyalah yang menggantikan sang kakek menjadi Perdana Menteri sayap kanan ketika Kaisar Aldrick naik tahta.

Meskipun gagal menjadi Permaisuri Kekaisaran Venezia, Selir Janice sangat berbangga hati karena diberikan gelar Selir Agung yang menjadi simbol tertinggi untuk Selir dibawah pimpinan Permaisuri dalam harem istana dalam. Apalagi dengan cinta dan kasih sayang besar Kaisar padanya membuat wanita itu selalu meninggikan kepalanya dan merendahkan Permaisuri Joanna yang tidak mendapatkan keduanya dari sang Kaisar.

"Yang Mulia, apa yang mengganggu pikiran anda sehingga sejak kembali dari rapat tadi, Yang Mulia diam merenung tanpa melakukan apa-apa?" tanya Kasim John yang sangat peka dengan suasana hati junjungannya.

Putra Mahkota hanya melirik Kasim John sesaat saja, ia lalu kembali bersikap diam tanpa mau menjawab pertanyaan sang Kasim.

Kasim John hanya menyela pelan napasnya dan ikutan diam berdiri disamping sang junjungan.

Wushhhhh

Sekelebat bayangan datang secepat angin berhembus dihadapan Putra Mahkota dan Kasim John. Bayangan itu menampakkan wujudnya dengan berlutut dihadapan Putra Mahkota dengan kepala tertunduk.

"Hormat Yang Mulia! Hamba membawa kabar dari kediaman Duke Caleste jika Lady Jeannette Ruby Caleste kabur dari Dukedom Caleste menuju perbatasan dua hari yang lalu," lapor pria yang tidak lain adalah Komandan Blade.

"Apa kabar ini bukan rumor yang sengaja disebarkan?" tanya Putra Mahkota dengan nada datar.

"Sangat yakin bukan, Yang Mulia! Para pelayan dikediaman tersebut yang mengatakan langsung pada orang-orang yang hamba utus untuk mencari kebenaran kabar itu. Namun kabar tersebut hanya diketahui oleh orang-orang yang ada dalam lingkungan Duke Caleste karena Tuan Duke Caleste sudah memberikan peringatan pada pekerjanya untuk merahasiakan kabur nya Lady Caleste dari masyarakat luar. Sehingga sampai saat ini tidak ada kabar tersebut dikalangan rakyat Venezia atau gosip-gosip di setiap kedai dan warung makan," jawab Komandan Blade dengan penuh keyakinan.

Putra Mahkota mengetuk mejanya dengan jari telunjuknya seraya berpikir atas kabar yang dibawakan bawahannya itu.

"Pergilah, siapkan keperluan kita untuk berangkat ke perbatasan dengan cermat dan teliti! Panggilkan Kepala Ksatria Clayton untuk segera menghadap ku!" ucap Putra Mahkota memberikan perintahnya pada Komandan Blade.

Komandan Blade mengangguk patuh dan langsung melesat pergi seperti angin dari ruang kerja Putra Mahkota.

"Apakah ide adik kelima saat rapat tadi itu berhubungan dengan kaburnya Lady Caleste, Kasim John?" tanya Putra Mahkota sambil memainkan pena bulu nya.

"Menurut kabar yang dibawakan Komandan Blade tadi, itu sangat tidak mungkin, Yang Mulia! Tuan Duke Caleste tidak mungkin membeberkan kaburnya sang putri pada Pangeran kelima untuk menarik simpati Pangeran kelima. Jika itu terjadi, maka sudah dipastikan berita kaburnya Lady Caleste ke perbatasan sudah tersebar luas kemana-mana," jawab Kasim John dengan pemikirannya.

"Hmm, jika begitu pendapatmu, bagaimana bisa pria itu mengajukan diri untuk pergi sana menjadi mata-mata kedalam sarang musuh bersamaku? Apakah ia sengaja melakukan hal itu didalam rapat tadi untuk menarik simpatisan Duke Caleste atau sengaja memanfaatkan kekuatanku untuk mengalahkan musuh?" tanya Putra Mahkota lagi.

"Saya tidak yakin, Yang Mulia! Jika dugaan saya benar, kemungkinan besar Pangeran kelima sengaja melakukan itu untuk menarik perhatian Duke Caleste melalui tangan Yang Mulia, dan mungkin saja juga untuk menarik simpati Jenderal muda David dan Panglima Deon sebagai pendukungnya," jawab Kasim John jujur.

"Sungguh licik jika itu yang ia niatkan! Orang-orang serakah itu mengincar Duke Caleste karena militer keluarganya yang kuat, terlebih lagi didalamnya ada Jenderal muda kebanggaan Venezia dan Panglima kekaisaran Venezia yang menjadi pendukung terbuat jika terjadinya kudeta," ucap Putra Mahkota Alexis dengan nada sinis.

Kasim John ikut membenarkan dalam hati ucapan Putra Mahkota.

🌿🌿🌿

Sementara itu di markas Elang perbatasan, seorang prajurit memasuki tenda besar Panglima dengan sangat terburu-buru.

"Lapor, Panglima! Beberapa prajurit tiba-tiba saja muntah-muntah dan kejang-kejang di kamp bagian utara! Tabib yang kita punya mengatakan jika prajurit tersebut terkena racun dari makanan atau minuman. Yang menjadi masalahnya, pasokan obat-obatan untuk membuat penawar racun sebagian sudah habis, Panglima!" lapor prajurit tersebut sambil berlutut dihadapan Panglima Deon.

"Ya tuhan, ini sungguh sangat mengkhawatirkan! Surat yang aku kirim kemungkinan besar sudah diterima militer Caleste. Jika tidak ada halangan, mereka kemungkinan sampai disini dua hari lagi. Katakan pada tabib untuk membuat penawarnya dari bahan yang tersedia saja sampai bantuan obat-obatan datang. Kita harus tetap menyelamatkan para prajurit yang keracunan agar tidak memakan korban lebih banyak lagi," ucap Panglima Deon dengan wajah sangat frustasi.

"Baik, Panglima!" sahut prajurit tersebut sambil mundur keluar.

Panglima Deon mondar mandir didalam tendanya dengan raut wajah cemas dan khawatir.

"Semoga saja bantuan dari ayah sampai tanpa ada satupun hambatan sehingga para prajurit dapat diselamatkan. Aku harus menemui Jenderal guna mengabarkan masalah ini!" gumamnya sambil memakai jubah dan keluar dari tendanya.

Bersambung...