Fania seorang gadis cantik yang berasal dari desa, ia seorang anak art yang bekerja di sebuah rumah mewah.
Rumah yang terdapat tidak jauh dari tempat tinggalnya, menjadi misteri oleh penghuni desa, karena rumah tersebut sudah tidak dihuni oleh pemilik rumah.
suatu ketika Fania mendengar suara aneh dari balik kamar, kamar yang terbilang aneh itu membuat Fania penasaran.
Saat melihat itu Fania merasa.... mau tau kelanjutan ceritanya, jangan lupa baca terus novel ini ya semoga kalian suka dengan karyaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. kotak emas misterius
Kotak emas ini berukuran sedang, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Mereka berdua membuka kotak tersebut, saat terbuka ternyata isinya hanya sebuah tulisan dan gantungan yang digenggam oleh monster tersebut.
Edward mengerutkan kening saat membaca lembaran kertas di dalam kotak tersebut, berisi sebuah teks yang melantunkan sebuah nyanyian atau irama.
Monster itu membaca setiap teks yang tertulis di kertas kuno, "tunggu." monster itu berhenti saat membaca teks tersebut, lalu dia dengan cepat membakar kertas yang dia genggam.
"Astaga! Kenapa mengeluarkan api." ucap monster itu yang kaget saat Edward membakarnya.
Edward mengambil gantungan yang diambil oleh monster lalu membakarnya juga, "Itu adalah sebuah mantra. Mantra yang sengaja diberikan oleh seseorang untuk membunuh raja Theron."
"Lalu apakah raja masih hidup." monster itu menatap Edward saat dia mengetahui bahwa selama ini raja Theron terkena sebuah mantra.
"Masih. Dia terperangkap di menara istana ini." ujar Edward, monster berkepala manusia dan berbadan kuda itu meminta Edward untuk menaiki punggungnya.
Lalu dengan cepat monster kuda itu berjalan dengan cepat menuju menara, ternyata menara ini tidak hancur masih terlihat sama seperti dulu. Edward turun dari punggung monster, ia perlahan masuk ke dalam menara.
Ia menatap sekeliling menara, ada sesuatu yang aneh di dalam menara ini. Seperti memakai sebuah mantra untuk menutupi menara, seketika Edward mengingat mantra yang dia baca sebelum dia membakar kertas mantra.
Edward mengucapkan beberapa syair mantra dimulut, lalu dengan kekutan yang dia punya ia berhasil menghancurkan mantra. Monster itu melihat bahwa raja Theron berada di sana, selama ini Theron terperangkap dalam menara dan dia tidak sadar akan hal itu.
"Tuan." saat monster ingin mendatangi raja, Edward menghentikannya.
"Jangan deketin dia."
"Ada apa? Bukannya kamu berhasil menyingkirkan Matranya."
"Iya, tapi raja Theron terkena mantra. Dia kali ini bukan seorang raja melainkan siluman syiar." Edward melangkah mendekati Theron, pria itu menutup mata tetapi pendengarnya sangat tajam.
Edward dengan hati-hati berjalan mendekati Theron, ia menggunakan sihirnya untuk menyadarkan seluruh jiwa Theron. Kali ini Theron masuk ke dalam dunia pemilik mantra, dia sengaja menggunakan jiwa Theron untuk menghancurkan penghuni laut.
Edward menutup mata membaca sihir dan mantra yang dia temukan, ada beberapa mantra yang baru saja dia temui diruang kerja Theron termaksud kotak emas misterius.
Mata Theron terbuka, bola matanya seperti api menyala berwarna merah pekat. Bola mata itu menatap Edward dengan marah, tanpa menduga ternyata Theron dirasuki oleh siluman syiar.
Dalam sekejap monster berbentuk setengah manusia dan hewan membantu Edward, "Bunuh Theron."
Monster itu menatap Edward, "Tidak. Saya tidak bisa membunuh tuan."
"Letakan pedangmu di bagian tengah kepala Theron. Lakukan apa yang saya suruh." pinta Edward dengan tegas, dengan cepat pedang itu menyentuh kepala Theron membuat pria itu tumbang.
Asap hitam yang merasuki tubuh Theron hilang, tubuh Theron tergeletak saat itu juga Chimera penjaga laut yang diutus oleh Theron segera membawa tubuh Theron ke istana.
Edward segera mengikuti Chimera, lalu membantu memulihkan Theron buat sadar. Edward tersenyum saat mengetahui ada pergerakan dari tubuh Theron.
"Tuan." ucap Chimera saat mengetahui raja Theron tersadar.
"Saya ada dimana Chimera." tanya Theron saat monster tersebut membantunya duduk bersandar.
"Akhirnya raja sudah sadar."
"Apa yang terjadi dengan saya Chimera. Kenapa cuman kamu sendiri di sini, dimana yang lain."
Sebelum Chimera menjawab Edward, "Kamu terpengaruh dengan mantra sihir Syair, selama bertahun-tahun kamu terkurung dalam menara sampai kerajaan laut hancur akibat perbuatan kamu."
Theron menatap Chimera, monster itu mengangguk dan mengatakan bahwa Edward yang sudah membantunya.
...•••...
Akhirnya Edward mendapat imbalan karena dia sudah menolongnya, Edward juga berpesan bahwa Theron harus hati-hati dalam hal apapun. Jangan sampai apa yang terjadi sekarang terulang lagi, Theron berjanji akan memakmurkan kerajaannya kembali seperti dulu.
Keesokannya semua rakyat kerajaan laut pada senang dan bahagia setelah melihat rajanya kembali. Edward sangat senang melihat kerajaan laut bisa kembali seperti dulu.
"Terima kasih Edward kamu sudah mau membantu saya." ujar raja Theron kepada Edward.
"Sama-sama, saya senang bisa membantu kamu. Terima kasih juga atas imbalan yang kamu berikan ke kerajaan orang tuaku."
"Kalau itu saya dengan senang hati bisa bersahabat dengan para iblis seperti kamu. Tolong ucapkan salam kepada keluargamu, sampaikan juga kalau nanti saya akan berkunjung ke tempat kamu berasal."
Edward tersenyum mendengarnya, mungkin ini rasanya bisa membantu dan melindungi sesama makhluk lain. Walaupun banyak tantangan dan rintangan yang harus dia hadapi sendiri, tapi ini sudah menjadi pengalaman hidup yang dia buat.
"Tuan, kalau gitu saya akan antar tuan Edward ke gerbang istana." pamit Chimera.
"Baiklah."
Chimera, Edward berjalan secara beriringan mereka berhenti di gerbang istana. Sebelum pergi Chimera sempat berbicara.
"Terima kasih kamu sudah membantu saya mencari keberadaan raja, dan kamu juga membantu saya memulihkan keadaan semula." tutur Chimera, Edward menepuk pundak Chimera dengan tersenyum ramah.
"Sama-sama, saya senang bisa membantu kamu."
"Oh iya siapa wanita yang semalam kamu mimpikan sampai kamu mengigau dan memanggil namanya." ucap Chimera menjahili Edward, Edward terkekeh saat mengetahui bahwa dirinya memimpikan Fania.
"Hehehe, itu rahasia karena saya tidak ingin kamu tau tentangnya."
"Dasar anak muda."
Chimera menggeleng saat melihat kepergian Edward, barulah dia kembali ke dalam Istana sedangkan Edward jadi salah tingkah dengan perkataan Chimera.
Edward pulang dalam keadaan tengah malam, dia tidak sengaja bertemu dengan Resta saat pria tersebut masih berjaga.
"Tuan."
"Ssttt..." Edward memerintahkan Resta untuk tidak berisik, apalagi dia melihat bahwa Fania sudah tertidur pulas.
Resta mengangguk dia memilih untuk pergi meninggalkan Edward, sedangkan Edward melangkah menuju Fania berada. Pria itu tersenyum saat melihat Fania sedang mendengkur dengan tubuh miring dengan wajah yang tertutup dengan rambut yang terurai.
"Baru berapa hari saya meninggalkan kamu rasanya seperti bertahun tahun." Edward menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Fania, dengan cermat Edward memandangi wajah Fania dengan tenang.
Edward tanpa meninggalkan suara ia masuk ke tempat tidur, dengan pelan tanpa mengganggunya tidur Edward masuk ke dalam selimut dan memeluk pinggang ramping Fania.
Paginya Fania terbangun lebih awal, saat terbangun Fania merasa ada yang aneh dalam tubuhnya. Biasanya setiap pagi dia merasa segar tapi hari ini tubuhnya terasa berat, Fania menatap kearah bawah perut.
Dia melihat ada sebuah tangan yang melingkar, dia bingung tangan siapa yang berada di pinggangnya. Lalu dengan perlahan Fania berbalik, tanpa dia duga ternyata wajah yang selama ini dia rindukan berada di depan mata.
"Apa aku sedang bermimpi? Apa ini nyata!!" Fania menyentuh wajah pria yang kini ia rindukan, ternyata apa yang dia katakan mimpi adalah kenyataan.
Edward yang dari tadi sudah terbangun memutuskan untuk menutup mata, dia ingin melihat reaksi dari Fania saat dia kembali. Ternyata wanita ini dengan nyaman menyentuh wajahnya, Edward membuka mata membuat sentuhan itu berhenti dengan cepat Fania menyingkirkan tangannya.
"Kenapa berhenti." Edward kembali menarik tangan Fania, dia ingin merasakan sentuhan hangat yang diberikan oleh Fania.
Edward tersenyum melihat reaksi dari Fania, "Kamu sedang tidak bermimpi Fania. Ini aku Edward."
"Apa ini sungguhan kamu? Bukan sebuah bayangan." Edward terkekeh dan menarik pinggang Fania dengan erat.
"Kalaupun saya ini hanya sebuah bayangan saya akan terus datang menghantui kamu setiap malam." ledek Edward membuat Fania memukul lengan Edward membuat lelaki itu terkekeh.
"Jangan bercanda. Aku tidak ingin bercanda." ujar Fania dengan galak, Edward terus tertawa sambil menarik hidung Fania dengan lembut.
"Baiklah, saya minta maaf sudah mengganggu kamu tidur." Edward menyentuh kepala Fania dengan lembut barulah pria itu memberikan sebuah tanda kecupan di kening Fania.
Barulah Edward bangun bersandar di tepi ranjang, "kapan kamu kembali?"
"Semalam saat kamu tertidur." jawab Edward menatap Fania dengan lembut.
Edward menurunkan kedua kakinya ke lantai melihat itu Fania kembali bertanya, "kamu mau kemana?"
"Aku ingin membuat sarapan untukmu. Jadi mandilah saat sarapan sudah selesai kamu sudah segar." ujar Edward, lalu lelaki itu melangkah menuju dapur sedangkan Fania melangkah ke toilet.