"Menyingkirlah dan berhenti mengejar aku. Percuma saja, aku tak suka dengan anak kecil."
"Enak saja anak kecil, aku sudah besar, Om. Lihat saja, dada ku tumbuh dengan baik."
Darren Wisnu Abiana adalah seorang duda keren berusia 36 tahun, dia di tinggalkan oleh sang istri untuk mengejar pria lain. Patah hati yang Darren rasakan membuat nya trauma dan menutup hati nya untuk wanita mana pun.
Hingga, seorang gadis berseragam SMA datang dan mengejar nya. Meskipun dia sudah bersikap jutek pada gadis bernama Sherena itu, tapi dia tetap tidak pantang menyerah untuk mendapatkan nya.
Akankah pertahanan Darren runtuh saat melihat kesungguhan yang di lakukan oleh Sheren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Darren Posesif
Sore hari nya, ketiga teman Sherena pun pulang. Gadis itu mengantarkan teman-teman nya hingga ke teras. Setelah melihat merek pergi dengan motor masing-masing, Sherena pun kembali masuk.
Tapi, saat akan berbalik lagi-lagi dia tak sengaja melihat Darren yang tengah menatap nya. Lagi-lagi dengan tatapan yang aneh seperti tadi siang saat keduanya bertemu di tukang bakso.
Sherena buru-buru memutus tatapan lebih dulu, dia pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah karena Arumi sudah memanggil nya. Hati gadis itu terasa berdebar tak karuan, dia benar-benar merasa gugup saat di tatap sedemikian oleh Darren.
Gadis itu mengusap dada nya, di tatap seperti itu membuat jantung nya jedag jedug tak karuan.
"Wajah kamu kok pucat gitu, kenapa sayang?" Tanya Arumi saat melihat wajah putri nya yang terlihat pucat.
"Enggak kok, Ma. Tadi kaget aja hampir nginjak kadal di halaman." Jawab Sherena mengada-ada.
"Lain kali hati-hati ya, sayang."
"Iya, Ma." Jawab Sherena sambil tersenyum kecil. Beruntung nya, Arumi percaya dan tak bertanya lebih lanjut.
"Teman-teman kamu sudah pulang, sayang?"
"Sudah kok, Ma. Sheren ke atas dulu ya, mau mandi." Jawab gadis itu, Arumi pun mengangguk dan gadis itu pergi ke kamar nya.
Gadis itu segera mandi, meskipun sebenarnya dia ragu untuk pergi ke rumah Darren, tapi di sisi lain dia juga penasaran. Maksud pria itu meminta nya ke rumah itu untuk apa, pasti ada alasan nya bukan? Itulah yang membuat dia penasaran.
Setelah selesai mandi, gadis itu memakai pakaian yang hampir sama seperti tadi. Tangtop yang cukup ketat berwarna pink muda, celana kulot bahan dan cardigan rajut. Rambut nya dia ikat ke atas, tak lupa dia menyapukan bedak tipis dan make up natural. Agar tidak terlihat terlalu pucat, itu saja tujuan nya. Bukan untuk menggoda Darren, dia tidak kepikiran hal itu sama sekali.
"Mau kemana, udah rapi?" Tanya Arumi.
"Keliling komplek aja, Ma. Bosen rasa nya kalo terus di rumah." Jawab Sherena.
"Ohh, yaudah. Sekalian dong, ini Mama bikin pudding buah. Kamu kasih ke Darren ya?"
"Ke rumah Om Darren, Ma?" Tanya Sherena. Entah suatu kebetulan atau apa, tapi sepertinya sang ibu benar-benar mengetahui kalau dia akan pergi ke rumah Darren, atau cuma kebetulan? Entahlah, dia tak tahu. Tapi bukankah ini bagus? Artinya dia tak perlu alasan lagi untuk bisa berkunjung ke rumah Darren.
"Yaudah, sini Sheren bawa."
"Hati-hati tumpah ya, sayang. Jangan lupa tanyain wadah yang kemarin-kemarin."
"Oke, Ma. Sherena pergi dulu ya." Jawab Sherena, gadis itu pun pergi dari rumah. Dia celingukan, lalu menyeberang jalan. Seperti biasa, gadis itu mengetuk pintu rumah pria itu. Dia beberapa kali menghela nafas nya, jujur saja kalau dia sangat gugup saat ini.
Tak lama kemudian, pria itu membukakan pintu dengan wajah datar nya seperti biasa.
"Masuk.." pinta Darren, pria itu membuka pintu rumah nya lebar-lebar, mempersilahkan gadis itu untuk masuk. Sherena masuk dan Darren langsung menutup pintu nya.
Sherena meletakan pudding buah buatan sang Mama di atas meja, lalu duduk di sofa ruang tamu. Darren menyusul, dia duduk di samping Sherena.
"Duduk disini.." Darren menepuk paha nya, meminta Sherena duduk di pangkuan nya.
"Ngapain, Om?"
"Cepatlah."
Sherena menelan ludahnya dengan kepayahan, lalu dia menurut dan duduk di pangkuan Darren. Gadis itu duduk menyamping.
"Bukan seperti ini."
"Ohh, oke." Jawab Sherena, dia pun mengubah cara duduknya. Gadis itu duduk mengangkaang di pangkuan Darren, kedua tangan nya berada di pundak pria tampan itu. Begitu pula dengan tangan Darren yang langsung memeluk pinggang ramping Sherena dengan posesif, dia menarik nya hingga posisi mereka sangat berdekatan.
"Apa yang aku katakan tadi tentang berpakaian hmm?" Tanya Darren. Sherena terlihat seperti keheranan. Dia tidak mengerti, apa ada yang salah dengan cara berpakaian nya?
"Jangan pakai pakaian seperti itu di depan umum dan hanya boleh mengenakan pakaian seperti itu di depan Om. Itu gak sih?"
"Kau masih ingat rupanya." Ucap Darren.
"Masih dong, Sheren kan masih muda jadi gak mungkin pikun." Gadis itu tersenyum manis.
"Lalu, apa ini hmm?" Tanya Darren sambil menurunkan cardigan rajut yang di kenakan oleh Sherena dan menarik tali tangtop yang dia kenakan.
"O-om.."
"Katakan, apa ini hmm?"
"Tapi kan Om, Sheren udah pake cardigan buat nutupin nya." Jawab Sherena.
"Lalu ini? Kau ingin menonjolkan buah dada mu, menunjukkan nya pada pria lain begitu?"
"E-eehh, enggak gitu, Om."
"Lalu?" Tanya Darren, dia menatap Sherena dengan tatapan yang aneh, benar-benar aneh bagi Sheren yang belum pernah di tatap seperti itu oleh laki-laki.
"Sheren pikir Om gak bakalan marah kalo aku pake ginian, soalnya kan udah pake cardigan. Lagian, ini gak terlalu ketat kan?"
"Kamu salah, Sherena."
"Salah gimana sih, Om? Kalau aku gak boleh pake pakaian seperti ini, lalu Om pengen nya aku memakai pakaian seperti apa?"
"Oversize, dress, atau hoodie. Pokoknya yang tidak mengekspos bentuk tubuh." Jawab Darren yang membuat Sherena keheranan. Ada apa dengan duren sawit nya? Tiba-tiba saja dia menjadi posesif seperti ini.
"Om kenapa sih? Kok tiba-tiba jadi posesif gini."
"Saya tidak posesif, sayang. Saya hanya tidak suka saat tubuh kamu di umbar seperti itu." Jawab Darren. Sherena menganga, apa yang pria itu katakan? Sayang? Aaaaa sumpah demi apapun dia sangat senang saat ini.
"Kau masih dengar aku?"
"I-iya, aku dengar kok." Jawab Sherena terbata karena gugup.
"Bagus, jadi besok ubah gaya berpakaian mu."
"Baik, Om." Jawab Sherena.
"Tapi, sebagai hukuman karena sudah membuat aku basah kuyup tadi pagi, kamu harus memijat ku."
"Lho kok di hukum sih, Om?"
"Ya, siapa suruh kamu nya nakal." Jawab Darren sambil menjawil mesra hidung Sherena.
"Iya iya, aku pijit deh."
"Ayo.." Jawab Darren, membuat kening Sherena mengernyit.
"Kemana?"
"Ke kamar, sayang." Bisik Darren yang membuat sekujur tubuh Sherena menegang seketika. Aaasshh, demi apapun? Bagaimana kalau Darren nekat dan mengambil mahkota nya? Tidak, tidak boleh terjadi.
"Kyaaakk, Om.." Pekik gadis itu saat Darren menggendong nya ala koala. Dia pun membawa Sherena ke kamar nya, pria itu benar-benar seperti tidak ada beban sama sekali saat meniti anak tangga satu persatu, padahal di depan tubuhnya dia membawa Sherena.
Pria yang kuat, meskipun Sherena merasa senang tapi tetap saja segala pikiran buruk mulai menghantui nya. Jujur saja dia takut kalau sampai Darren berbuat sesuatu yang nekat.
.......
🌻🌻🌻🌻