Demi pergi bersama selingkuhannya seorang wanita bernama Camila tega menempatkan saudari kembarnya bernama Camelia disisi suaminya bernama Dion. Camila lebih memilih pria selingkuhannya lantaran Dion selalu saja bersikap kasar dan menyiksanya saat sedang kesal kepadanya.
Malam pertama ketika Camelia berada di kediaman Dion, semua pelayan merasakan sesuatu yang janggal pada sikap Camelia yang mereka anggap adalah Camila. Tentu saja karena Camelia dan Camila memiliki sikap yang sangat bertolak belakang, lagipula tidak ada yang mengetahui bahwa Camelia dan Camila adalah saudari kembar termasuk Dion.
Bagaimana hari-hari yang akan dijalani Camelia sebagai wanita samaran untuk Dion?
Apakah Camelia bisa menempatkan dirinya sebagai Camila tanpa sepengetahuan Dion?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widya Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa dia monsternya?
Mobil itu pun telah tiba di pekarangan rumah yang tampak begitu megah. Camelia tampak melirik keadaan sekitar rumah tersebut yang tampak begitu asri dengan sebuah taman yang dihiasi begitu banyak tanaman bunga mawar dan juga air mancur yang tiada henti mengalirkan airnya.
Sang supir membukakan pintu mobil tersebut dan Camelia pun melangkah turun.
"Apa suamiku sudah kembali?" tanya Camelia pada supir itu.
"Sudah, nyonya! Apa nyonya tidak melihat mobil tuan Dion yang terpakir di depan?" Sahut Supir itu tampak heran sambil menatap Camelia.
"Haaah, mana aku tau mobil itu adalah mobil tuanmu ... aku bahkan tidak mengenal tuanmu sama sekali!" gumam Camelia dalam hatinya.
Camelia kembali melirik kearah rumah dan tanpa sengaja ia melihat seorang pria bertubuh tegap dan tinggi serta mengenakan jas hitam yang begitu rapi.
Deg ....
"Apakah itu Dion?" gumam Camelia lagi dalam hatinya sembari menatap pria tersebut yang sebenarnya adalah Adrian, orang kepercayaan Dion.
Melihat Adrian melangkah dengan gagah kearahnya, entah kenapa tiba-tiba saja hati Camelia menjadi ciut.
"Eh, kenapa aku malah merasa sedikit takut? Padahal tadi rasanya aku terlalu berani untuk datang kesini! Baru melihatnya saja aku langsung ciut!" gumam Camelia dalam hatinya sembari merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang.
Camelia masih menatap pada Adrian yang telah berdiri di hadapannya.
"Selamat sore, nyonya." ucap Adrian tampak begitu sopan padanya.
"Hah? Nyonya? Apa dia bukan Dion?" ucap Camelia terkejut dalam hatinya.
Adrian mengernyitkan dahinya saat melihat ekspresi wajah Camelia yang tampak bengong sambil menatapnya.
"Nyonya ...?" ucap Adrian lagi yang akhirnya menyadarkan Camelia.
"Oh..., iya! Halo ...." ucap Camelia tampak gugup.
Adrian dan supir pribadinya itu pun tampak heran melihat sikap tak biasa dari istri majikan mereka lantaran mereka belum menyadari bahwa sosok wanita yang sedang berdiri di hadapan mereka bukanlah Camila.
"Nyonya, tuan Dion sudah menunggu anda sedari tadi." ucap Adrian.
"Oh, oke ... aku akan segera menemuinya," sahut Camelia lantas melangkah cepat menuju rumah.
Adrian menatap sikap istri majikannya itu yang tampak berbeda dari biasanya. Lalu ia melirik pada supir yang seakan tercengang melihat sikap Camelia yang ia anggap adalah Camila.
"Hei, tutup mulutmu itu! Kau tercengang seperti orang bodoh saja." gerutu Adrian pada supir tersebut.
Supir itu langsung tersadar dan segera merapatkan mulutnya yang semula ternganga lebar.
"Hei, apa kau tidak melihat sikap nyonya Camila tadi? Dia sangat berbeda dari biasanya!" tanya Supir itu pada Adrian.
"Memangnya apa yang kau lihat sehingga kau merasa ada yang berbeda dari nyonya Camila?" Adrian bertanya balik.
"Tadi sepanjang perjalanan pulang nyonya Camila tampak diam dan suasana di dalam mobil terasa sangat angker! Aku sampai berpikir apa aku sedang membawa arwahnya nyonya Camila ...." sahut Supir itu.
"Dasar dodol! Mana mungkin kau membawa arwah nyonya Camila!!! Nyonya Camila masih hidup!!!" pekik Adrian kesal atas kekonyolan Supir tersebut.
"Tapi aku berani bersumpah kalau nyonya Camila tadi sangat dingin! Dia diam saja dan duduk tegak sambil menatap ke depan ... tidak seperti biasanya, nyonya Camila selalu banyak bicara bahkan mengomeliku saat menghantam lubang di jalan raya." ucap Supir menjelaskan sikap Camelia yang super dingin.
"Hei, apa kau tidak merasakan ada hal yang aneh pada sikap nyonya?" tanya Supir itu lagi pada Adrian.
"Ya, sedikit aneh memang ... tapi biarkanlah jangan dipikirin, mungkin nyonya Camila sedang ada masalah." sahut Adrian.
"Oh, kau benar juga." ucap Supir itu.
Camelia melangkah masuk ke dalam rumah tersebut dan tampak bingung serta ragu-ragu lantaran ruangan di rumah itu sangat banyak dan juga lebar.
"Aaaah, aku harus kemana nih? Rumah ini sangat besar bisa-bisa aku tersesat nanti!" gumam Camelia menyapu semua ruangan di rumah itu dengan pandangan matanya.
"Cih, tadi aku tidak fokus dengan penjelasan Camila karena aku terus memikirkan kondisi ibu! Aku harus mencari Dion di ruangan yang mana? Aku sama sekali tidak tau setiap ruangan dirumah ini." gumamnya lagi.
Camelia melangkah lagi dengan ragu-ragu sambil celingak-celinguk lantaran kebingungan.
"Selamat datang nyonya." ucap Fara yang berada di samping kiri Camelia.
"Aaaarrgghhh!!!" pekik Camelia melompat kaget saat melihat Fara yang tiba-tiba muncul begitu saja.
"Maaf nyonya, saya tidak bermaksud mengagetkan anda!" ucap Fara langsung meminta maaf pada Camelia yang ia anggap adalah Camila.
"Si...siapa kau?" celetuk Camelia lupa bahwa dirinya sedang menyamar menjadi nyonya di rumah megah tersebut.
"Nyonya ...?" ucap Fara bingung sembari menatapnya.
"Oh, makasudku dimana tuanmu? Eeemm ... dimana suamiku?" tanya Camelia segera meralat perkataannya agar tidak membuat orang-orang curiga bahwa dirinya bukanlah Camila.
"Tuan ada di ...."
"Fara, biar aku yang mengantarkan nyonya ke kamar tuan Dion!" seru salah satu pelayan centil yang bernama Bella.
"Oh, baiklah!" ucap Fara sambil menghela nafas lantaran sangat kaget melihat sikap majikannya yang tampak membingungkan.
"Nyonya, mari saya antarkan nyonya menemui tuan Dion," ucap Bella pada Camelia.
"Terima kasih, eeemm ....?"
"Bella!" seru pelayan centil tersebut.
"Hahaha, Bella!" ucap Camelia memilih untuk tertawa seperti orang bodoh dihadapan kepala pelayan itu.
Fara yang sudah berusia paruh baya seakan sesak nafas melihat sikap istri majikannya yang tampak sangat berbeda dari biasanya, sementara Bella dan Camelia pun lantas melangkah bersama menaiki anak tangga menuju lantai atas.
"Haaaah, apa yang terjadi? Kenapa nyonya Camila sangat berbeda? Biasanya dia sangat angkuh dan juga hobi jerit-jerit memarahi semua pelayan dirumah ini termasuk aku, tapi kenapa kali ini dia sangat berbeda?" ucap Fara mendadak sakit.
"Oh, ini mungkin karena aku lupa minum obat migrain ... kepalaku mendadak sakit dan dadaku terasa sesak." ucap Fara lagi lantas pergi ke kamarnya untuk segera minum obat.
Saat menuju ke lantai atas, Bella sedari tadi melirik Camelia dan melihat gerak-gerik Camelia yang jauh berbeda dari Camila.
"Aku yakin ada yang salah padanya ... atau mungkinkah dia bukan nyonya Camila?" gumam Bella dalam hatinya.
Lalu setelah mereka tiba di depan pintu kamar Dion, Bella melihat tangan Camelia tampak gemetar saking gugupnya.
"Nyonya, tenanglah ... aku yakin tuan Dion tidak akan ...."
"Darimana saja kau?" terdengar suara seorang pria yang melangkah dari arah belakang mereka.
Camelia dan Bella langsung menoleh dan berbalik menghadap pria tersebut yang tak lain adalah Dion.
"Permisi tuan ... nyonya," ucap Bella langsung angkat kaki meninggalkan Camelia berhadapan langsung dengan Dion.
Dion semakin mendekat sementara itu Camelia menatapnya dengan seksama.
"Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Dion sembari mencengkram lengan Camelia dengan kuat.
Camelia masih terus menatap wajah Dion yang tampak bengis membalas tatapannya.
"Apa dia monsternya?" gumam Camelia dalam hatinya.
"Camila!" teriak Dion seolah ingin menyadarkan sosok istrinya tersebut tanpa ia menyadari bahwa wanita yang ia cengkram bukanlah istrinya melainkan saudari dari istrinya.
Camelia tersadar dan menurunkan pandangannya dari tatapan tajam Dion.
"Lepaskan aku!" ucap Camelia menghempaskan cengkraman tangan Dion dari lengannya.