Di Benua Sembilan Langit, kekuatan adalah hukum.
Lin Feng, anak sekte kecil yang dicap sampah karena "Nadi Spiritual Tersegel", terlempar ke jurang hinaan. Namun, di balik kelemahan itu tersembunyi rahasia besar: Physique Naga Void — warisan kuno yang mampu menelan segala Qi dan menembus batas langit.
Dari dunia fana yang penuh intrik sekte, hingga perang antar klan surgawi, perjalanan Lin Feng adalah pertaruhan hidup dan mati.
Balas budi sepuluh kali lipat. Balas dendam seratus kali lipat.
Di setiap langkah, ia akan melawan langit, menantang takdir, dan membuka jalan menuju kekosongan.
Saat naga terbangun, siapakah yang mampu menghalangi jalannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alhenamebsuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Pertama Murid Inti
Aula Murid Inti dipenuhi suasana tegang. Elder Liu, wanita paruh baya dengan sorot mata tajam, berdiri di hadapan lima murid pilihan.
“Lin Feng, Wang Tianming, Zhou Mei, Chen Wei, dan Li Xiaoting,” panggilnya lantang. “Kalian ditugaskan menyelidiki hilangnya tiga kafilah dagang di Gunung Hitam.”
Lin Feng sekilas melirik Chen Wei, yang masih menyimpan kebencian padanya, meski tak berani menunjukkannya terang-terangan.
“Li Xiaoting akan memimpin misi ini,” lanjut Elder Liu sambil menunjuk pemuda berambut panjang dengan raut penuh keangkuhan. “Dia murid inti senior, sudah mencapai Kondensasi Qi tingkat dua.”
“Kafilah yang lenyap membawa barang senilai seratus ribu keping emas,” jelas Elder Liu. “Tidak ada mayat, tidak ada jejak. Kasus ini mencurigakan.”
“Kapan kami berangkat?” tanya Wang Tianming cepat.
“Besok pagi. Siapkan diri kalian. Gunung Hitam dikenal sebagai sarang bandit kultivator.”
Chen Wei menunduk, lalu berbisik pada rekannya, “Kesempatan bagus untuk membuatnya ‘celaka’…”
Lin Feng mendengarnya jelas, tapi tetap bersikap seolah tak tahu apa-apa.
Pagi itu, lima murid berdiri di depan gerbang sekte, siap berangkat. Li Xiaoting tampil mencolok dengan armor spiritual berkilau, jelas menegaskan status dan kekayaannya.
"Dengar baik-baik," katanya dengan nada tinggi. "Aku yang memimpin. Ikuti perintahku tanpa banyak bicara."
Wang Tianming hanya mendengus, enggan menanggapi. Zhou Mei memilih menunduk patuh. Chen Wei menyeringai penuh ejekan, sementara Lin Feng tetap diam dengan wajah tenang.
Perjalanan menuju Gunung Hitam memakan waktu dua hari, dipenuhi ketegangan. Chen Wei berulang kali mencoba memancing keributan.
"Hei, jangan sampai jadi beban, sampah," sindirnya pada Lin Feng ketika mereka beristirahat.
"Chen Wei, hentikan," Wang Tianming menegur dingin. "Kita sekarang satu tim."
"Huh, jadi kau membela sampah?" ejek Chen Wei lagi.
"Aku membela kelancaran misi. Drama pribadimu hanya mengganggu," jawab Wang dengan nada datar.
Malam pertama, saat berjaga, Lin Feng merasakan tatapan asing dari balik kegelapan. Dengan Mata Naga Kekosongan, ia menangkap bayangan lima orang bersembunyi di atas pohon, sedang mengawasi mereka.
Bandit? Atau sesuatu yang lain? pikirnya. Ia tidak membangunkan yang lain, hanya memperketat kewaspadaan.
Hari kedua, suasana semakin ganjil. Pepohonan mengering, tanah berubah gelap, bahkan suara burung lenyap.
"Tempat ini... tidak wajar," gumam Zhou Mei dengan wajah pucat.
"Qi di sini terasa kotor," Wang Tianming menambahkan sambil mengerutkan dahi.
Lin Feng pun merasakan hal yang sama, ada sisa energi demonic samar di udara.
"Tetap waspada," Li Xiaoting akhirnya bersuara serius.
Begitu mereka tiba di kaki gunung, sebuah pos perdagangan terbengkalai menyambut pandangan. Biasanya ramai, kini kosong. Pintu terbuka, barang berserakan, tapi tak ada tanda perlawanan.
"Aneh..." Lin Feng meneliti sekeliling. "Tidak ada darah, tidak ada bekas pertempuran. Seolah-olah semua orang di sini... lenyap begitu saja."
Belasan bayangan hitam berhamburan dari balik pepohonan, membuat udara dipenuhi suara senjata beradu.
“Bandit!” Li Xiaoting berteriak, mencoba mengatur barisan. “Formasi bertahan!”
Namun barisan mereka langsung kacau. Chen Wei justru mundur, membuat Zhou Mei hampir terkena tebasan musuh.
“Chen Wei! Kau gila?!” Zhou Mei berseru marah.
“Refleks saja,” Chen Wei menyeringai seolah menikmati kekacauan.
Lin Feng tak peduli. Tubuhnya melesat, menghadapi tiga bandit sekaligus.
“Langkah Bayangan Naga!”
Gerakannya lenyap, lalu muncul di belakang lawan.
“Tinju Pecah Batu!”
DUAK!
Satu bandit terkapar pingsan. Dua lainnya tertegun, tak menyangka kecepatan setingkat itu bisa dilakukan di ranah Pemurnian Tubuh level 9.
Wang Tianming langsung maju. “Teknik Pedang Angin!”
Pedangnya menari, menebar pusaran yang menghantam tiga bandit sekaligus.
Li Xiaoting, dengan aura Kondensasi Qi, mengangkat telapak tangannya.
“Telapak Guntur!”
BOOM!
Petir menyambar, melumpuhkan lima orang dalam sekejap.
Pertarungan singkat, tapi Lin Feng merasakan keganjilan. Ia memeriksa salah satu bandit yang pingsan.
“Lihat mata mereka…”
Mata kosong, tanpa cahaya kehidupan.
“Mereka… dikendalikan?” Zhou Mei bergidik.
Li Xiaoting terdiam, wajahnya pucat. “Teknik Pengendalian Jiwa. Itu… teknik Sekte Iblis.”
Lin Feng dan Wang Tianming saling pandang. Ini jelas bukan sekadar perampokan.
“Kita harus waspada,” Lin Feng bergumam serius. “Pengendali mereka pasti ada di sekitar.”
Dari kedalaman hutan, sepasang mata merah menyalang, disertai suara tawa seram.
“Hehehe… murid-murid Bambu Hitam yang empuk…”
Malam itu mereka beristirahat di sebuah gua kecil untuk berlindung dari angin gunung. Lin Feng duduk agak terpisah, pikirannya sibuk menimbang situasi.
Kafilah lenyap tanpa bekas. Penduduk desa raib begitu saja. Bandit dikendalikan oleh sesuatu. Ada jejak energi iblis... Semua mengarah pada satu nama—Sekte Iblis Api.
Ia teringat peringatan Yan Wuji dan informasi samar dari Xiao Yue. Elder Mo disebut-sebut sebagai mata-mata mereka. Apakah semua ini berkaitan?
"Lin Feng," Wang Tianming mendekat perlahan. "Kau merasakannya juga kan? Misi ini jelas bukan sesederhana laporan."
"Benar," jawab Lin Feng singkat. "Rasanya kita sedang dijebak."
"Jebakan?"
"Pikirkan baik-baik. Mengapa Elder Mo tidak turun tangan langsung? Kenapa justru mengirim murid-murid baru untuk menangani kasus sebesar ini?"
Wang terdiam, mulai memahami maksud ucapan itu.
"Jadi kita ini... umpan?"
"Atau malah target yang ingin dihabisi dengan cara seolah-olah gagal misi," Lin Feng menoleh pada Chen Wei yang tertidur pulas. "Dan ada seseorang di antara kita yang tampaknya siap membantu rencana itu dari dalam."
Zhou Mei, yang diam-diam mendengar, akhirnya mendekat. Suaranya bergetar tipis. "Lalu apa yang harus kita lakukan?"
"Jangan tunjukkan kecurigaan. Anggap kita tidak tahu apa-apa. Dan saat mereka benar-benar memperlihatkan taring..." Lin Feng mengepalkan tangannya. "Kita pastikan balasan kita jauh lebih mematikan."
Di luar gua, bayangan-bayangan samar mulai bergerak, berkumpul perlahan. Misi yang seharusnya sekadar penyelidikan kini berubah menjadi pertarungan hidup dan mati.